Follow Us :              

Jateng Optimistis Capai Target Imunisasi MR

  15 September 2017  |   10:00:00  |   dibaca : 414 
Kategori :
Bagikan :


Jateng Optimistis Capai Target Imunisasi MR

15 September 2017 | 10:00:00 | dibaca : 414
Kategori :
Bagikan :

Foto : (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : (Humas Jateng)

Semarang – Pemerintah Provinsi Jawa Tengah optimistis capaian imunisasi Measles Rubella (MR) bakal melebihi target 95 persen. Pasalnya, saat ini realisasi imunisasi tersebut sudah mencapai 92,54 persen dari sasaran yang ditetapkan Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Kementerian Kesehatan RI.

Hal tersebut disampaikan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah dr Yulianto Prabowo MKes saat Diskusi Media 2017, Imunisasi : Perisai dan Keamanan Masa Depan Anak, di Hotel Horison, Jumat (15/9). Ditambahkan, dari 35 kabupaten/ kota, sudah ada delapan kabupaten/ kota yang capaian imunisasi MR-nya melampaui 100 persen. Yakni Kabupaten Klaten, Sragen, Pati, Kudus, Kota Magelang, Kota Surakarta, Kota Salatiga, dan Kota Tegal. Namun, ada pula daerah yang capaiannya baru 81 persen, yakni Kabupaten Brebes.

“Brebes masih 81 persen karena wilayahnya luas, penduduknya paling banyak di Jateng, dengan sasaran mencapai 440 ribu anak. Sementara, jumlah tenaga kesehatannya terbatas. Tapi harapan kita nanti sampai akhir bulan ini bisa 100 persen,” terangnya.

Agar capaian imunisasi MR di semua wilayah dapat maksimal, Yulianto menyampaikan, pihaknya akan melakukan sweeping ke rumah-rumah warga. Jadi, anak-anak yang sudah terdata tapi belum diimunisasi akan didatangi di rumah. Sebab, bisa jadi mereka tidak datang ke posyandu karena keterbatasan akses, sakit, dan sebagainya.

“Jadi, kita akan jemput bola. Kalau seluruh kegiatan di Posyandu selesai, masih ada sasaran yang belum, ya akan kita jemput,” kata Yulianto.

Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Jawa Tengah Hj Atikoh Ganjar Pranowo menambahkan pihaknya terus berupaya membantu pelaksanaan imunisasi MR. Sebab, petugas posyandu merupakan kader-kader PKK.

Diakui, pelaksanaan imunisasi di tingkat posyandu untuk anak usia sembilan bulan sampai lima tahun merupakan titik kritis, mengingat mereka datang ke posyandu atas kesadaran sendiri. Berbeda dengan anak-anak yang diimunisasi di sekolah karena biasanya mereka lebih mudah diedukasi gurunya.

Melihat kondisi tersebut, para kader PKK tak berhenti menyosialisasikan pentingnya imunisasi MR. Mulai dari bagaimana imunisasi dilakukan, kegunaan, kemungkinan reaksi yang ditimbulkan setelah masuknya vaksin, hingga apa yang dilakukan saat terjadi reaksi. Para kader pun dibekali dengan standar operasional prosedur (SOP) imunisasi, baik saat imunisasi, menghadapi reaksi negatif vaksin, hingga mengatasi antrean agar tidak terjadi penumpukan.

“Memang kadang ada resistensi di Jawa Tengah. Tapi insyaa Allah angkanya tidak terlalu signifikan,” beber Atikoh.

Menurutnya, imunisasi merupakan investasi bidang kesehatan dalam menghadapi bonus demografi. Melalui imunisasi yang diberikan sejak dalam kandungan hingga usia sekolah, diharapkan mereka menjadi generasi muda yang sehat, sumber daya manusia yang luar biasa. Dengan begitu akan muncul pemimpin-pemimpin masa depan yang bisa menjadikan Indonesia lebih baik lagi.

Anggota Komisi Daerah (Komda) Kejadian Ikutan Pascaimunisasi (KIPI) dr Wistiani SpA MSi mengingatkan agar masyarakat tidak terlalu khawatir dengan dampak yang ditimbulkan dari imunisasi MR. Sebab, petugas telah mengantisipasi kemungkinan terjadinya reaksi dari imunisasi. Selain itu, untuk meminimalisasi KIPI, sasaran yang diimunisasi pun diharapkan benar-benar anak yang sehat.

Hingga kini, imbuh dia, pihaknya telah menerima beberapa laporan mengenai reaksi imunisasi MR. Laporan terbanyak adalah anak gatal-gatal, pingsan karena ketakutan, dan demam. Sementara untuk kasus yang diduga KIPI berat, itu bukan karena imunisasi tapi akibat penyakit lainnya.

Ditambahkan, seluruh laporan yang masuk akan ditelusuri dengan ketat, mupai dari pelaporan, penelusuran lapangan, termasuk petugas yang menangani, melacak rekam medis jika pasien tersebut sampai dirawat di rumah sakit, kemudian dilakukan pemeriksaan klinis dengan pemeriksaan laborat pendukung. Hasilnya akan dianalisis dan didiskusikan.

“Jadi kami selalu dituntut untuk membuktikan profesionalisme dan lain-lain, dan tentunya tidak berdiri sendiri, karena bagaimana pun juga, saling berkoordinasi dengan masyarakat, dengan Dinkes Provinsi, Unicef, PKK, dan lain-lain. Artinya, kita dengan tugas masing-masing tetapi untuk menunjukkan komitmen dukungan terhadap pembuktian bahwa tindakan-tindakan medis yang diberikan itu adalah aman,” tegasnya.

Sementara itu, ahli imunisasi Unicef dr Kenny Peetosutan menyampaikan imunisasi MR dilakukan untuk mencapai eradikasi campak dan rubella, di mana pada 2020 Asia Tenggara menargetkan eliminasi campak dan rubella. Saat ini di Indonesia sasarannya masih pada pengendalian, untuk mencegah konginetal rubella syndrome. Yakni mencegah penularan virus pada wanita hamil, sehingga anak yang terlahir terhindar dari cacat bawaan, seperti tuli, katarak, dan sebagainya.

“Kita ingin generasi penerus yang sehat, karena mereka yang nanti akan mengemban tugas seperti kita di sini. Indonesia generasi penerusnya cukup besar, dan ini sangat bermakna. Kita patut kerja keras sekarang demi mereka. Indonesia turut menyumbang eradikasi campak dan rubella nantinya di seluruh dunia,” tandasnya. (Ul, Diskominfo Jateng)


Bagikan :

Semarang – Pemerintah Provinsi Jawa Tengah optimistis capaian imunisasi Measles Rubella (MR) bakal melebihi target 95 persen. Pasalnya, saat ini realisasi imunisasi tersebut sudah mencapai 92,54 persen dari sasaran yang ditetapkan Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Kementerian Kesehatan RI.

Hal tersebut disampaikan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah dr Yulianto Prabowo MKes saat Diskusi Media 2017, Imunisasi : Perisai dan Keamanan Masa Depan Anak, di Hotel Horison, Jumat (15/9). Ditambahkan, dari 35 kabupaten/ kota, sudah ada delapan kabupaten/ kota yang capaian imunisasi MR-nya melampaui 100 persen. Yakni Kabupaten Klaten, Sragen, Pati, Kudus, Kota Magelang, Kota Surakarta, Kota Salatiga, dan Kota Tegal. Namun, ada pula daerah yang capaiannya baru 81 persen, yakni Kabupaten Brebes.

“Brebes masih 81 persen karena wilayahnya luas, penduduknya paling banyak di Jateng, dengan sasaran mencapai 440 ribu anak. Sementara, jumlah tenaga kesehatannya terbatas. Tapi harapan kita nanti sampai akhir bulan ini bisa 100 persen,” terangnya.

Agar capaian imunisasi MR di semua wilayah dapat maksimal, Yulianto menyampaikan, pihaknya akan melakukan sweeping ke rumah-rumah warga. Jadi, anak-anak yang sudah terdata tapi belum diimunisasi akan didatangi di rumah. Sebab, bisa jadi mereka tidak datang ke posyandu karena keterbatasan akses, sakit, dan sebagainya.

“Jadi, kita akan jemput bola. Kalau seluruh kegiatan di Posyandu selesai, masih ada sasaran yang belum, ya akan kita jemput,” kata Yulianto.

Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Jawa Tengah Hj Atikoh Ganjar Pranowo menambahkan pihaknya terus berupaya membantu pelaksanaan imunisasi MR. Sebab, petugas posyandu merupakan kader-kader PKK.

Diakui, pelaksanaan imunisasi di tingkat posyandu untuk anak usia sembilan bulan sampai lima tahun merupakan titik kritis, mengingat mereka datang ke posyandu atas kesadaran sendiri. Berbeda dengan anak-anak yang diimunisasi di sekolah karena biasanya mereka lebih mudah diedukasi gurunya.

Melihat kondisi tersebut, para kader PKK tak berhenti menyosialisasikan pentingnya imunisasi MR. Mulai dari bagaimana imunisasi dilakukan, kegunaan, kemungkinan reaksi yang ditimbulkan setelah masuknya vaksin, hingga apa yang dilakukan saat terjadi reaksi. Para kader pun dibekali dengan standar operasional prosedur (SOP) imunisasi, baik saat imunisasi, menghadapi reaksi negatif vaksin, hingga mengatasi antrean agar tidak terjadi penumpukan.

“Memang kadang ada resistensi di Jawa Tengah. Tapi insyaa Allah angkanya tidak terlalu signifikan,” beber Atikoh.

Menurutnya, imunisasi merupakan investasi bidang kesehatan dalam menghadapi bonus demografi. Melalui imunisasi yang diberikan sejak dalam kandungan hingga usia sekolah, diharapkan mereka menjadi generasi muda yang sehat, sumber daya manusia yang luar biasa. Dengan begitu akan muncul pemimpin-pemimpin masa depan yang bisa menjadikan Indonesia lebih baik lagi.

Anggota Komisi Daerah (Komda) Kejadian Ikutan Pascaimunisasi (KIPI) dr Wistiani SpA MSi mengingatkan agar masyarakat tidak terlalu khawatir dengan dampak yang ditimbulkan dari imunisasi MR. Sebab, petugas telah mengantisipasi kemungkinan terjadinya reaksi dari imunisasi. Selain itu, untuk meminimalisasi KIPI, sasaran yang diimunisasi pun diharapkan benar-benar anak yang sehat.

Hingga kini, imbuh dia, pihaknya telah menerima beberapa laporan mengenai reaksi imunisasi MR. Laporan terbanyak adalah anak gatal-gatal, pingsan karena ketakutan, dan demam. Sementara untuk kasus yang diduga KIPI berat, itu bukan karena imunisasi tapi akibat penyakit lainnya.

Ditambahkan, seluruh laporan yang masuk akan ditelusuri dengan ketat, mupai dari pelaporan, penelusuran lapangan, termasuk petugas yang menangani, melacak rekam medis jika pasien tersebut sampai dirawat di rumah sakit, kemudian dilakukan pemeriksaan klinis dengan pemeriksaan laborat pendukung. Hasilnya akan dianalisis dan didiskusikan.

“Jadi kami selalu dituntut untuk membuktikan profesionalisme dan lain-lain, dan tentunya tidak berdiri sendiri, karena bagaimana pun juga, saling berkoordinasi dengan masyarakat, dengan Dinkes Provinsi, Unicef, PKK, dan lain-lain. Artinya, kita dengan tugas masing-masing tetapi untuk menunjukkan komitmen dukungan terhadap pembuktian bahwa tindakan-tindakan medis yang diberikan itu adalah aman,” tegasnya.

Sementara itu, ahli imunisasi Unicef dr Kenny Peetosutan menyampaikan imunisasi MR dilakukan untuk mencapai eradikasi campak dan rubella, di mana pada 2020 Asia Tenggara menargetkan eliminasi campak dan rubella. Saat ini di Indonesia sasarannya masih pada pengendalian, untuk mencegah konginetal rubella syndrome. Yakni mencegah penularan virus pada wanita hamil, sehingga anak yang terlahir terhindar dari cacat bawaan, seperti tuli, katarak, dan sebagainya.

“Kita ingin generasi penerus yang sehat, karena mereka yang nanti akan mengemban tugas seperti kita di sini. Indonesia generasi penerusnya cukup besar, dan ini sangat bermakna. Kita patut kerja keras sekarang demi mereka. Indonesia turut menyumbang eradikasi campak dan rubella nantinya di seluruh dunia,” tandasnya. (Ul, Diskominfo Jateng)


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu