Follow Us :              

Gubernur Siap Kawal Usulan Penanganan Banjir di KemenPUPR

  13 January 2023  |   10:00:00  |   dibaca : 648 
Kategori :
Bagikan :


Gubernur Siap Kawal Usulan Penanganan Banjir di KemenPUPR

13 January 2023 | 10:00:00 | dibaca : 648
Kategori :
Bagikan :

Foto : Vivi (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Vivi (Humas Jateng)

GROBOGAN - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan bencana banjir di Jawa Tengah, termasuk di Kabupaten Grobogan harus ditangani secara cepat.  Penanganan yang diharapkan bukan hanya yang bersifat sementara tetapi yang memiliki manfaat hingga jangka panjang.

"Sebenarnya kalau (solusi) tanggulnya tidak terlalu sulit, tinggal nambal saja. Tapi problemnya ini musti (untuk) jangka panjang sehingga Sungai Lusi musti segera ditangani dengan perubahan cuaca yang cukup ekstrem. Kita tidak mau tahun depan terjadi lagi," kata Gubernur saat meninjau perbaikan tanggul jebol di Sungai Lusi, Desa Karangsari, Kecamatan Brati, Kabupaten Grobogan, Jumat (13/1/2023).

Guna mendapatkan solusi yang manfaatnya bisa berjangka panjang, Gubernur mendorong penanganan Sungai Lusi bersama sejumlah daerah di Jawa Tengah seperti Kudus, Jepara, dan Pati, dimasukkan sebagai prioritas Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). 

"Alhamdulillah kemarin Pak Basuki (Menteri PUPR) sudah hadir keliling ke Kudus, Jepara, sampai Pati. Saya sudah bilang kepada beliau. PUPR kabupaten juga sudah membuat usulan, nanti saya akan back up untuk diteruskan ke Pak Basuki agar daerah-daerah kritis ini terdeteksi sejak awal sehingga ada titik-titik yang bisa kita lakukan peringatan dini," jelasnya. 

Terkait penyebab banjir yang menggenangi desa-desa dan lahan pertanian di Kecamatan Brati, Gubernur mendapat laporan, sumbernya bukan hanya berasal dari limpasan Sungai Lusi dari arah Blora. Banjir di Breti juga berasal dari pegunungan Kendeng Utara dan sungai Tuntang. Apabila terjadi hujan lebat atau cuaca ekstrem, air dari pegunungan Kendeng Utara yang gundul langsung turun ke Brati. 

"Pegunungan Kendeng Utara ini lumayan gundul. Kalau saya lihat di sini bukan karena galian C tapi mengkonversi tanaman dari tanaman keras ke tanaman semusim. Sekarang tanamannya jagung. Menurut saya ini musti ditanamani tanaman keras lagi. Kalau ditanaminya jagung nanti hujan akan ke sini. Satu jam hujan di sana sudah sampai sini. Ini mesti ditata bareng-bareng. Kalau tidak, kita akan mengalami situasi yang buruk," ujar Gubernur mengingatkan. 

Didampingi Bupati Grobogan Sri Sumarni, Gubernur juga menyampaikan tentang penanganan banjir yang telah dilakukan Pemerintah Kabupaten Grobogan. Mereka bukan hanya menyiapkan Detailed Enginering Design (DED) atau desain rekayasa, sodetan di kawasan tergenang, tetapi mereka juga melakukan penanganan jangka pendek seperti perbaikan tanggul sungai. Perbaikan ini dilakukan dengan bekerja sama dengan BBWS. 

"Terus kemudian untuk mengurus sungai Lusi ini menurut saya yang nanti kita teruskan karena Pak Menteri PUPR sudah punya perhatian untuk ini, tinggal nanti kita tekankan untuk menjadi prioritas. Karena ini sifatnya bencana maka musti ditangani segera, kalau reguler menunggu APBN berikutnya. (Banjir) sekarang insyaallah bisa masuk kategori bencana agar bisa ditangani tahun ini," jelasnya. 

Bupati Grobogan Sri Sumarni juga ikut memberi tanggapan terkait dampak banjir di Brati yang terjadi hampir setiap tahun. "Akibat banjir ini sekitar seribu hektare lebih lahan pertanian gagal panen atau tidak bisa ditanami. Desa Karangsari ini gagal panen," ujarnya kepada Gubernur. 

Setelah meninjau perbaikan tanggul di Desa Karangsari, Gubernur dan Bupati Grobogan beranjak menuju Pegunugan Kendeng Utara untuk mengecek laporan tentang penyebab banjir. Berdasarkan keterangan dari pihak Perhutani selaku pemilik lahan, sebagian lahan di kawasan itu merupakan PHBM dan sebagian lagi perhutanan sosial dengan komoditas paling besar tanaman jagung. 

"Ternyata di sini ada Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM), bersama Perhutani, ini bagus, tapi kan ada syarat persentasi. Syaratnya itu 50 persen (area), itu harus tegakan. Kalau saya lihat di belakang itu 99 persen tidak ada tegakan, semuanya ditanami jagung." 

Gubernur memahami tanaman jagung memberikan nilai tambah perekonomian. Namun ia juga mengatakan, kondisi lingkungan yang membutuhkan tanaman keras atau pepohonan sebagai penyangga tanah, juga harus dipenuhi. 

"Sekarang kita evaluasi. Kalau masih seperti ini bahaya. Sekarang harus kita review, itu paling tidak butuh waktu sekitar 4-5 tahun hingga tanaman keras (pohon) itu betul-betul bisa menggigit (akarnya)," tandasnya.


Bagikan :

GROBOGAN - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan bencana banjir di Jawa Tengah, termasuk di Kabupaten Grobogan harus ditangani secara cepat.  Penanganan yang diharapkan bukan hanya yang bersifat sementara tetapi yang memiliki manfaat hingga jangka panjang.

"Sebenarnya kalau (solusi) tanggulnya tidak terlalu sulit, tinggal nambal saja. Tapi problemnya ini musti (untuk) jangka panjang sehingga Sungai Lusi musti segera ditangani dengan perubahan cuaca yang cukup ekstrem. Kita tidak mau tahun depan terjadi lagi," kata Gubernur saat meninjau perbaikan tanggul jebol di Sungai Lusi, Desa Karangsari, Kecamatan Brati, Kabupaten Grobogan, Jumat (13/1/2023).

Guna mendapatkan solusi yang manfaatnya bisa berjangka panjang, Gubernur mendorong penanganan Sungai Lusi bersama sejumlah daerah di Jawa Tengah seperti Kudus, Jepara, dan Pati, dimasukkan sebagai prioritas Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). 

"Alhamdulillah kemarin Pak Basuki (Menteri PUPR) sudah hadir keliling ke Kudus, Jepara, sampai Pati. Saya sudah bilang kepada beliau. PUPR kabupaten juga sudah membuat usulan, nanti saya akan back up untuk diteruskan ke Pak Basuki agar daerah-daerah kritis ini terdeteksi sejak awal sehingga ada titik-titik yang bisa kita lakukan peringatan dini," jelasnya. 

Terkait penyebab banjir yang menggenangi desa-desa dan lahan pertanian di Kecamatan Brati, Gubernur mendapat laporan, sumbernya bukan hanya berasal dari limpasan Sungai Lusi dari arah Blora. Banjir di Breti juga berasal dari pegunungan Kendeng Utara dan sungai Tuntang. Apabila terjadi hujan lebat atau cuaca ekstrem, air dari pegunungan Kendeng Utara yang gundul langsung turun ke Brati. 

"Pegunungan Kendeng Utara ini lumayan gundul. Kalau saya lihat di sini bukan karena galian C tapi mengkonversi tanaman dari tanaman keras ke tanaman semusim. Sekarang tanamannya jagung. Menurut saya ini musti ditanamani tanaman keras lagi. Kalau ditanaminya jagung nanti hujan akan ke sini. Satu jam hujan di sana sudah sampai sini. Ini mesti ditata bareng-bareng. Kalau tidak, kita akan mengalami situasi yang buruk," ujar Gubernur mengingatkan. 

Didampingi Bupati Grobogan Sri Sumarni, Gubernur juga menyampaikan tentang penanganan banjir yang telah dilakukan Pemerintah Kabupaten Grobogan. Mereka bukan hanya menyiapkan Detailed Enginering Design (DED) atau desain rekayasa, sodetan di kawasan tergenang, tetapi mereka juga melakukan penanganan jangka pendek seperti perbaikan tanggul sungai. Perbaikan ini dilakukan dengan bekerja sama dengan BBWS. 

"Terus kemudian untuk mengurus sungai Lusi ini menurut saya yang nanti kita teruskan karena Pak Menteri PUPR sudah punya perhatian untuk ini, tinggal nanti kita tekankan untuk menjadi prioritas. Karena ini sifatnya bencana maka musti ditangani segera, kalau reguler menunggu APBN berikutnya. (Banjir) sekarang insyaallah bisa masuk kategori bencana agar bisa ditangani tahun ini," jelasnya. 

Bupati Grobogan Sri Sumarni juga ikut memberi tanggapan terkait dampak banjir di Brati yang terjadi hampir setiap tahun. "Akibat banjir ini sekitar seribu hektare lebih lahan pertanian gagal panen atau tidak bisa ditanami. Desa Karangsari ini gagal panen," ujarnya kepada Gubernur. 

Setelah meninjau perbaikan tanggul di Desa Karangsari, Gubernur dan Bupati Grobogan beranjak menuju Pegunugan Kendeng Utara untuk mengecek laporan tentang penyebab banjir. Berdasarkan keterangan dari pihak Perhutani selaku pemilik lahan, sebagian lahan di kawasan itu merupakan PHBM dan sebagian lagi perhutanan sosial dengan komoditas paling besar tanaman jagung. 

"Ternyata di sini ada Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM), bersama Perhutani, ini bagus, tapi kan ada syarat persentasi. Syaratnya itu 50 persen (area), itu harus tegakan. Kalau saya lihat di belakang itu 99 persen tidak ada tegakan, semuanya ditanami jagung." 

Gubernur memahami tanaman jagung memberikan nilai tambah perekonomian. Namun ia juga mengatakan, kondisi lingkungan yang membutuhkan tanaman keras atau pepohonan sebagai penyangga tanah, juga harus dipenuhi. 

"Sekarang kita evaluasi. Kalau masih seperti ini bahaya. Sekarang harus kita review, itu paling tidak butuh waktu sekitar 4-5 tahun hingga tanaman keras (pohon) itu betul-betul bisa menggigit (akarnya)," tandasnya.


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu