Foto : Vivi (Humas Jateng)
Foto : Vivi (Humas Jateng)
SEMARANG - Hadirnya Taj Yasin Maimoen sebagai Wakil Gubernur Jawa Tengah di Pemprov Jateng memberikan kesan berbeda. Sejak mendampingi Gubernur Jateng Ganjar Pranowo dan menjadi duet nasionalis-religius untuk periode 2018-2023, Taj Yasin memberikan pengalaman baru, khususnya bagi kalangan Aparatur Sipil Negara (ASN) yang bekerja di sekitar pasangan pemimpin Jateng tersebut.
Bagaimana tidak, Taj Yasin memiliki ciri khas tersendiri dibandingkan birokrat-birokrat lainnya. Taj Yasin yang datang dari latar belakang santri, tak bisa lepas dengan penampilan yang "nyantri." Meskipun tak setiap hari dikenakan, namun kebiasan memakai peci dan sarung lebih sering dipakai ketika bekerja.
Penampilan Taj Yasin memang khas, sehingga mudah diingat masyarakat luas. Mulai saat pertama kali maju mencalonkan diri sebagai Calon Wakil Gubernur Jateng mendampingi Ganjar, hingga saat ini benar-benar ikut memimpin provinsi yang memiliki populasi 34 juta lebih ini.
Taj Yasin mengenakan "resmi" seperti seragam ASN atau jas hanya pada saat-saat tertentu saja, seperti pada hari Senin atau saat ketika ada rapat paripurna. Selebihnya, lebih sering dijumpai mengenakan kostum nyantrinya.
Yang unik, kebiasaan pria kelahiran Sarang, Rembang pada 2 Juli 1983 silam itu, justru menulari ASN lainnya. Khususnya para staf yang bekerja di ruang kerja wakil gubernur itu. Mereka menyesuaikan diri dengan mengenakan sarung dan peci. Padahal, pira yang akrab disapa Gus Yasin itu tidak pernah memerintahkan mereka untuk mengenakan hal serupa. Para staf, ajudan an orang-orang di sekelilingnya itu berinisiatif sendiri tanpa dipaksa.
Gus Yasin mengaku tidak pernah mengharuskan ajudan dan stafnya berpakaian ala santri. "Pernah suatu ketika, saya menghadiri acara di Institut Pesantren Mathali’ul Falah (Ipmafa) Magoyoso Pati. Saya mengenakan sarung. Sampai di sana, para santri justru mengenakan celana panjang. Karena kata mereka, menghormati saya sebagai wakil gubernur. Jadi kebalik," ujarnya saat ditemui di Rumah Dinas Wakil Gubernur Jalan Rinjani, Gajahmungkur, Semarang.
Menurut Gus Yasin, mengenakan sarung sudah menjadi kebiasaannya sejak kecil. Maklum, putra KH Maimoen Zubair ini lahir di lingkungan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Anwar. Seluruh jenjang pendidikannya dari Ibtidaiyah, Tsanawiyah, hingga Aliyah dihabiskan di Madrasah Ghozaliyah Syafi'iyah Sarang Rembang.
Lulus pada 2001, Gus Yasin kemudian berangkat kuliah ke Universitas Ahmad Kaftaro, Damaskus, Suriah. Selepas lulus, dia kemudian kembali ke Sarang dan mengajar di ponpes yang di bina ayahnya sembari berwiraswasta. Hari-harinya lebih banyak dihabiskan untuk mengajar di Ponpes
Gus Yasin mulai terjun ke dunia politk saat bergabung di keluarga besar Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Setelah terpilih menjadi anggota DPRD Jateng periode 2014-2019, aktivitas mengajar di pondok tak berkurang. “Tapi kalau sekarang (jadi wagub) ya jelas berkurang waktu mengajarnya,” katanya.
Untuk menyiasati agar tetap dapat mengajar, Gus Yasin menyela waktu pada tiap Sabtu mulai pagi hingga sebelum Zuhur dan selepas Ashar. Dia mengajar kitab Bulughul Marom, tauhid dan tafsir Yasin. Jika benar-benar tak bisa tatap muka, teknologi video call menjadi pilihannya.
Sedangkan pada Kamis malam Jumat, di rumah dinas rutin digelar pengajian yang diawali dengan membaca surat Yasin, tahlilan, dan maulid Nabi Muhammad SAW. Kegiatan yang diikuti para santri di Kota Semarang dan tetangga sekitar itu diakhiri dengan mauidloh khasanah oleh para kiai di Kota Semarang dan daerah lainnya di Jateng, maupun ulama dari Jazirah Arab.
Menurut penyuka tempe goreng ini, dunia santri dan pemerintahan tak jauh berbeda. “Sama-sama mendedikasikan diri dan bermanfaat untuk masyarakat,” katanya. Namun diakui, dia masih harus belajar banyak hal dan melakukan beberapa penyesuaian. Dari mulai "ngantor" pukul 07.00WIB hingga belajar soal anggaran dan berbagai aturan perundang-undangan. Bertanya dan belajar kepada asisten maupun kepala dinas, tak pernah membuatnya malu. Gus Yasin baru malu kalau sampai berbuat salah. Dia selalu terngiang pesan sang ayah.
"Ada pesan dari Abah ketika saya menjadi wakil gubernur. Tidak boleh main uang. Bahasa beliau, ora usah melok-melon main duit. Sing penting, kudu ono perubahan sing apik neng masyarakat," ucap suami Nawal Nur Arafah ini.
Bagaimana dengan karyawan TU Wakil Gubernur? Ajudan Gus Yasin, Ryan Gata Priyahita, mengatakan, dirinya harus selalu menyesuaikan busana yang dikenakan. Meski dirinya pernah terbalik. Saat Gus Yasin tidak mengenakan sarung, dirinya justru mengenakan sarung.
Staf TU yang mengalami pergantian tujuh wakil gubernur, Triyanto, 52, mengatakan, ketika wakil gubernur Jateng dijabat Gus Yasin, seluruh karyawan selalu diajak salat berjamaah dengan imam wakil gubernur. Hal itu tidak dilakukan oleh wakil gubernur sebelumnya.
"Saya mengalami (masa kepemimpinan) wakil gubernur Pak Sunartejo, Pak Susmono, Pak H Ahmad, Pak H Ali Mufiz, Bu Rustri, Pak Heru dan sekarang Gus Yasin. Masing-masing tentu memiliki karakter yang berbeda dan itu menjadi ciri khas," ujarnya.
Baca juga : Jateng Beristighotsah, Taj Yasin Minta Jamaah Jangan Mau Diadu Domba
SEMARANG - Hadirnya Taj Yasin Maimoen sebagai Wakil Gubernur Jawa Tengah di Pemprov Jateng memberikan kesan berbeda. Sejak mendampingi Gubernur Jateng Ganjar Pranowo dan menjadi duet nasionalis-religius untuk periode 2018-2023, Taj Yasin memberikan pengalaman baru, khususnya bagi kalangan Aparatur Sipil Negara (ASN) yang bekerja di sekitar pasangan pemimpin Jateng tersebut.
Bagaimana tidak, Taj Yasin memiliki ciri khas tersendiri dibandingkan birokrat-birokrat lainnya. Taj Yasin yang datang dari latar belakang santri, tak bisa lepas dengan penampilan yang "nyantri." Meskipun tak setiap hari dikenakan, namun kebiasan memakai peci dan sarung lebih sering dipakai ketika bekerja.
Penampilan Taj Yasin memang khas, sehingga mudah diingat masyarakat luas. Mulai saat pertama kali maju mencalonkan diri sebagai Calon Wakil Gubernur Jateng mendampingi Ganjar, hingga saat ini benar-benar ikut memimpin provinsi yang memiliki populasi 34 juta lebih ini.
Taj Yasin mengenakan "resmi" seperti seragam ASN atau jas hanya pada saat-saat tertentu saja, seperti pada hari Senin atau saat ketika ada rapat paripurna. Selebihnya, lebih sering dijumpai mengenakan kostum nyantrinya.
Yang unik, kebiasaan pria kelahiran Sarang, Rembang pada 2 Juli 1983 silam itu, justru menulari ASN lainnya. Khususnya para staf yang bekerja di ruang kerja wakil gubernur itu. Mereka menyesuaikan diri dengan mengenakan sarung dan peci. Padahal, pira yang akrab disapa Gus Yasin itu tidak pernah memerintahkan mereka untuk mengenakan hal serupa. Para staf, ajudan an orang-orang di sekelilingnya itu berinisiatif sendiri tanpa dipaksa.
Gus Yasin mengaku tidak pernah mengharuskan ajudan dan stafnya berpakaian ala santri. "Pernah suatu ketika, saya menghadiri acara di Institut Pesantren Mathali’ul Falah (Ipmafa) Magoyoso Pati. Saya mengenakan sarung. Sampai di sana, para santri justru mengenakan celana panjang. Karena kata mereka, menghormati saya sebagai wakil gubernur. Jadi kebalik," ujarnya saat ditemui di Rumah Dinas Wakil Gubernur Jalan Rinjani, Gajahmungkur, Semarang.
Menurut Gus Yasin, mengenakan sarung sudah menjadi kebiasaannya sejak kecil. Maklum, putra KH Maimoen Zubair ini lahir di lingkungan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Anwar. Seluruh jenjang pendidikannya dari Ibtidaiyah, Tsanawiyah, hingga Aliyah dihabiskan di Madrasah Ghozaliyah Syafi'iyah Sarang Rembang.
Lulus pada 2001, Gus Yasin kemudian berangkat kuliah ke Universitas Ahmad Kaftaro, Damaskus, Suriah. Selepas lulus, dia kemudian kembali ke Sarang dan mengajar di ponpes yang di bina ayahnya sembari berwiraswasta. Hari-harinya lebih banyak dihabiskan untuk mengajar di Ponpes
Gus Yasin mulai terjun ke dunia politk saat bergabung di keluarga besar Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Setelah terpilih menjadi anggota DPRD Jateng periode 2014-2019, aktivitas mengajar di pondok tak berkurang. “Tapi kalau sekarang (jadi wagub) ya jelas berkurang waktu mengajarnya,” katanya.
Untuk menyiasati agar tetap dapat mengajar, Gus Yasin menyela waktu pada tiap Sabtu mulai pagi hingga sebelum Zuhur dan selepas Ashar. Dia mengajar kitab Bulughul Marom, tauhid dan tafsir Yasin. Jika benar-benar tak bisa tatap muka, teknologi video call menjadi pilihannya.
Sedangkan pada Kamis malam Jumat, di rumah dinas rutin digelar pengajian yang diawali dengan membaca surat Yasin, tahlilan, dan maulid Nabi Muhammad SAW. Kegiatan yang diikuti para santri di Kota Semarang dan tetangga sekitar itu diakhiri dengan mauidloh khasanah oleh para kiai di Kota Semarang dan daerah lainnya di Jateng, maupun ulama dari Jazirah Arab.
Menurut penyuka tempe goreng ini, dunia santri dan pemerintahan tak jauh berbeda. “Sama-sama mendedikasikan diri dan bermanfaat untuk masyarakat,” katanya. Namun diakui, dia masih harus belajar banyak hal dan melakukan beberapa penyesuaian. Dari mulai "ngantor" pukul 07.00WIB hingga belajar soal anggaran dan berbagai aturan perundang-undangan. Bertanya dan belajar kepada asisten maupun kepala dinas, tak pernah membuatnya malu. Gus Yasin baru malu kalau sampai berbuat salah. Dia selalu terngiang pesan sang ayah.
"Ada pesan dari Abah ketika saya menjadi wakil gubernur. Tidak boleh main uang. Bahasa beliau, ora usah melok-melon main duit. Sing penting, kudu ono perubahan sing apik neng masyarakat," ucap suami Nawal Nur Arafah ini.
Bagaimana dengan karyawan TU Wakil Gubernur? Ajudan Gus Yasin, Ryan Gata Priyahita, mengatakan, dirinya harus selalu menyesuaikan busana yang dikenakan. Meski dirinya pernah terbalik. Saat Gus Yasin tidak mengenakan sarung, dirinya justru mengenakan sarung.
Staf TU yang mengalami pergantian tujuh wakil gubernur, Triyanto, 52, mengatakan, ketika wakil gubernur Jateng dijabat Gus Yasin, seluruh karyawan selalu diajak salat berjamaah dengan imam wakil gubernur. Hal itu tidak dilakukan oleh wakil gubernur sebelumnya.
"Saya mengalami (masa kepemimpinan) wakil gubernur Pak Sunartejo, Pak Susmono, Pak H Ahmad, Pak H Ali Mufiz, Bu Rustri, Pak Heru dan sekarang Gus Yasin. Masing-masing tentu memiliki karakter yang berbeda dan itu menjadi ciri khas," ujarnya.
Baca juga : Jateng Beristighotsah, Taj Yasin Minta Jamaah Jangan Mau Diadu Domba
Berita Terbaru