Follow Us :              

Peringati Hari Kartini, Pedagang Pesona Kolbu Kenakan Busana Adat Jawa

  21 April 2019  |   09:00:00  |   dibaca : 1335 
Kategori :
Bagikan :


Peringati Hari Kartini, Pedagang Pesona Kolbu Kenakan Busana Adat Jawa

21 April 2019 | 09:00:00 | dibaca : 1335
Kategori :
Bagikan :

Foto : istimewa (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : istimewa (Humas Jateng)

SEMARANG - Dalam rangka memperingati Hari Kartini, pedagang di obyek wisata Pesona Bringkol-Jambu (Kolbu) mengenakan pakaian adat Jawa. Pedagang yang terdiri dari pedagang gorengan, makanan tradisional, pakaian, sandal dan lainnya mengenakan pakaian adat seperti kebaya lengkap dengan jarik.

Mereka tetap cekatan melayani pembeli meskipun semula agak canggung karena busana yang dikenakan. Bahkan, ada pula yang melindungi kebayanya sambil menggoreng tahu susur dengan celemek agar minyak goreng panas tidak merusak kebayanya.

Tak hanya para pedagang, sebagian pengunjung juga mengenakan busana adat Jawa ketika berkunjung menikmati terbitnya matahari, berolahraga dan berbelanja makanan tradisional di obyek wisata yang diluncurkan pada 17 Februari 2019 di tengah areal persawahan Desa Jambu, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang itu.

Pada peringatan Hari Kartini yang digelar pengelola Pasar Kolbu, Minggu (21/4/2019) mulai pukul 05.00-09.00WIB itu, tim pengelola yang merupakan gabungan pemuda Desa Jambu dan Desa Brongkol pun juga terlihat kompak mengenakan sorjan untuk laki-laki dan kebaya modern untuk perempuan.

Menurut penggagas obyek wisata Pesona Kolbu, Muhammad Syukron, kegiatan itu dimaksudkan untuk memompa kembali semangat Kartini era masa kini. Memajukan desa dilakukan secara bersama-sama dengan kolaborasi pemikiran para perempuan dan kaum laki-laki dari dua desa untuk mewujudkan kreativitas dan memajukan kesejahteraan masyarakat. 

Maka, lahirlah obyek wisata di tengah areal persawahan yang memiliki pemandangan indah menjadi menjadi pasar kuliner makanan tradisional, yang pedagangnya warga sekitar sendiri, agar generasi tidak lupa.

"Ada beragam kegiatan yang pernah kita gelar, misalnya lomba foto, festival kincir angin, festival permainan tradisional, lomba puisi, menjemur puisi dan yang hari ini, Kartini Menjemput Matahari," kata mantan jurnalis Radio Elshinta dan Suara Merdeka itu didampingi Koordinator Komunitas Kolbu, Ramidi. 

Dia menambahkan, ke depan, kegiatan kreatif akan terus digelar untuk mengajak masyarakat di luar Desa Jambu dan Desa Brongkol berkunjung. Karena, selain keuntungan ekonomis yang didapat pedagang dan membuat hidup warga setempat makin sejahtera serta menekan angka kemiskinan, pendapatan asli desa pun meningkat dan dapat digunakan untuk membangun desa yang lebih baik, maju, berkembang dan mandiri.

"Brongkol dan Jambu sudah dikenal dengan durian, sentra industri tahu, kerajinan kayu, lukisan kayu, lukisan kaca. Kita ingin seluruh potensi dua desa ini dikenal di seluruh Indonesia. Pemuda-pemuda terus kita dorong memaksimalkan potensi, bakat dan minatnya untuk memajukan desa," tandasnya.

Pedagang aneka bubur dan jenang tradisional, Winarsih atau yang akrab disapa Wiwin, 41, mengaku, meski agak ribet karena memakai kebaya dan jarik, ia merasa senang. Karena, para pembeli tidak hanya membeli jenang dan bubur buatannya, tetapi juga minta berfoto bersama. 

"Hampir semua pembeli malah minta foto bersama, ada pula yang menjadikan saya jadi model. Seru pokoknya. Harapan saya, kalau ada peringatan hari besar kita perngati bersama memakai pakaian yang sesuai peringatannya. Semisal Hari Pahlawan kita pakai pakaian pejuang," kata ibu tiga anak itu sambil melayani pembeli.

 

Baca juga : Pesona Kolbu, Sambut Mentari Sambil Nikmati Kuliner Tradisional


Bagikan :

SEMARANG - Dalam rangka memperingati Hari Kartini, pedagang di obyek wisata Pesona Bringkol-Jambu (Kolbu) mengenakan pakaian adat Jawa. Pedagang yang terdiri dari pedagang gorengan, makanan tradisional, pakaian, sandal dan lainnya mengenakan pakaian adat seperti kebaya lengkap dengan jarik.

Mereka tetap cekatan melayani pembeli meskipun semula agak canggung karena busana yang dikenakan. Bahkan, ada pula yang melindungi kebayanya sambil menggoreng tahu susur dengan celemek agar minyak goreng panas tidak merusak kebayanya.

Tak hanya para pedagang, sebagian pengunjung juga mengenakan busana adat Jawa ketika berkunjung menikmati terbitnya matahari, berolahraga dan berbelanja makanan tradisional di obyek wisata yang diluncurkan pada 17 Februari 2019 di tengah areal persawahan Desa Jambu, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang itu.

Pada peringatan Hari Kartini yang digelar pengelola Pasar Kolbu, Minggu (21/4/2019) mulai pukul 05.00-09.00WIB itu, tim pengelola yang merupakan gabungan pemuda Desa Jambu dan Desa Brongkol pun juga terlihat kompak mengenakan sorjan untuk laki-laki dan kebaya modern untuk perempuan.

Menurut penggagas obyek wisata Pesona Kolbu, Muhammad Syukron, kegiatan itu dimaksudkan untuk memompa kembali semangat Kartini era masa kini. Memajukan desa dilakukan secara bersama-sama dengan kolaborasi pemikiran para perempuan dan kaum laki-laki dari dua desa untuk mewujudkan kreativitas dan memajukan kesejahteraan masyarakat. 

Maka, lahirlah obyek wisata di tengah areal persawahan yang memiliki pemandangan indah menjadi menjadi pasar kuliner makanan tradisional, yang pedagangnya warga sekitar sendiri, agar generasi tidak lupa.

"Ada beragam kegiatan yang pernah kita gelar, misalnya lomba foto, festival kincir angin, festival permainan tradisional, lomba puisi, menjemur puisi dan yang hari ini, Kartini Menjemput Matahari," kata mantan jurnalis Radio Elshinta dan Suara Merdeka itu didampingi Koordinator Komunitas Kolbu, Ramidi. 

Dia menambahkan, ke depan, kegiatan kreatif akan terus digelar untuk mengajak masyarakat di luar Desa Jambu dan Desa Brongkol berkunjung. Karena, selain keuntungan ekonomis yang didapat pedagang dan membuat hidup warga setempat makin sejahtera serta menekan angka kemiskinan, pendapatan asli desa pun meningkat dan dapat digunakan untuk membangun desa yang lebih baik, maju, berkembang dan mandiri.

"Brongkol dan Jambu sudah dikenal dengan durian, sentra industri tahu, kerajinan kayu, lukisan kayu, lukisan kaca. Kita ingin seluruh potensi dua desa ini dikenal di seluruh Indonesia. Pemuda-pemuda terus kita dorong memaksimalkan potensi, bakat dan minatnya untuk memajukan desa," tandasnya.

Pedagang aneka bubur dan jenang tradisional, Winarsih atau yang akrab disapa Wiwin, 41, mengaku, meski agak ribet karena memakai kebaya dan jarik, ia merasa senang. Karena, para pembeli tidak hanya membeli jenang dan bubur buatannya, tetapi juga minta berfoto bersama. 

"Hampir semua pembeli malah minta foto bersama, ada pula yang menjadikan saya jadi model. Seru pokoknya. Harapan saya, kalau ada peringatan hari besar kita perngati bersama memakai pakaian yang sesuai peringatannya. Semisal Hari Pahlawan kita pakai pakaian pejuang," kata ibu tiga anak itu sambil melayani pembeli.

 

Baca juga : Pesona Kolbu, Sambut Mentari Sambil Nikmati Kuliner Tradisional


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu