Follow Us :              

Jadi Imam Salat Idul Fitri di Rumah Dinas, Taj Yasin Jelaskan Ciri Orang Takwa

  13 May 2021  |   07:00:00  |   dibaca : 1217 
Kategori :
Bagikan :


Jadi Imam Salat Idul Fitri di Rumah Dinas, Taj Yasin Jelaskan Ciri Orang Takwa

13 May 2021 | 07:00:00 | dibaca : 1217
Kategori :
Bagikan :

Foto : Handy (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Handy (Humas Jateng)

SEMARANG - Semakin tinggi kualitas takwa seseorang, semakin tinggi pula kesuksesannya berpuasa. Demikian juga sebaliknya, semakin hilang kualitas takwa dalam diri, pertanda semakin gagal amalannya sepanjang ramadan. 

Pernyataan itu disampaikan Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin dalam kotbahnya, usai salat Idul Fitri di Musala Baitul Musthofa yang berada di rumah dinasnya, di Jalan Rinjani Semarang, Kamis (13/5/2021). Salat tersebut diikuti para staf Wakil Gubernur beserta keluarga. 

"Jika standar pencapaian tertinggi puasa adalah takwa, maka tanda-tanda bahwa manusia sukses melewati Ramadan pun tak lepas dari ciri-ciri orang muttaqin atau orang-orang yang bertakwa," jelas Taj Yasin. 

Taj Yasin mengatakan, di dalam Al-Quran ada beberapa tanda orang yang bertakwa, salah satunya adalah kesediaan menafkahkan harta pada saat senang maupun susah. 

Dalam konteks Ramadan dan Idul Fitri, karakter ini sudah dibudayakan agama Islam melalui ajaran zakat fitrah. Zakat fitrah merupakan simbol “rapor kelulusan” puasa, yang ditandai dengan kesediaan mengorbankan sebagian kekayaan sebagai bentuk kepedulian kepada mereka yang lemah.  

Ciri kedua adalah mampu menahan amarah. Meski marah adalah ekpresi yang manusiawi, tetapi orang-orang yang bertakwa tidak akan mengumbar marah begitu saja. Taj Yasin mengibaratkan kemampuan seseorang yang bertakwa mengendalikan emosi seperti termos. Ia mampu menyembunyikan panas di dadanya sehingga orang-orang di sekitarnya tidak tahu bahwa ia sedang marah. 

Ciri lainnya seseorang yang bertakwa adalah mampu memaafkan kesalahan orang lain. Ulama-ulama di tanah air berusaha menguatkan karakter ini dengan menciptakan tradisi bersilaturahmi dan saling memaafkan di saat lebaran. Harapannya, usai lebaran manusia kembali harmoni, tanpa rasa saling membenci. 

"Sempurnalah, ketika kita usai membersihkan diri dari kesalahan-kesalahan kepada Allah, selanjutnya kita saling memaafkan kesalahan masing-masing di antara manusia," katanya.


Bagikan :

SEMARANG - Semakin tinggi kualitas takwa seseorang, semakin tinggi pula kesuksesannya berpuasa. Demikian juga sebaliknya, semakin hilang kualitas takwa dalam diri, pertanda semakin gagal amalannya sepanjang ramadan. 

Pernyataan itu disampaikan Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin dalam kotbahnya, usai salat Idul Fitri di Musala Baitul Musthofa yang berada di rumah dinasnya, di Jalan Rinjani Semarang, Kamis (13/5/2021). Salat tersebut diikuti para staf Wakil Gubernur beserta keluarga. 

"Jika standar pencapaian tertinggi puasa adalah takwa, maka tanda-tanda bahwa manusia sukses melewati Ramadan pun tak lepas dari ciri-ciri orang muttaqin atau orang-orang yang bertakwa," jelas Taj Yasin. 

Taj Yasin mengatakan, di dalam Al-Quran ada beberapa tanda orang yang bertakwa, salah satunya adalah kesediaan menafkahkan harta pada saat senang maupun susah. 

Dalam konteks Ramadan dan Idul Fitri, karakter ini sudah dibudayakan agama Islam melalui ajaran zakat fitrah. Zakat fitrah merupakan simbol “rapor kelulusan” puasa, yang ditandai dengan kesediaan mengorbankan sebagian kekayaan sebagai bentuk kepedulian kepada mereka yang lemah.  

Ciri kedua adalah mampu menahan amarah. Meski marah adalah ekpresi yang manusiawi, tetapi orang-orang yang bertakwa tidak akan mengumbar marah begitu saja. Taj Yasin mengibaratkan kemampuan seseorang yang bertakwa mengendalikan emosi seperti termos. Ia mampu menyembunyikan panas di dadanya sehingga orang-orang di sekitarnya tidak tahu bahwa ia sedang marah. 

Ciri lainnya seseorang yang bertakwa adalah mampu memaafkan kesalahan orang lain. Ulama-ulama di tanah air berusaha menguatkan karakter ini dengan menciptakan tradisi bersilaturahmi dan saling memaafkan di saat lebaran. Harapannya, usai lebaran manusia kembali harmoni, tanpa rasa saling membenci. 

"Sempurnalah, ketika kita usai membersihkan diri dari kesalahan-kesalahan kepada Allah, selanjutnya kita saling memaafkan kesalahan masing-masing di antara manusia," katanya.


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu