Follow Us :              

Gus Yasin : Kades dan Lurah harus Terapkan Isolasi Keluarga

  16 April 2020  |   11:00:00  |   dibaca : 1107 
Kategori :
Bagikan :


Gus Yasin : Kades dan Lurah harus Terapkan Isolasi Keluarga

16 April 2020 | 11:00:00 | dibaca : 1107
Kategori :
Bagikan :

Foto : Handy (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Handy (Humas Jateng)

SEMARANG - Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen, meminta kepala desa dan lurah di Jawa Tengah menerapkan karantina terhadap warga, terutama pemudik atau warga yang baru pulang dari luar daerah di dalam rumah masing-masing bersama keluarganya. Kebijakan isolasi keluarga tersebut penting dilakukan sebagai upaya mencegah penyebaran virus Corona di pelosok Jawa Tengah.

"Keberadaan ODP dan kedatangan pemudik dari daerah terjangkit Covid-19 di wilayah Jateng harus kita waspadai. Saya berharap para pemudik yang tiba di Jateng melakukan isolasi mandiri di rumah masing-masing, tapi tetap dalam pengawasan yang melibatkan Linmas, bidan desa, kader kesehatan desa, pendamping PKH, TKSK, pendamping desa dan lainnya," pinta Taj Yasin di sela rapat koordinasi penanganan Covid-19, di Ruang Kerja Wakil Gubernur, Kamis (16/4/2020).

Selain pemudik, kebijakan isolasi keluarga perlu diterapkan bagi warga dengan kategori pelaku perjalanan (PP), Orang Dalam Pengawasan (ODP), dan Orang Tanpa Gejala (OTG). Menurutnya, isolasi keluarga menjadi alternatif yang efektif dan efisien dalam mencegah penularan virus Corona di pelosok desa. Terlebih selama ini tidak sedikit masyarakat yang mengabaikan bahaya virus mematikan tersebut.

"Selama ini banyak ODP, termasuk para pemudik yang tidak disiplin. Meskipun sudah diarahkan untuk berada di tempat karantina yang sudah disiapkan, namun tetap keluyuran bahkan masuk rumah dan berkumpul dengan kekuarganya. Maka dengan isolasi keluarga, ODP dan seluruh penghuni rumah dikarantina dan dilarang keluar rumah selama 14 hari," bebernya.

Selain ingin berkumpul dan dekat dengan keluarga, ODP enggan masuk tempat karantina yang disiapkan pemerintah desa karena sarana prasarana di tempat karantina belum memadai. Karenanya warga yang seharusnya dikarantina 14 hari, justru keluar rumah, berinteraksi dan berkumpul dengan keluarga dan warga lainnya sehingga berpotensi menularkan virus Corona.

Dijelaskan, dalam isolasi keluarga tersebut, keterlibatan pemerintah desa dan seluruh komponen masyarakat sangat diperlukan. Termasuk pemenuhan berbagai kebutuhan para pelaku isolasi keluarga supaya mereka dapat menjalankan isolasi keluarga dengan baik atau tidak perlu keluar rumah sebelum masa karantina berakhir. Terutama menyangkut kebutuhan pangan dan kebutuhan pokok sehari-hari.

"Jika perlu rumah warga yang sedang menjalani karantina di beri tanda atau semacam papan kecil yang memberikan keterangan bahwa penghuni rumah ini sedang dikarantina. Sehingga warga yang lain mengetahui dan mendukung upaya pencegahan penyebaran Covid-19 di desanya. Bahkan jika warga yang dikarantina membutuhkan sesuatu dapat meminta tolong melalui WhatsApp kepada petugas pengawasan," jelasnya.

Tidak kalah penting menurutnya, adanya edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya karantina selama 14 hari bagi warga yang masuk kategori orang yang harus menjalani isolasi, sehingga penularan virus Corona dapat cegah sedini mungkin. Terlebih saat musim mudik Lebaran dengan jumlah pemudik ke Jateng lebih dari 600 ribu orang dan tersebar di 7.809 desa dan 705 kelurahan. 

Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Jateng Haerudin menambahkan, meskipun korban meninggal akibat terjangkit Covid-19 terys meningkat, namun tidak sedikit masyarakat yang mengabaikan imbauan maupun kebijakan-kebijakan yang diterapkan pemerintah untuk mencegah penyebaran virus Corona. 

"Kepedulian masyatakat beragam, ada yang sangat peduli dan banyak pula yang keleduliannya rendah. Sebagai contoh satu desa di Kabupaten Magelang yang sangat peduli terhadap warganya. Pemudik yang tiba di desa itu harua dikarantina, jika tidak mau dikarantina maka wajib isolasi mandiri di rumah dengan pengawasan Bhabinkamtibmas dan pihak terkait lainnya," paparnya.


Bagikan :

SEMARANG - Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen, meminta kepala desa dan lurah di Jawa Tengah menerapkan karantina terhadap warga, terutama pemudik atau warga yang baru pulang dari luar daerah di dalam rumah masing-masing bersama keluarganya. Kebijakan isolasi keluarga tersebut penting dilakukan sebagai upaya mencegah penyebaran virus Corona di pelosok Jawa Tengah.

"Keberadaan ODP dan kedatangan pemudik dari daerah terjangkit Covid-19 di wilayah Jateng harus kita waspadai. Saya berharap para pemudik yang tiba di Jateng melakukan isolasi mandiri di rumah masing-masing, tapi tetap dalam pengawasan yang melibatkan Linmas, bidan desa, kader kesehatan desa, pendamping PKH, TKSK, pendamping desa dan lainnya," pinta Taj Yasin di sela rapat koordinasi penanganan Covid-19, di Ruang Kerja Wakil Gubernur, Kamis (16/4/2020).

Selain pemudik, kebijakan isolasi keluarga perlu diterapkan bagi warga dengan kategori pelaku perjalanan (PP), Orang Dalam Pengawasan (ODP), dan Orang Tanpa Gejala (OTG). Menurutnya, isolasi keluarga menjadi alternatif yang efektif dan efisien dalam mencegah penularan virus Corona di pelosok desa. Terlebih selama ini tidak sedikit masyarakat yang mengabaikan bahaya virus mematikan tersebut.

"Selama ini banyak ODP, termasuk para pemudik yang tidak disiplin. Meskipun sudah diarahkan untuk berada di tempat karantina yang sudah disiapkan, namun tetap keluyuran bahkan masuk rumah dan berkumpul dengan kekuarganya. Maka dengan isolasi keluarga, ODP dan seluruh penghuni rumah dikarantina dan dilarang keluar rumah selama 14 hari," bebernya.

Selain ingin berkumpul dan dekat dengan keluarga, ODP enggan masuk tempat karantina yang disiapkan pemerintah desa karena sarana prasarana di tempat karantina belum memadai. Karenanya warga yang seharusnya dikarantina 14 hari, justru keluar rumah, berinteraksi dan berkumpul dengan keluarga dan warga lainnya sehingga berpotensi menularkan virus Corona.

Dijelaskan, dalam isolasi keluarga tersebut, keterlibatan pemerintah desa dan seluruh komponen masyarakat sangat diperlukan. Termasuk pemenuhan berbagai kebutuhan para pelaku isolasi keluarga supaya mereka dapat menjalankan isolasi keluarga dengan baik atau tidak perlu keluar rumah sebelum masa karantina berakhir. Terutama menyangkut kebutuhan pangan dan kebutuhan pokok sehari-hari.

"Jika perlu rumah warga yang sedang menjalani karantina di beri tanda atau semacam papan kecil yang memberikan keterangan bahwa penghuni rumah ini sedang dikarantina. Sehingga warga yang lain mengetahui dan mendukung upaya pencegahan penyebaran Covid-19 di desanya. Bahkan jika warga yang dikarantina membutuhkan sesuatu dapat meminta tolong melalui WhatsApp kepada petugas pengawasan," jelasnya.

Tidak kalah penting menurutnya, adanya edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya karantina selama 14 hari bagi warga yang masuk kategori orang yang harus menjalani isolasi, sehingga penularan virus Corona dapat cegah sedini mungkin. Terlebih saat musim mudik Lebaran dengan jumlah pemudik ke Jateng lebih dari 600 ribu orang dan tersebar di 7.809 desa dan 705 kelurahan. 

Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Jateng Haerudin menambahkan, meskipun korban meninggal akibat terjangkit Covid-19 terys meningkat, namun tidak sedikit masyarakat yang mengabaikan imbauan maupun kebijakan-kebijakan yang diterapkan pemerintah untuk mencegah penyebaran virus Corona. 

"Kepedulian masyatakat beragam, ada yang sangat peduli dan banyak pula yang keleduliannya rendah. Sebagai contoh satu desa di Kabupaten Magelang yang sangat peduli terhadap warganya. Pemudik yang tiba di desa itu harua dikarantina, jika tidak mau dikarantina maka wajib isolasi mandiri di rumah dengan pengawasan Bhabinkamtibmas dan pihak terkait lainnya," paparnya.


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu