Follow Us :              

Pesan Habib Luthfi Pada Generasi Muda Dalam Merawat Bangsa

  19 August 2018  |   23:45:00  |   dibaca : 3150 
Kategori :
Bagikan :


Pesan Habib Luthfi Pada Generasi Muda Dalam Merawat Bangsa

19 August 2018 | 23:45:00 | dibaca : 3150
Kategori :
Bagikan :

Foto : (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : (Humas Jateng)

PEMALANG - Waktu menunjukkan pukul 23.30 WIB. Namun, ribuan warga Pemalang dan sekitarnya tampak masih enggan beranjak dari Alun-alun Pemalang, demi bisa bertemu dengan Habib Luthfi bin Yahya, Habib Umar Muthohar, Habib Zaenal Abidin, dan Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP, Minggu (19/8).

Masyarakat sudah memadati alun-alun sejak sekitar pukul 20.00 WIB. Mengisi waktu dengan sholawatan, menyanyikan Yalal Wathon, menyenandungkan lagu-lagu dari Nisa Sabyan seperti Deen Salam dan Ya Habibal Qolbi, seolah-olah waktu cepat berlalu. Apalagi tausiyah dari Habib Umar yang kocak, membuat masyarakat semakin berat meninggalkan lokasi.

Dalam tausiyahnya, Habib Umar Muthohar menyampaikan, terjadinya bencana, sangat dipengaruhi faktor akhlak (ibadah dan tingkah laku) manusianya. Jika buruk, Allah bisa hadirkan bencana sebagai peringatan. 

Membangun akhlak yang baik, lanjutnya, berawal dari keluarga. Apabila seorang pemimpin keluarga akhlaknya tidak baik, maka sangat besar peluang keluarganya berakhlak buruk. 

Habib Umar kemudian mencontohkan keluarga Nabi Ibrahim AS, di mana Nabi Ibrahim sebagai pemimpin keluarga taat kepada Allah SAW. Melalui mimpi, Allah memerintahkan menyembelih anaknya, Nabi Ismail AS. Meski dengan hati yang sangat berat, Nabi Ibrahim tetap melaksanakannya.

"Niki Bulan Besar, peringatan berkaitan dengan perjalanan keluarga yang dimuliakan Allah, Nabi Ibrahim. Keluarga Nabi Ibrahim niku, bapake sholeh, ibuke (Siti Hajar) sholehah, anake (Nabi Ismail) ya sholeh.  Mergo bapak ibuke nggenah, mendapat karunia dari Allah, maka anake yo nggenah," tutur Habib Umar di acara Jateng Bersholawat yang merupakan rangkaian Peringatan HUT-68 Jateng itu.

Sementara itu, Habib Luthfi yang hadir pukul 23.38 WIB bersama Gubernur Ganjar Pranowo menggelorakan rasa nasionalisme kepada para jemaahnya. 

Habib Luthfi bin Yahya berpesan kepada seluruh jemaah agar terus merawat Indonesia yang kemerdekaannya sudah diperjuangkan oleh para pahlawan. Generasi saat ini sudah tidak lagi merasakan beratnya perjuangan melawan penjajah. Mereka cukup mengisinya dengan berbagai kegiatan positif. Tidak menebar hoax dan tidak mudah terpancing isu.

Habib Luthfi mengibaratkan kemerdekaan Indonesia dalam sebuah keluarga adalah warisan. Jika melihat anak-anaknya yang ditinggalkan saling bertengkar, orang tua yang sudah meninggal pasti akan merasa sedih.

"Cara mebahagiakannnya sederhana. Keluarga kudu sing rukun, kompak. Sing ning jero kubur ndelok putra putrine rukun, ora gampang terkena hoax, mata, telinganya punya filter, tutur katanya punya filter. Kaya apa senenge wong tua. Tapi kalau sudah melihat anak pecah belah, kakang adi ora rukun, kecewane kaya apa," jelasnya. 

Apabila generasi penerus bangsa tidak mampu mengisinya dengan kegiatan positif, mestinya malu dengan para pahlawan. Apa yang ditinggalkan mereka, mesti dilestarikan. 

"Meski merah putih tidak ada tulisannya, tapi itu terkandung harga diri bangsa, terkandung jatidiri bangsa, maka dari itu jangan sampai kita jadi orang-orang yang mengecewakan orang tua," tandasnya. 
(Rita/Puji/Humas Jateng)

 

Baca juga : Atasi Degradasi Moral Tanggung Jawab Bersama


Bagikan :

PEMALANG - Waktu menunjukkan pukul 23.30 WIB. Namun, ribuan warga Pemalang dan sekitarnya tampak masih enggan beranjak dari Alun-alun Pemalang, demi bisa bertemu dengan Habib Luthfi bin Yahya, Habib Umar Muthohar, Habib Zaenal Abidin, dan Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP, Minggu (19/8).

Masyarakat sudah memadati alun-alun sejak sekitar pukul 20.00 WIB. Mengisi waktu dengan sholawatan, menyanyikan Yalal Wathon, menyenandungkan lagu-lagu dari Nisa Sabyan seperti Deen Salam dan Ya Habibal Qolbi, seolah-olah waktu cepat berlalu. Apalagi tausiyah dari Habib Umar yang kocak, membuat masyarakat semakin berat meninggalkan lokasi.

Dalam tausiyahnya, Habib Umar Muthohar menyampaikan, terjadinya bencana, sangat dipengaruhi faktor akhlak (ibadah dan tingkah laku) manusianya. Jika buruk, Allah bisa hadirkan bencana sebagai peringatan. 

Membangun akhlak yang baik, lanjutnya, berawal dari keluarga. Apabila seorang pemimpin keluarga akhlaknya tidak baik, maka sangat besar peluang keluarganya berakhlak buruk. 

Habib Umar kemudian mencontohkan keluarga Nabi Ibrahim AS, di mana Nabi Ibrahim sebagai pemimpin keluarga taat kepada Allah SAW. Melalui mimpi, Allah memerintahkan menyembelih anaknya, Nabi Ismail AS. Meski dengan hati yang sangat berat, Nabi Ibrahim tetap melaksanakannya.

"Niki Bulan Besar, peringatan berkaitan dengan perjalanan keluarga yang dimuliakan Allah, Nabi Ibrahim. Keluarga Nabi Ibrahim niku, bapake sholeh, ibuke (Siti Hajar) sholehah, anake (Nabi Ismail) ya sholeh.  Mergo bapak ibuke nggenah, mendapat karunia dari Allah, maka anake yo nggenah," tutur Habib Umar di acara Jateng Bersholawat yang merupakan rangkaian Peringatan HUT-68 Jateng itu.

Sementara itu, Habib Luthfi yang hadir pukul 23.38 WIB bersama Gubernur Ganjar Pranowo menggelorakan rasa nasionalisme kepada para jemaahnya. 

Habib Luthfi bin Yahya berpesan kepada seluruh jemaah agar terus merawat Indonesia yang kemerdekaannya sudah diperjuangkan oleh para pahlawan. Generasi saat ini sudah tidak lagi merasakan beratnya perjuangan melawan penjajah. Mereka cukup mengisinya dengan berbagai kegiatan positif. Tidak menebar hoax dan tidak mudah terpancing isu.

Habib Luthfi mengibaratkan kemerdekaan Indonesia dalam sebuah keluarga adalah warisan. Jika melihat anak-anaknya yang ditinggalkan saling bertengkar, orang tua yang sudah meninggal pasti akan merasa sedih.

"Cara mebahagiakannnya sederhana. Keluarga kudu sing rukun, kompak. Sing ning jero kubur ndelok putra putrine rukun, ora gampang terkena hoax, mata, telinganya punya filter, tutur katanya punya filter. Kaya apa senenge wong tua. Tapi kalau sudah melihat anak pecah belah, kakang adi ora rukun, kecewane kaya apa," jelasnya. 

Apabila generasi penerus bangsa tidak mampu mengisinya dengan kegiatan positif, mestinya malu dengan para pahlawan. Apa yang ditinggalkan mereka, mesti dilestarikan. 

"Meski merah putih tidak ada tulisannya, tapi itu terkandung harga diri bangsa, terkandung jatidiri bangsa, maka dari itu jangan sampai kita jadi orang-orang yang mengecewakan orang tua," tandasnya. 
(Rita/Puji/Humas Jateng)

 

Baca juga : Atasi Degradasi Moral Tanggung Jawab Bersama


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu