Follow Us :              

Sambut Era Disrupsi, Nawal : Izinkan Santri Belajar Teknologi

  01 November 2021  |   13:00:00  |   dibaca : 1059 
Kategori :
Bagikan :


Sambut Era Disrupsi, Nawal : Izinkan Santri Belajar Teknologi

01 November 2021 | 13:00:00 | dibaca : 1059
Kategori :
Bagikan :

Foto : Bintoro (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Bintoro (Humas Jateng)

REMBANG- Era teknologi 4.0 membawa masyarakat terseret disrupsi di segala aspek, termasuk agama. Disrupsi dalam aspek agama menjadi tantangan serius yang mesti dihadapi para santri. 

"Saya contohkan misalnya dalam aspek agama kita terkena disrupsi. Tiyang sakmangke ngaos pun cekap lewat YouTube. Nggih napa mboten? Sak mangke badhe madosi hadist artine napa , lewat Google. Nggih napa mboten (Masyarakat saat ini merasa cukup belajar dari YouTube. Benar tidak? Termasuk untuk mencari arti hadist juga lewat Goole)," kata Nawal Arafah Yasin, istri Wakil Gubernur Jawa Tengah saat menghadiri Pengajian Akbar dalam rangka memeringati Hari Santri di Kantor PC NU Lasem, Senin (1/11/2021)

Kemudahan mendapat jawaban melalui teknologi, kata dia, membentuk mindset seseorang bahwa tidak perlu lagi belajar langsung lewat kiai/ ulama, tidak perlu lagi mengejar sanad (aslian), atau tidak perlu lagi menghafal Qur'an. Jawaban yang diperoleh dari gadget dirasa sudah cukup.

"Maka ini yang perlu diluruskan. Perlu peran santri di sini. Maka diharapkan santri itu bisa adaptif dengan teknologi. Dengan cara apa? Dengan cara aktif mengisi konten-konten yang positif, terutama konten-konten yang sesuai dengan ahlusunnah wal jamaah (ahli tafsir, hadist dan fikih)," katanya mengingatkan.

Pada saat belajar di pondok pesantren, santri sudah dibekali ilmu agama yang komprehensif. Seperti ilmu tauhid, fiqih, qur'an, hadist serta sejarah Islam. Dengan ilmu yang dimilikinya, santri dapat mengamalkan dengan membuat konten-konten agama yang positif.

Semakin banyak konten positif yang diunggah, maka konten tersebut akan sering muncul ketika masyarakat melakukan pencarian. Dengan begitu, dapat memukul mundur konten-konten Islam yang tidak benar. 

"Maka Bu Nyai-Bu Nyai dhateng mriki, nek santrine niku kok belajar teknologi, jenengan keparengaken (Ibu-ibu pengasuh pesantren mohon diijinkan jika para santri belajar teknologi) tetapi (selama) menggunakan teknologi dengan positif," pesannya.


Bagikan :

REMBANG- Era teknologi 4.0 membawa masyarakat terseret disrupsi di segala aspek, termasuk agama. Disrupsi dalam aspek agama menjadi tantangan serius yang mesti dihadapi para santri. 

"Saya contohkan misalnya dalam aspek agama kita terkena disrupsi. Tiyang sakmangke ngaos pun cekap lewat YouTube. Nggih napa mboten? Sak mangke badhe madosi hadist artine napa , lewat Google. Nggih napa mboten (Masyarakat saat ini merasa cukup belajar dari YouTube. Benar tidak? Termasuk untuk mencari arti hadist juga lewat Goole)," kata Nawal Arafah Yasin, istri Wakil Gubernur Jawa Tengah saat menghadiri Pengajian Akbar dalam rangka memeringati Hari Santri di Kantor PC NU Lasem, Senin (1/11/2021)

Kemudahan mendapat jawaban melalui teknologi, kata dia, membentuk mindset seseorang bahwa tidak perlu lagi belajar langsung lewat kiai/ ulama, tidak perlu lagi mengejar sanad (aslian), atau tidak perlu lagi menghafal Qur'an. Jawaban yang diperoleh dari gadget dirasa sudah cukup.

"Maka ini yang perlu diluruskan. Perlu peran santri di sini. Maka diharapkan santri itu bisa adaptif dengan teknologi. Dengan cara apa? Dengan cara aktif mengisi konten-konten yang positif, terutama konten-konten yang sesuai dengan ahlusunnah wal jamaah (ahli tafsir, hadist dan fikih)," katanya mengingatkan.

Pada saat belajar di pondok pesantren, santri sudah dibekali ilmu agama yang komprehensif. Seperti ilmu tauhid, fiqih, qur'an, hadist serta sejarah Islam. Dengan ilmu yang dimilikinya, santri dapat mengamalkan dengan membuat konten-konten agama yang positif.

Semakin banyak konten positif yang diunggah, maka konten tersebut akan sering muncul ketika masyarakat melakukan pencarian. Dengan begitu, dapat memukul mundur konten-konten Islam yang tidak benar. 

"Maka Bu Nyai-Bu Nyai dhateng mriki, nek santrine niku kok belajar teknologi, jenengan keparengaken (Ibu-ibu pengasuh pesantren mohon diijinkan jika para santri belajar teknologi) tetapi (selama) menggunakan teknologi dengan positif," pesannya.


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu