Follow Us :              

45 Tahun Tak Bisa Berjalan, Suwarni Menangis Terima.Kursi Roda dari Istri Wagub

  07 December 2020  |   10:00:00  |   dibaca : 797 
Kategori :
Bagikan :


45 Tahun Tak Bisa Berjalan, Suwarni Menangis Terima.Kursi Roda dari Istri Wagub

07 December 2020 | 10:00:00 | dibaca : 797
Kategori :
Bagikan :

Foto : Simon (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Simon (Humas Jateng)

REMBANG - Suwarni, difabel warga Desa Japeledok Kecamatan Pancur, Kabupaten Rembang tak mampu menahan haru. Tangis perempuan berusia 45 tahun itu, pecah ketika menerima bantuan kursi roda dari istri Wakil Gubernur, Nawal Arafah Taj Yasin di RSI Arafah Rembang, Senin (7/12/2020).

Selama 45 tahun, perempuan difabel yang sehari-hari menjadi buruh membatik itu, tidak dapat berjalan normal akibat kedua kakinya mengalami sakit polio saat masih balita. Kini, Suwarni tidak lagi berjalan merangkak karena sudah ada kursi roda sebagai alat bantu berjalan ataupun melakukan aktivitas lain.

"Saya sangat senang mendapat bantuan kursi roda dari Ibu Wakil Gubernur Jawa Tengah. Sudah lama saya menginginkannya, tetapi tidak mampu membeli. Dengan kursi roda ini, sekarang saya jalannya tidak lagi merangkak dan bisa pergi ke mana-mana," ujar Suwarni usai menerima bantuan.

Kendati mengalami kekurangan fisik, semangat Suwarni mencari nafkah tak pernah surut. Sehari-hari ia menorehkan beragam motif batik lembaran kain untuk mendapatkan upah Rp 25 ribu per lembar kain. Penghasilan dari  membatik tersebut digunakan untuk kebutuhan sehari-hari dan membantu keluarga. 

"Sudah delapan tahun saya menjadi buruh batik. Saya belajar membatik secara otodidak atau tidak belajar secara khusus. Satu lembar kain  biasanya selesai dalam dua hari dan mendapat upah Rp25 ribu. Dalam satu bulan rata-rata menyelesaikan 15 kain batik," jelasnya. 

Selain penyerahkan bantuan dana dan kursi roda, dalam kesempatan tersebut, Nawal yang juga merupakan Ketua Badan Kerja Sama Organisasi Wanita (BKOW) Jateng, menyaksikan penyerahan alat pelindung diri (APD) dari Himpunan Wanita Difabilitas Indonesia (HWDI) Rembang, kepada RSI Arafah Rembang.

"Kegiatan sosial ini diinisiasi oleh rekan-rekan dari komunitas difabel. Inilah bentuk kesengkuyungan kita dan budaya gotong-royong yang harus terus kita pelihara bersama di Jawa Tengah," ujar Nawal.

Pada masa pendemi, kata dia, banyak tenaga kesehatan yang gugur karena tertular COVID-19 saat menangani pasien. Maka, dalam rangka memperingati Hari Disabilitas Internasional yang jatuh pada 3 Desember kemarin,  para difabel dan beberapa organisasi tergerak untuk menyediakan hazmat bagi tenaga kesehatan.

Disebutkan, data kasus COVID-19 di Jateng terus bertambah. Per 6 Desember 2020, jumlah kasus aktif COVID-19 tercatat 9.377 orang, suspek 7.520 orang, sembuh 47.561, dan meninggal 3.929 orang. Maka diperlukan langkah-langkah antisipatif, tegas, dan terukur guna menekan pelularan. 

"Saya sangat apresiasi kegiatan ini. Semoga ini menginspirasi banyak orang. Tidak hanya warga Rembang, tetapi juga warga daerah-daerah lain untuk ikut memberikan sumbangsih kepada siapapun yang membutuhkan," katanya.

Ketua HWDI Rembang Fatimah Asri mengatakan, pandemi COVID-19 sejak Maret 2020, telah menggugah kepedulian banyak pihak untuk berbagi terhadap sesama. Tak terkecuali HWDI Rembang, yang bergotong-royong menjahit APD untuk disumbangkan kepada para tenaga medis. 

"Kita setara dengan yang lain dan bisa seperti yang lain. Sumbangan 80 hazmat yang kami jahit sendiri ini sebagai bukti teman-teman difabititas peduli kepada masyarakat dan tenaga kesehatan supaya terhindar dari COVID-19. Sebelumnya, HWDI juga secara swadaya menyumbangkan masker, sembako, dan bantuan lainnya," ucapnya.


Bagikan :

REMBANG - Suwarni, difabel warga Desa Japeledok Kecamatan Pancur, Kabupaten Rembang tak mampu menahan haru. Tangis perempuan berusia 45 tahun itu, pecah ketika menerima bantuan kursi roda dari istri Wakil Gubernur, Nawal Arafah Taj Yasin di RSI Arafah Rembang, Senin (7/12/2020).

Selama 45 tahun, perempuan difabel yang sehari-hari menjadi buruh membatik itu, tidak dapat berjalan normal akibat kedua kakinya mengalami sakit polio saat masih balita. Kini, Suwarni tidak lagi berjalan merangkak karena sudah ada kursi roda sebagai alat bantu berjalan ataupun melakukan aktivitas lain.

"Saya sangat senang mendapat bantuan kursi roda dari Ibu Wakil Gubernur Jawa Tengah. Sudah lama saya menginginkannya, tetapi tidak mampu membeli. Dengan kursi roda ini, sekarang saya jalannya tidak lagi merangkak dan bisa pergi ke mana-mana," ujar Suwarni usai menerima bantuan.

Kendati mengalami kekurangan fisik, semangat Suwarni mencari nafkah tak pernah surut. Sehari-hari ia menorehkan beragam motif batik lembaran kain untuk mendapatkan upah Rp 25 ribu per lembar kain. Penghasilan dari  membatik tersebut digunakan untuk kebutuhan sehari-hari dan membantu keluarga. 

"Sudah delapan tahun saya menjadi buruh batik. Saya belajar membatik secara otodidak atau tidak belajar secara khusus. Satu lembar kain  biasanya selesai dalam dua hari dan mendapat upah Rp25 ribu. Dalam satu bulan rata-rata menyelesaikan 15 kain batik," jelasnya. 

Selain penyerahkan bantuan dana dan kursi roda, dalam kesempatan tersebut, Nawal yang juga merupakan Ketua Badan Kerja Sama Organisasi Wanita (BKOW) Jateng, menyaksikan penyerahan alat pelindung diri (APD) dari Himpunan Wanita Difabilitas Indonesia (HWDI) Rembang, kepada RSI Arafah Rembang.

"Kegiatan sosial ini diinisiasi oleh rekan-rekan dari komunitas difabel. Inilah bentuk kesengkuyungan kita dan budaya gotong-royong yang harus terus kita pelihara bersama di Jawa Tengah," ujar Nawal.

Pada masa pendemi, kata dia, banyak tenaga kesehatan yang gugur karena tertular COVID-19 saat menangani pasien. Maka, dalam rangka memperingati Hari Disabilitas Internasional yang jatuh pada 3 Desember kemarin,  para difabel dan beberapa organisasi tergerak untuk menyediakan hazmat bagi tenaga kesehatan.

Disebutkan, data kasus COVID-19 di Jateng terus bertambah. Per 6 Desember 2020, jumlah kasus aktif COVID-19 tercatat 9.377 orang, suspek 7.520 orang, sembuh 47.561, dan meninggal 3.929 orang. Maka diperlukan langkah-langkah antisipatif, tegas, dan terukur guna menekan pelularan. 

"Saya sangat apresiasi kegiatan ini. Semoga ini menginspirasi banyak orang. Tidak hanya warga Rembang, tetapi juga warga daerah-daerah lain untuk ikut memberikan sumbangsih kepada siapapun yang membutuhkan," katanya.

Ketua HWDI Rembang Fatimah Asri mengatakan, pandemi COVID-19 sejak Maret 2020, telah menggugah kepedulian banyak pihak untuk berbagi terhadap sesama. Tak terkecuali HWDI Rembang, yang bergotong-royong menjahit APD untuk disumbangkan kepada para tenaga medis. 

"Kita setara dengan yang lain dan bisa seperti yang lain. Sumbangan 80 hazmat yang kami jahit sendiri ini sebagai bukti teman-teman difabititas peduli kepada masyarakat dan tenaga kesehatan supaya terhindar dari COVID-19. Sebelumnya, HWDI juga secara swadaya menyumbangkan masker, sembako, dan bantuan lainnya," ucapnya.


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu