Follow Us :              

Gus Yasin : Jadi "Penjahit", Gus Dur Satukan Perbedaan Bangsa

  07 February 2020  |   19:00:00  |   dibaca : 1454 
Kategori :
Bagikan :


Gus Yasin : Jadi "Penjahit", Gus Dur Satukan Perbedaan Bangsa

07 February 2020 | 19:00:00 | dibaca : 1454
Kategori :
Bagikan :

Foto : Rinto (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Rinto (Humas Jateng)

SURAKARTA - Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen berharap, seluruh rakyat Indonesia menjadi 'penjahit' seperti Gus Dur. Sehingga semua dapat merekatkan dan menyatukan berbagai perbedaan yang ada di bumi Nusantara.

"Bangsa Indonesia tidak hanya terdiri dari satu macam, tetapi beragam suku, ras, agama, maupun bahasa, dan semua perbedaan itu harus disatukan. Diharapkan akan terus ada 'penjahit-penjahit' seperti Gus Dur sehingga ada yang merekatkan dan menyatukan perbedaan-perbedaan," kata Taj Yasin saat menyampaikan sambutan pada Haul ke-10 KH Abdurrahman Wahid di Pendapi Gedhe Kompleks Balai Kota Surakarta, Jumat (7/2/2020) malam.

Gus Yasin, sapaan akrab Taj Yasin mengatakan, tema yang diangkat pada haul ke-10 Gus Dur,  yaitu "Njejegake Soko Guru Nusantara" sangat tepat. Artinya, semua ingin mengembalikan pondasi negara  yang saat ini digerogoti oleh pihak-pihak tertentu yang ingin memecah belah persatuan bangsa. Karenanya semua harus bersama-sama menguatkan 'soko' atau pilar (penyangga), sebab tanpa kebersamaan semua rakyat dari berbagai latar belakangnya maka NKRI mudah digoyah.

"Menguatkan pondasi bangsa tidak bisa hanya dengan Gusdurian, tidak pula dengan satu kelompok saja tetapi semua harus bersama-sama. Sebuah bangunan itu kalau sokonya tidak kuat akan roboh," jelasnya. 

Tidak kalah penting, lanjut dia, yang perlu digaris bawahi dari apa yang menjadi perbedaan juga dijabarkan oleh Nabi Muhammad tentang bagaimana menjaga perbedaan tersebut, sehingga segala perbedaan itu menjadi rahmat, dan menjadi kasih sayang terhadap sesama.

Putra ulama kharismatik almarhum KH Maimoen Zubair itu menjelaskan, dalam Alquran, Allah Swt menyebutkan bahwa bisa saja menciptakan manusia hanya satu golongan atau satu umat. Akan tetapi Allah tidak pernah menghendaki itu, sehingga perbedaan-perbedaan selalu ada. Artinya memang seperti ini yang dikehendaki oleh Allah, tidak semua yang diciptakan itu tunduk kepada yang menciptakan.

"Allah memasukkan manusia ke surga karena kasih sayang, tidak hanya dengan amal ibadah. Allah menciptakan ciptaannya dalam pelukan-Nya, kepada surga-Nya karena kasih sayangnya," terangnya.

Putri Gus Dur, Anita Ashvini Wahid mengatakan, mungkin tidak sedikit generasi muda sekarang yang mengetahui perjuangan Gus Dur itu sebagai Bapak Pluralisme, Bapak Tionghoa, bahkan bagi warga Papua Gus Dur disebut Bapak Papua. Berbagai sebutan yang ditujukan Gus Dur berbeda-beda, namun semua memiliki arti sama, yakni bagaimana peran Gus Dur dalam berjuang supaya NKRI tetap satu. 

"Gus Dur sebagai tukang jahit itu benar, karena beliau mampu menyatukan perbedaan-perbedaan yang ada di negeri ini. Yaitu perbedaan ras, suku, agama, dan yang lainnya," katanya.

Putri ketiga Gus Dur itu menyebutkan, sejak berapa bulan terakhir, keluarga Presiden ke-4 RI itu berkeliling untuk menghadiri haul Gus Dur di berbagai daerah. Dari semua yang didatangi hanya satu kesimpulan, betapa Gus Dur sangat dicintai oleh orang lain. Penyebab kenapa banyak dicintai oleh orang lain, karena Gus Dur menghabiskan seluruh hidupnya untuk mencintai dan memperjuangkan orang banyak.

"Setiap tahun saya mengatakan hal yang sama, bahwa haul untuk Gus Dur dan orang-orang yang sudah meninggal bukan untuk mengenang kematiannya, tetapi hidupnya. Bagaimana beliau dan orang-orang yang kita sayangi dan hormati dahulu menggunakan hidupnya, untuk apa mereka di dunia," bebernya

Selain Wakil Gubernur Taj Yasin dan putri ketiga Gus Dur, Anita Wahid, pengajian akbar Haul Gus Dur juga menghadirkan juru bicara Wapres KH Amin Maruf KH Masduki Baidlowi, Wahyu Maryadi yang merupakan mantan protokol Kepresidenan era KH Abdurrahman Wahid, serta sejumlah tokoh lintas agama. 


Bagikan :

SURAKARTA - Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen berharap, seluruh rakyat Indonesia menjadi 'penjahit' seperti Gus Dur. Sehingga semua dapat merekatkan dan menyatukan berbagai perbedaan yang ada di bumi Nusantara.

"Bangsa Indonesia tidak hanya terdiri dari satu macam, tetapi beragam suku, ras, agama, maupun bahasa, dan semua perbedaan itu harus disatukan. Diharapkan akan terus ada 'penjahit-penjahit' seperti Gus Dur sehingga ada yang merekatkan dan menyatukan perbedaan-perbedaan," kata Taj Yasin saat menyampaikan sambutan pada Haul ke-10 KH Abdurrahman Wahid di Pendapi Gedhe Kompleks Balai Kota Surakarta, Jumat (7/2/2020) malam.

Gus Yasin, sapaan akrab Taj Yasin mengatakan, tema yang diangkat pada haul ke-10 Gus Dur,  yaitu "Njejegake Soko Guru Nusantara" sangat tepat. Artinya, semua ingin mengembalikan pondasi negara  yang saat ini digerogoti oleh pihak-pihak tertentu yang ingin memecah belah persatuan bangsa. Karenanya semua harus bersama-sama menguatkan 'soko' atau pilar (penyangga), sebab tanpa kebersamaan semua rakyat dari berbagai latar belakangnya maka NKRI mudah digoyah.

"Menguatkan pondasi bangsa tidak bisa hanya dengan Gusdurian, tidak pula dengan satu kelompok saja tetapi semua harus bersama-sama. Sebuah bangunan itu kalau sokonya tidak kuat akan roboh," jelasnya. 

Tidak kalah penting, lanjut dia, yang perlu digaris bawahi dari apa yang menjadi perbedaan juga dijabarkan oleh Nabi Muhammad tentang bagaimana menjaga perbedaan tersebut, sehingga segala perbedaan itu menjadi rahmat, dan menjadi kasih sayang terhadap sesama.

Putra ulama kharismatik almarhum KH Maimoen Zubair itu menjelaskan, dalam Alquran, Allah Swt menyebutkan bahwa bisa saja menciptakan manusia hanya satu golongan atau satu umat. Akan tetapi Allah tidak pernah menghendaki itu, sehingga perbedaan-perbedaan selalu ada. Artinya memang seperti ini yang dikehendaki oleh Allah, tidak semua yang diciptakan itu tunduk kepada yang menciptakan.

"Allah memasukkan manusia ke surga karena kasih sayang, tidak hanya dengan amal ibadah. Allah menciptakan ciptaannya dalam pelukan-Nya, kepada surga-Nya karena kasih sayangnya," terangnya.

Putri Gus Dur, Anita Ashvini Wahid mengatakan, mungkin tidak sedikit generasi muda sekarang yang mengetahui perjuangan Gus Dur itu sebagai Bapak Pluralisme, Bapak Tionghoa, bahkan bagi warga Papua Gus Dur disebut Bapak Papua. Berbagai sebutan yang ditujukan Gus Dur berbeda-beda, namun semua memiliki arti sama, yakni bagaimana peran Gus Dur dalam berjuang supaya NKRI tetap satu. 

"Gus Dur sebagai tukang jahit itu benar, karena beliau mampu menyatukan perbedaan-perbedaan yang ada di negeri ini. Yaitu perbedaan ras, suku, agama, dan yang lainnya," katanya.

Putri ketiga Gus Dur itu menyebutkan, sejak berapa bulan terakhir, keluarga Presiden ke-4 RI itu berkeliling untuk menghadiri haul Gus Dur di berbagai daerah. Dari semua yang didatangi hanya satu kesimpulan, betapa Gus Dur sangat dicintai oleh orang lain. Penyebab kenapa banyak dicintai oleh orang lain, karena Gus Dur menghabiskan seluruh hidupnya untuk mencintai dan memperjuangkan orang banyak.

"Setiap tahun saya mengatakan hal yang sama, bahwa haul untuk Gus Dur dan orang-orang yang sudah meninggal bukan untuk mengenang kematiannya, tetapi hidupnya. Bagaimana beliau dan orang-orang yang kita sayangi dan hormati dahulu menggunakan hidupnya, untuk apa mereka di dunia," bebernya

Selain Wakil Gubernur Taj Yasin dan putri ketiga Gus Dur, Anita Wahid, pengajian akbar Haul Gus Dur juga menghadirkan juru bicara Wapres KH Amin Maruf KH Masduki Baidlowi, Wahyu Maryadi yang merupakan mantan protokol Kepresidenan era KH Abdurrahman Wahid, serta sejumlah tokoh lintas agama. 


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu