Follow Us :              

Rumah Pembauran, Inovasi Pemprov Jawa Tengah Jaga Toleransi dan Persatuan

  16 May 2023  |   10:00:00  |   dibaca : 875 
Kategori :
Bagikan :


Rumah Pembauran, Inovasi Pemprov Jawa Tengah Jaga Toleransi dan Persatuan

16 May 2023 | 10:00:00 | dibaca : 875
Kategori :
Bagikan :

Foto : Slam (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Slam (Humas Jateng)

SEMARANG - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meresmikan Rumah Pembauran Kebangsaan yang diinisiasi oleh Forum Pembauran Kebangsaan (FPK) Jawa Tengah. Keberadaan rumah tersebut diharapkan bisa meningkatkan toleransi yang sudah terbangun dengan baik di Jawa Tengah.

FPK merupakan forum yang terdiri dari perwakilan dari berbagai kelompok etnis yang ada di Indonesia, yang tinggal di Jawa Tengah.  Beberapa suku yang terhimpun dalam forum tersebut di antaranya suku Jawa, Sunda, Dayak, Minang hingga Papua. 

“Ini para pionir, para pelopor tokoh-tokoh dari banyak suku yang ada di Jawa Tengah. Ada Nias, ada Jawa, ada Maluku, ada NTT, tadi berkumpul dari Papua juga berkumpul. Mereka sepakat, bahwa perlu kiranya ada rumah pembauran ini agar ada _meeting point_ untuk mereka bisa bertemu,” katanya.

Peresmian Rumah Pembauran Kebangsaan Jawa Tengah, di Wisma Perdamaian, Jalan Imam Bonjol, Semarang, Selasa (16/5/2023) dimeriahkan dengan tarian likurai dan alunan musik Tihar. 

Gubernur mengatakan, Rumah Pembauran ini menjadi titik temu bagi perbedaan yang ada. Rumah Pembauran bisa menjadi ruang untuk bertukar pikiran, dan saling mempelajari perbedaan itu sebagai sebuah persatuan.

Seperti diketahui, berdasarkan rilis SETARA Institute pada awal April lalu, 10 kota paling toleran di Indonesia, 4 di antaranya berada di Jawa Tengah. Keempat kota tersebut yakni Kota Salatiga, Kota Surakarta, Kota Semarang dan Kota Magelang. Gubernur berharap keberadaan Rumah Pembauran dapat mempetahankan prestasi rasa persatuan yang telah terbina.

“Apalagi sekarang sudah masuk tahun politik. Jangan nanti kita membawa isu-isu sara, karena itu rumah ini menjadi penting untuk kita mendinginkan situasi. Karena kita bersaudara, kita bangsa Indonesia, kita berbahasa Indonesia, kita bertanah air Indonesia dan kita bernegara Indonesia,” tandasnya.

Sebagai informasi, selain terpilih sebagai provinsi yang toleran, Jawa Tengah belum lama ini juga menerima penghargaan dari Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) RI sebagai daerah yang berkomitmen menerapkan Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Penanggulangan Ekstremisme Berbasis Kekerasan yang mengarah pada Terorisme (RAN PE). 

Predikat itu diperoleh karena Jawa Tengah dinilai memiliki komitmen yang kuat dalam mencegah paham ekstrem dan radikal melalui regulasi, bidang pendidikan, serta pemberdayaan ekonomi. Selain itu BNPT juga mencatat indeks intoleransi di Jawa Tengah yang cukup rendah dengan 6,8 persen dan masih di bawah indeks Nasional yang sebesar 12,6 persen.


Bagikan :

SEMARANG - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meresmikan Rumah Pembauran Kebangsaan yang diinisiasi oleh Forum Pembauran Kebangsaan (FPK) Jawa Tengah. Keberadaan rumah tersebut diharapkan bisa meningkatkan toleransi yang sudah terbangun dengan baik di Jawa Tengah.

FPK merupakan forum yang terdiri dari perwakilan dari berbagai kelompok etnis yang ada di Indonesia, yang tinggal di Jawa Tengah.  Beberapa suku yang terhimpun dalam forum tersebut di antaranya suku Jawa, Sunda, Dayak, Minang hingga Papua. 

“Ini para pionir, para pelopor tokoh-tokoh dari banyak suku yang ada di Jawa Tengah. Ada Nias, ada Jawa, ada Maluku, ada NTT, tadi berkumpul dari Papua juga berkumpul. Mereka sepakat, bahwa perlu kiranya ada rumah pembauran ini agar ada _meeting point_ untuk mereka bisa bertemu,” katanya.

Peresmian Rumah Pembauran Kebangsaan Jawa Tengah, di Wisma Perdamaian, Jalan Imam Bonjol, Semarang, Selasa (16/5/2023) dimeriahkan dengan tarian likurai dan alunan musik Tihar. 

Gubernur mengatakan, Rumah Pembauran ini menjadi titik temu bagi perbedaan yang ada. Rumah Pembauran bisa menjadi ruang untuk bertukar pikiran, dan saling mempelajari perbedaan itu sebagai sebuah persatuan.

Seperti diketahui, berdasarkan rilis SETARA Institute pada awal April lalu, 10 kota paling toleran di Indonesia, 4 di antaranya berada di Jawa Tengah. Keempat kota tersebut yakni Kota Salatiga, Kota Surakarta, Kota Semarang dan Kota Magelang. Gubernur berharap keberadaan Rumah Pembauran dapat mempetahankan prestasi rasa persatuan yang telah terbina.

“Apalagi sekarang sudah masuk tahun politik. Jangan nanti kita membawa isu-isu sara, karena itu rumah ini menjadi penting untuk kita mendinginkan situasi. Karena kita bersaudara, kita bangsa Indonesia, kita berbahasa Indonesia, kita bertanah air Indonesia dan kita bernegara Indonesia,” tandasnya.

Sebagai informasi, selain terpilih sebagai provinsi yang toleran, Jawa Tengah belum lama ini juga menerima penghargaan dari Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) RI sebagai daerah yang berkomitmen menerapkan Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Penanggulangan Ekstremisme Berbasis Kekerasan yang mengarah pada Terorisme (RAN PE). 

Predikat itu diperoleh karena Jawa Tengah dinilai memiliki komitmen yang kuat dalam mencegah paham ekstrem dan radikal melalui regulasi, bidang pendidikan, serta pemberdayaan ekonomi. Selain itu BNPT juga mencatat indeks intoleransi di Jawa Tengah yang cukup rendah dengan 6,8 persen dan masih di bawah indeks Nasional yang sebesar 12,6 persen.


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu