Follow Us :              

Wagub : Setelah Ditanam, Aja Ditugeli

  01 March 2020  |   08:00:00  |   dibaca : 1561 
Kategori :
Bagikan :


Wagub : Setelah Ditanam, Aja Ditugeli

01 March 2020 | 08:00:00 | dibaca : 1561
Kategori :
Bagikan :

Foto : Rinto (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Rinto (Humas Jateng)

BOYOLALI - Kelompok Tani Panji Kinasih bersama Komunitas Peduli Lingkungan Desa Senden Kecamatan Selo Boyolali, Minggu (1/03/2020) menanam sebanyak 6.500 bibit tanaman di area Taman Nasional Gunung Merbabu.

Wakil Gubernur Jawa Tengah H Taj Yasin Maimoen atau akrab disapa Gus Yasin hadir dan turut menanam pohon puspa yang merupakan tanaman endemik asli Taman Nasional Gunung Merbabu. Selain pohon puspa, tanaman lain yang ditanam di antaranya salam, pampung, aren, dan brasan.

Gus Yasin pun mengingatkan, khususnya bagi masyarakat Selo, untuk tidak mematahkan atau bahkan menebang pohon, ketika sudah besar nanti.

"Nek pun ageng, ditugeli napa diterusaken? Kula nyuwun lho nggih, nek pun ditanem, ampun ditugeli malih. Biasane alesane Pak nek ditanduri wit, sawiku ra iso subur, ora kena matahari langsung. Ning, kita kedah njagi," katanya.

Wagub berpendapat, pohon besar di lereng Gunung Merbabu berdasarkan pengamatannya, saat perjalanan menuju lokasi penanaman pohon terlihat masih kurang.

"Kula tingali, perjalanan saking ngandap dumugi mriki, ketingale ijo royo-royo, ning kurang wit-witan. Tujuane apa? Biasane wayah udan wonten longsor, wayah panas, kekeringan," tuturnya.

Maka dari itu, lanjutnya, lingkungan harus dijaga. Apalagi, saat musim kemarau, Desa Senden termasuk desa yang rawan kekurangan air. 

"Njenengan nek pas wayahe musim kemarau, butuh air mboten? Biasane nek butuh air, ngedalaken arta pinten? Kathah tho. Mulane kula nyuwun, kersane air saged disimpen teng wit-witan sing kita tanem," pintanya.

Kepala Desa Senden, Sularsih membenarkan, saat musim kemarau, desanya seringkali kekurangan air. Untuk mencukupi kebutuhan air, pihaknya biasanya meminta bantuan ke sejumlah pihak, seperti PMI dan BPBD.

"Apabila belum cukup, warga harus membeli air. Satu tangki itu sekitar Rp 350.000 dan hanya cukup untuk seminggu," ujarnya.

Pihaknya pun senang dengan kegiatan penanaman pohon yang dilakukan. Dia berharap, pohon yang tertanam akan membantu menyimpan air, sehingga debit airnya meningkat. Ia pun berencana membangun embung, agar air yang tertampung semakin banyak.


Bagikan :

BOYOLALI - Kelompok Tani Panji Kinasih bersama Komunitas Peduli Lingkungan Desa Senden Kecamatan Selo Boyolali, Minggu (1/03/2020) menanam sebanyak 6.500 bibit tanaman di area Taman Nasional Gunung Merbabu.

Wakil Gubernur Jawa Tengah H Taj Yasin Maimoen atau akrab disapa Gus Yasin hadir dan turut menanam pohon puspa yang merupakan tanaman endemik asli Taman Nasional Gunung Merbabu. Selain pohon puspa, tanaman lain yang ditanam di antaranya salam, pampung, aren, dan brasan.

Gus Yasin pun mengingatkan, khususnya bagi masyarakat Selo, untuk tidak mematahkan atau bahkan menebang pohon, ketika sudah besar nanti.

"Nek pun ageng, ditugeli napa diterusaken? Kula nyuwun lho nggih, nek pun ditanem, ampun ditugeli malih. Biasane alesane Pak nek ditanduri wit, sawiku ra iso subur, ora kena matahari langsung. Ning, kita kedah njagi," katanya.

Wagub berpendapat, pohon besar di lereng Gunung Merbabu berdasarkan pengamatannya, saat perjalanan menuju lokasi penanaman pohon terlihat masih kurang.

"Kula tingali, perjalanan saking ngandap dumugi mriki, ketingale ijo royo-royo, ning kurang wit-witan. Tujuane apa? Biasane wayah udan wonten longsor, wayah panas, kekeringan," tuturnya.

Maka dari itu, lanjutnya, lingkungan harus dijaga. Apalagi, saat musim kemarau, Desa Senden termasuk desa yang rawan kekurangan air. 

"Njenengan nek pas wayahe musim kemarau, butuh air mboten? Biasane nek butuh air, ngedalaken arta pinten? Kathah tho. Mulane kula nyuwun, kersane air saged disimpen teng wit-witan sing kita tanem," pintanya.

Kepala Desa Senden, Sularsih membenarkan, saat musim kemarau, desanya seringkali kekurangan air. Untuk mencukupi kebutuhan air, pihaknya biasanya meminta bantuan ke sejumlah pihak, seperti PMI dan BPBD.

"Apabila belum cukup, warga harus membeli air. Satu tangki itu sekitar Rp 350.000 dan hanya cukup untuk seminggu," ujarnya.

Pihaknya pun senang dengan kegiatan penanaman pohon yang dilakukan. Dia berharap, pohon yang tertanam akan membantu menyimpan air, sehingga debit airnya meningkat. Ia pun berencana membangun embung, agar air yang tertampung semakin banyak.


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu