Follow Us :              

Tekan Kasus DBD, Ganjar Ajak Beternak Jentik

  21 January 2019  |   08:00:00  |   dibaca : 442 
Kategori :
Bagikan :


Tekan Kasus DBD, Ganjar Ajak Beternak Jentik

21 January 2019 | 08:00:00 | dibaca : 442
Kategori :
Bagikan :

Foto : Ebron (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Ebron (Humas Jateng)

SEMARANG - Menyikapi tingginya kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Jateng, Gubernur Ganjar Pranowo hari ini membuat surat edaran kepada seluruh bupati/wali kota dan meminta seluruh warga bersama-sama menjalankan program satu rumah satu juru pemantau jentik (Jumantik). Ganjar juga meminta masyarakat melakukan upaya pengendalian perkembangbiakan nyamuk melalui teknik beternak jentik.

Menurut Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jateng dr Yulianto Prabowo, ada 411 kasus DBD di Jateng dan saat ini terbesar di Kabupaten Sragen, karena mencapai angka 60 persen atau 236 kasus. Disusul Blora 75 kasus, Kota Semarang 33 kasus, Karanganyar 20 kasus dan Tegal 11 kasus.

"Kota dan kabupaten lain, angkanya dibawah 10. Sragen sendiri belum menetapkan sebagai kejadian luar biasa (KLB) melalui surat keputusan bupati, meskipun penanganan kita menggunakan metode KLB,'' paparnya kepada Ganjar saat Rapat Koordinasi Pelaksanaan APBD 2018 dan Persiapan Pelaksanaan APBD 2019 di Gedung B lantai 5 Setda Jateng, Senin (21/1/2019).

Penanganan yang sudah dilakukan, di antaranya dengan mendirikan posko di seluruh desa untuk pelayanan dan tindakan selama 24 jam dan tidak pernah libur. Fogging pun masih tetap dilakukan karena dinilai efektif untuk membunuh nyamuk dewasa. Apalagi ada tiga kasus korban DBD yang meninggal dunia di Sragen. 

Untuk penanganan lain, Yuli menjelaskan, selain pengobatan, menunjuk satu rumah dan satu kantor ada Jumantik, juga dilakukan pemberantasan sarang nyamuk dengan penggunaan teknologi tepat guna.

Salah satunya dengan teknik beternak jentik. Caranya dengan menyiapkan empat ember yang diisi air, kemudian ditempatkan ke pojok rumah. Fungsinya untuk tempat perkembang biakan nyamuk. Setelah bertelur pada hari keenam, jentik bisa dipanen untuk dimusnahkan.

"Usai dipanen, jangan buang air di dalam ember. Karena, nyamuk suka dengan air yang sama. Setelah enam hari lagi, dipanen lagi, sampai minggu ketiga, keempat, akan lebih banyak lagi jentik yang bisa dipanen. Tetapi, pada minggu kelima dan enam, jentik akan semakin berkurang. "Kalau semua rumah melakukan itu, seluruh kampung tidak ada nyamuk,'' tukasnya.

Ganjar pun meminta Dinas Kesehatan mulai hari ini membuat sosialisasi melalui media sosial. Agar informasi cara-cara pencegahan dapat segera diuanggah. Serta membuat video pendek satu menitan soal teknik beternak jentik.

"Nek lali manen jentik, ditinggal lungo, lak nyokot dewe (Kalau lupa memanen jentik, ditinggal pergi, nanti menggigit sendiri). Saya akan membuat surat edaran ke bupati dan wali kota untuk satu rumah satu jumantik, beternak jentik yang intinya gerakan membasmi nyamuk. Kita sebar hari ini,'' katanya.
 

Baca juga : DBD Mewabah, Ganjar Minta Bupati/Wali Kota Galakkan 3 M


Bagikan :

SEMARANG - Menyikapi tingginya kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Jateng, Gubernur Ganjar Pranowo hari ini membuat surat edaran kepada seluruh bupati/wali kota dan meminta seluruh warga bersama-sama menjalankan program satu rumah satu juru pemantau jentik (Jumantik). Ganjar juga meminta masyarakat melakukan upaya pengendalian perkembangbiakan nyamuk melalui teknik beternak jentik.

Menurut Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jateng dr Yulianto Prabowo, ada 411 kasus DBD di Jateng dan saat ini terbesar di Kabupaten Sragen, karena mencapai angka 60 persen atau 236 kasus. Disusul Blora 75 kasus, Kota Semarang 33 kasus, Karanganyar 20 kasus dan Tegal 11 kasus.

"Kota dan kabupaten lain, angkanya dibawah 10. Sragen sendiri belum menetapkan sebagai kejadian luar biasa (KLB) melalui surat keputusan bupati, meskipun penanganan kita menggunakan metode KLB,'' paparnya kepada Ganjar saat Rapat Koordinasi Pelaksanaan APBD 2018 dan Persiapan Pelaksanaan APBD 2019 di Gedung B lantai 5 Setda Jateng, Senin (21/1/2019).

Penanganan yang sudah dilakukan, di antaranya dengan mendirikan posko di seluruh desa untuk pelayanan dan tindakan selama 24 jam dan tidak pernah libur. Fogging pun masih tetap dilakukan karena dinilai efektif untuk membunuh nyamuk dewasa. Apalagi ada tiga kasus korban DBD yang meninggal dunia di Sragen. 

Untuk penanganan lain, Yuli menjelaskan, selain pengobatan, menunjuk satu rumah dan satu kantor ada Jumantik, juga dilakukan pemberantasan sarang nyamuk dengan penggunaan teknologi tepat guna.

Salah satunya dengan teknik beternak jentik. Caranya dengan menyiapkan empat ember yang diisi air, kemudian ditempatkan ke pojok rumah. Fungsinya untuk tempat perkembang biakan nyamuk. Setelah bertelur pada hari keenam, jentik bisa dipanen untuk dimusnahkan.

"Usai dipanen, jangan buang air di dalam ember. Karena, nyamuk suka dengan air yang sama. Setelah enam hari lagi, dipanen lagi, sampai minggu ketiga, keempat, akan lebih banyak lagi jentik yang bisa dipanen. Tetapi, pada minggu kelima dan enam, jentik akan semakin berkurang. "Kalau semua rumah melakukan itu, seluruh kampung tidak ada nyamuk,'' tukasnya.

Ganjar pun meminta Dinas Kesehatan mulai hari ini membuat sosialisasi melalui media sosial. Agar informasi cara-cara pencegahan dapat segera diuanggah. Serta membuat video pendek satu menitan soal teknik beternak jentik.

"Nek lali manen jentik, ditinggal lungo, lak nyokot dewe (Kalau lupa memanen jentik, ditinggal pergi, nanti menggigit sendiri). Saya akan membuat surat edaran ke bupati dan wali kota untuk satu rumah satu jumantik, beternak jentik yang intinya gerakan membasmi nyamuk. Kita sebar hari ini,'' katanya.
 

Baca juga : DBD Mewabah, Ganjar Minta Bupati/Wali Kota Galakkan 3 M


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu