Follow Us :              

Gubernur Siapkan Strategi Pola Tanam Untuk Atasi Stok Bahan Pangan

  14 February 2023  |   08:00:00  |   dibaca : 478 
Kategori :
Bagikan :


Gubernur Siapkan Strategi Pola Tanam Untuk Atasi Stok Bahan Pangan

14 February 2023 | 08:00:00 | dibaca : 478
Kategori :
Bagikan :

Foto : Vivi (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Vivi (Humas Jateng)

SEMARANG - Komoditas beras yang kerap masih menjadi pemicu inflasi akan diupayakan penanggulangannya lewat pengaturan pola tanam. Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meyakini, strategi yang sedang direncanakan ini akan mampu mengontrol suplai dan ketersediaan stok komoditas pangan. 

"Masalah pertama yang berhasil kami identifikasi adalah luas panennya memang tidak merata," kata Gubernur usai Rapat Koordinasi Evaluasi Produk Tanaman Pangan dan Hortikultura di Kantor Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Provinsi Jawa Tengah, Ungaran, Kabupaten Semarang, Selasa (14/2/2023).

Akibat kondisi luas panen yang tidak merata tersebut, Gubernur menyampaikan bahwa perlu dibuat strategi untuk menjaga kestabilan persediaan dengan cara mengatur pola tanam. Cara ini menurut Ganjar bisa memudahkan pemerintah untuk memetakan luas lahan, berapa jumlah petani, hingga masa tanam dan panennya.

"Sehingga kami bisa memprediksi, jika seandainya kelak terjadi situasi yang buruk, maka kami sudah bisa mengatur dengan baik, dan ini saya minta agar didigitalisasi. Kartu tani sebenarnya sudah bisa mendata berapa jumlah petani dan berapa luasannya, sebenarnya tinggal kita olah," ujarnya.

Adapun saat ini sebaran dari sisi produktivitas, hal ini juga belum merata. Gubernur mengatakan, produktivitas padi di Jawa Tengah rata-rata di angka 56,37 kw/ha atau sekitar 5,6 ton per hektare. "Ini kecil, terlalu kecil. Penyebabnya ada dua, satu benihnya kurang bagus, dua pupuknya kurang," ucapnya.

Distanbun mencatat alokasi pupuk bersubsidi terdiri dari pupuk urea, pupuk NPK, dan NKP (+) di Jateng sebesar 1.165.609 ton. Sementara kebutuhannya mencapai 2.011.477,66 ton. Selain itu, tantangan produktivitas juga dipengaruhi perubahan iklim. Faktor ini, menurut Gubernur membuat kondisi alami pertanian berubah dan tanaman menjadi mudah terserang Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). 

"Maka apa yang mesti kita lakukan, di beberapa tempat mulai kami dorong untuk menggabungkan dengan apa namanya pupuk organik," tegasnya.

Terkait persoalan pupuk, Gubernur berharap pemerintah pusat bisa segera membantu petani  dengan intervensi membeli hasil pertanian. "Tidak mungkin produk pertanian, khususnya pangan, tidak diintervensi oleh pemerintah, tidak mungkin," ungkapnya.

Dalam waktu dekat, strategi pola tanam ini akan dikomunikasikan dengan para petani. Gubernur mengatakan dalam mengatasi persoalan kelangkaan beras, dukungan para petani  sangat dibutuhkan.

"Kami coba komunikasikan pola tanam ini dengan petani, agar mau. Dan di hilirnya pedagang beras juga kita ajak komunikasi, agar kita jaga bareng-bareng karena panen pertama kita juga terserap ke provinsi lain," ungkapnya.

Selain pola tanam, Gubernur  juga akan mendorong pengembangan benih unggul, dengan menggandeng lembaga riset yang ada seperti BRIN. Lewat benih-benih unggul karya bangsa sendiri akan mampu mewujudkan kemandirian pangan di Indonesia 

"Ada banyak lembaga riset yang ada di kementerian pertanian, ada BRIN. Kita ajak bikin benih unggul. Indonesia untuk tanaman pangan harus punya benih unggul sendiri. Kalau itu bisa terjadi maka beres," ujarnya. Padi Srinuk, adalah salah satu bibit padi unggulan buatan unggulan Kabupaten Klaten.

Hadir dalam rapat tersebut, antara lain Kepala Perwakilan BI Jawa Tengah, Rahmat Dwisaputra, Kepala Distanbun Supriyanto dan Kepala Dinas Ketahanan Pangan Diyah Lukisari. Selain itu juga hadir perwakilan Bulog dan BUMD terkait.


Bagikan :

SEMARANG - Komoditas beras yang kerap masih menjadi pemicu inflasi akan diupayakan penanggulangannya lewat pengaturan pola tanam. Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meyakini, strategi yang sedang direncanakan ini akan mampu mengontrol suplai dan ketersediaan stok komoditas pangan. 

"Masalah pertama yang berhasil kami identifikasi adalah luas panennya memang tidak merata," kata Gubernur usai Rapat Koordinasi Evaluasi Produk Tanaman Pangan dan Hortikultura di Kantor Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Provinsi Jawa Tengah, Ungaran, Kabupaten Semarang, Selasa (14/2/2023).

Akibat kondisi luas panen yang tidak merata tersebut, Gubernur menyampaikan bahwa perlu dibuat strategi untuk menjaga kestabilan persediaan dengan cara mengatur pola tanam. Cara ini menurut Ganjar bisa memudahkan pemerintah untuk memetakan luas lahan, berapa jumlah petani, hingga masa tanam dan panennya.

"Sehingga kami bisa memprediksi, jika seandainya kelak terjadi situasi yang buruk, maka kami sudah bisa mengatur dengan baik, dan ini saya minta agar didigitalisasi. Kartu tani sebenarnya sudah bisa mendata berapa jumlah petani dan berapa luasannya, sebenarnya tinggal kita olah," ujarnya.

Adapun saat ini sebaran dari sisi produktivitas, hal ini juga belum merata. Gubernur mengatakan, produktivitas padi di Jawa Tengah rata-rata di angka 56,37 kw/ha atau sekitar 5,6 ton per hektare. "Ini kecil, terlalu kecil. Penyebabnya ada dua, satu benihnya kurang bagus, dua pupuknya kurang," ucapnya.

Distanbun mencatat alokasi pupuk bersubsidi terdiri dari pupuk urea, pupuk NPK, dan NKP (+) di Jateng sebesar 1.165.609 ton. Sementara kebutuhannya mencapai 2.011.477,66 ton. Selain itu, tantangan produktivitas juga dipengaruhi perubahan iklim. Faktor ini, menurut Gubernur membuat kondisi alami pertanian berubah dan tanaman menjadi mudah terserang Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). 

"Maka apa yang mesti kita lakukan, di beberapa tempat mulai kami dorong untuk menggabungkan dengan apa namanya pupuk organik," tegasnya.

Terkait persoalan pupuk, Gubernur berharap pemerintah pusat bisa segera membantu petani  dengan intervensi membeli hasil pertanian. "Tidak mungkin produk pertanian, khususnya pangan, tidak diintervensi oleh pemerintah, tidak mungkin," ungkapnya.

Dalam waktu dekat, strategi pola tanam ini akan dikomunikasikan dengan para petani. Gubernur mengatakan dalam mengatasi persoalan kelangkaan beras, dukungan para petani  sangat dibutuhkan.

"Kami coba komunikasikan pola tanam ini dengan petani, agar mau. Dan di hilirnya pedagang beras juga kita ajak komunikasi, agar kita jaga bareng-bareng karena panen pertama kita juga terserap ke provinsi lain," ungkapnya.

Selain pola tanam, Gubernur  juga akan mendorong pengembangan benih unggul, dengan menggandeng lembaga riset yang ada seperti BRIN. Lewat benih-benih unggul karya bangsa sendiri akan mampu mewujudkan kemandirian pangan di Indonesia 

"Ada banyak lembaga riset yang ada di kementerian pertanian, ada BRIN. Kita ajak bikin benih unggul. Indonesia untuk tanaman pangan harus punya benih unggul sendiri. Kalau itu bisa terjadi maka beres," ujarnya. Padi Srinuk, adalah salah satu bibit padi unggulan buatan unggulan Kabupaten Klaten.

Hadir dalam rapat tersebut, antara lain Kepala Perwakilan BI Jawa Tengah, Rahmat Dwisaputra, Kepala Distanbun Supriyanto dan Kepala Dinas Ketahanan Pangan Diyah Lukisari. Selain itu juga hadir perwakilan Bulog dan BUMD terkait.


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu