Follow Us :              

Dari Tepian Demak, Tumbuh Ambisi Kuasai Pasar Kerajinan Perak Dunia

  25 February 2019  |   11:00:00  |   dibaca : 4136 
Kategori :
Bagikan :


Dari Tepian Demak, Tumbuh Ambisi Kuasai Pasar Kerajinan Perak Dunia

25 February 2019 | 11:00:00 | dibaca : 4136
Kategori :
Bagikan :

Foto : istimewa (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : istimewa (Humas Jateng)

DEMAK - Sinar mentari baru terasa menghangat di Desa Mijen Barat RT 04/RW I, Kebonagung, Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Namun, di sebuah rumah sentra perhiasan perak Zem Silver di ujung gang desa, sudah riuh dengan aktivitas ibu-ibu bekerja.

Sedari pagi, jemari tangan mereka menari-nari di atas meja. Raut wajahnya tampak tekun tatkala mengerjakan pembuatan bros dan ragam pernak-pernik perhiasan lainnya. Tak percuma menghabiskan akhir pekan di Desa Mijen. "Ketimbang menganggur di rumah, enakan kerja seperti ini, Mas," kata Sumiyati, dengan logat khas Demak, sembari membuat perhiasan dengan telaten, Sabtu (23/2/2019).

Sumiyati berujar, saban hari dia mampu mengerjakan pesanan 10 biji aksesoris perhiasan mulai bros, untaian kalung dan sejenisnya. Baginya ini adalah pekerjaan sampingan agar asap dapurnya tetap mengepul. "Sehari dapat upah Rp50 ribu. Sudah mendingan bisa buat uang belanja tambahan," paparnya.

Sumiyati, yang sudah bekerja selama satu tahun sebagai perajin perhiasan perak mengaku sering menemui kendala saat menggarap pesanan. Selain diburu waktu, banyak peralatan yang kurang memadai. Kendati demikian, hambatan mulai dapat diatasi berkat ketelatenannya setiap hari.

Hal senada juga diungkapkan Mudrikah, buruh perhiasan perak lainnya. Butuh ketelatenan tinggi untuk mengerjakan pesanan dengan kualitas terbaik. Agar hasilnya bagus, ia menjelaskan harus teliti memasang untaian benang logam yang diperoleh dari limbah pabrik. "Ini lagi bikin isian buat bros. Kesulitannya kalau pas pasang kabel logamnya lepas, saya harus mengulanginya dari awal lagi. Biar bagus dan awet," jelasnya.

Menurut Mudrikah, kejelian usaha pembuatan perhiasan perak yang ditekuni warga desanya tak lepas dari sosok Ershad. Pria berusia 32 tahun itu merupakan orang yang getol mendorong ibu-ibu menekuni pembuatan perhiasan perak.

Dengan mendirikan sebuah badan usaha yang bergerak di bidang UKM perhiasan perak, Ershad memulai semuanya dari nol. Dari semula mempekerjakan satu hingga dua warga, kini jumlah pekerjanya tak kurang ada 30 orang.

"Saya dulunya pilot di perusahaan penerbangan swasta. Tapi saat melihat perekonomian masyarakat di sini sangat pas-pasan, kemudian saya putuskan keluar dan pulang desa. Kebetulan istri saya asli desa ini," ungkapnya.

"Pelan-pelan, saya memulai usaha ini memakai sedikit dari tabungan saya, lalu memberdayakan warga supaya bisa bangga jadi perajin. Syukurlah, sampai lima tahun terakhir banyak permintaan perhiasan perak dari luar maupun dalam negeri," tambahnya.

Dia tak canggung memperkenalkan beberapa pelanggannya yang mampir melihat proses produksi perhiasan peraknya. "Ini salah satu costumer kita dari Galeri Nusantara Jakata. Mereka sedang melihat wadah keris yang diproduksi di sini," ujarnya lagi.

Dalam sebulan, diakuinya pesanan rata-rata mencapai 5 hingga 10 ribu perhiasan berbagai jenis. Pesanan paling banyak datang dari luar negeri. Sebuah perhiasan, dia banderol dengan harga termurah Rp80 ribu sampai Rp4 juta.

Ershad mengatakan memilih menekuni bisnis perhiasan perak karena tidak banyak pesaing di Indonesia. Praktis, katanya, sentra industri logam di Indonesia cuma terdapat di Boyolali, Tegal, Yogyakarta dan Bali.

"Jika di daerah tersebut hanya memfokuskan pada satu kerajinan perak misal handycraft. Nah kalau di sini, kami siap memproduksi semua produk kerajinan. Mulai perhiasan, wadah keris, bros dan pernak-pernik sampai miniatur hiasan perak bisa diproduksi," sambungnya.
Karenanya, dia sangat berambisi untuk menguasai pasar domestik maupun menjadi pemain utama di kancah global. Ambisinya itu didasari pada melimpahnya sumber bahan baku logam yang gampang ditemui di lingkungan rumahnya. Ershad menyebut ada banyak pengepul barang bekas yang rutin memasok bahan baku logam kepada dirinya. 

"Pengepul logam biasanya datang kemari. Malahan orang yang cari sampah sekitar sini banyak sekali yang memasok logam bekas. Ini tentunya juga sejalan dengan permintaan pesanan yang meningkat pesat selama ini," terangnya.

Dia menyatakan atas jerih payahnya tersebut, pada Agustus kemarin Desa Mijen Barat, Kebonagung, akan diresmikan sebagai sentra industri logam oleh Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto. Namun, sebagai pelaku usaha mikro, dirinya masih berupaya keras untuk mencari uluran tangan pemerintah agar membantunya memperoleh peralatan produksi yang modern.

"Sebab, karyawan kita masih pakai manual. Kita butuh banyak alat-alat modern lagi untuk menunjang produksi kerajinan logam," ungkapnya.

Sementara itu, pemilik Galeri Nusantara, Adi Wijaya, mengakui kualitas perhiasan perak yang dihasilkan di Desa Mijen Barat terbilang sangat memuaskan. Dia berpendapat perhiasan buatan warga Desa Mijen Barat bisa booming di Eropa mengingat perilalu orang-orang bule yang menggandrungi perhiasan perak dengan ciri khas nuansa budaya yang sangat kental.

"Orang Barat suka pernak pernik khas Jawa. Di sana lagi booming. Makanya, saya selalu pesan kemari untuk diekspor ke Perancis, Belanda dan Suriname," katanya.

Sedangkan, Daniel Teguh Basuki, selaku manajer pemasaran Galeri Nusantara mengklaim, perhiasan buatan warga Desa Mijen Barat sempat dipakai seorang kontestan Indonesia yang berlaga dalam ajang Miss Universe. "Kualitasnya bisa menandingi barang ekspor lainnya. Untuk itulah, kita percaya pada kualitas perajinnya," tuturnya.

 

Baca juga : Sulap Eceng Gondok Jadi Kerajinan, Berdayakan Ibu Rumah Tangga, Pemuda dan Kaum Difabel


Bagikan :

DEMAK - Sinar mentari baru terasa menghangat di Desa Mijen Barat RT 04/RW I, Kebonagung, Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Namun, di sebuah rumah sentra perhiasan perak Zem Silver di ujung gang desa, sudah riuh dengan aktivitas ibu-ibu bekerja.

Sedari pagi, jemari tangan mereka menari-nari di atas meja. Raut wajahnya tampak tekun tatkala mengerjakan pembuatan bros dan ragam pernak-pernik perhiasan lainnya. Tak percuma menghabiskan akhir pekan di Desa Mijen. "Ketimbang menganggur di rumah, enakan kerja seperti ini, Mas," kata Sumiyati, dengan logat khas Demak, sembari membuat perhiasan dengan telaten, Sabtu (23/2/2019).

Sumiyati berujar, saban hari dia mampu mengerjakan pesanan 10 biji aksesoris perhiasan mulai bros, untaian kalung dan sejenisnya. Baginya ini adalah pekerjaan sampingan agar asap dapurnya tetap mengepul. "Sehari dapat upah Rp50 ribu. Sudah mendingan bisa buat uang belanja tambahan," paparnya.

Sumiyati, yang sudah bekerja selama satu tahun sebagai perajin perhiasan perak mengaku sering menemui kendala saat menggarap pesanan. Selain diburu waktu, banyak peralatan yang kurang memadai. Kendati demikian, hambatan mulai dapat diatasi berkat ketelatenannya setiap hari.

Hal senada juga diungkapkan Mudrikah, buruh perhiasan perak lainnya. Butuh ketelatenan tinggi untuk mengerjakan pesanan dengan kualitas terbaik. Agar hasilnya bagus, ia menjelaskan harus teliti memasang untaian benang logam yang diperoleh dari limbah pabrik. "Ini lagi bikin isian buat bros. Kesulitannya kalau pas pasang kabel logamnya lepas, saya harus mengulanginya dari awal lagi. Biar bagus dan awet," jelasnya.

Menurut Mudrikah, kejelian usaha pembuatan perhiasan perak yang ditekuni warga desanya tak lepas dari sosok Ershad. Pria berusia 32 tahun itu merupakan orang yang getol mendorong ibu-ibu menekuni pembuatan perhiasan perak.

Dengan mendirikan sebuah badan usaha yang bergerak di bidang UKM perhiasan perak, Ershad memulai semuanya dari nol. Dari semula mempekerjakan satu hingga dua warga, kini jumlah pekerjanya tak kurang ada 30 orang.

"Saya dulunya pilot di perusahaan penerbangan swasta. Tapi saat melihat perekonomian masyarakat di sini sangat pas-pasan, kemudian saya putuskan keluar dan pulang desa. Kebetulan istri saya asli desa ini," ungkapnya.

"Pelan-pelan, saya memulai usaha ini memakai sedikit dari tabungan saya, lalu memberdayakan warga supaya bisa bangga jadi perajin. Syukurlah, sampai lima tahun terakhir banyak permintaan perhiasan perak dari luar maupun dalam negeri," tambahnya.

Dia tak canggung memperkenalkan beberapa pelanggannya yang mampir melihat proses produksi perhiasan peraknya. "Ini salah satu costumer kita dari Galeri Nusantara Jakata. Mereka sedang melihat wadah keris yang diproduksi di sini," ujarnya lagi.

Dalam sebulan, diakuinya pesanan rata-rata mencapai 5 hingga 10 ribu perhiasan berbagai jenis. Pesanan paling banyak datang dari luar negeri. Sebuah perhiasan, dia banderol dengan harga termurah Rp80 ribu sampai Rp4 juta.

Ershad mengatakan memilih menekuni bisnis perhiasan perak karena tidak banyak pesaing di Indonesia. Praktis, katanya, sentra industri logam di Indonesia cuma terdapat di Boyolali, Tegal, Yogyakarta dan Bali.

"Jika di daerah tersebut hanya memfokuskan pada satu kerajinan perak misal handycraft. Nah kalau di sini, kami siap memproduksi semua produk kerajinan. Mulai perhiasan, wadah keris, bros dan pernak-pernik sampai miniatur hiasan perak bisa diproduksi," sambungnya.
Karenanya, dia sangat berambisi untuk menguasai pasar domestik maupun menjadi pemain utama di kancah global. Ambisinya itu didasari pada melimpahnya sumber bahan baku logam yang gampang ditemui di lingkungan rumahnya. Ershad menyebut ada banyak pengepul barang bekas yang rutin memasok bahan baku logam kepada dirinya. 

"Pengepul logam biasanya datang kemari. Malahan orang yang cari sampah sekitar sini banyak sekali yang memasok logam bekas. Ini tentunya juga sejalan dengan permintaan pesanan yang meningkat pesat selama ini," terangnya.

Dia menyatakan atas jerih payahnya tersebut, pada Agustus kemarin Desa Mijen Barat, Kebonagung, akan diresmikan sebagai sentra industri logam oleh Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto. Namun, sebagai pelaku usaha mikro, dirinya masih berupaya keras untuk mencari uluran tangan pemerintah agar membantunya memperoleh peralatan produksi yang modern.

"Sebab, karyawan kita masih pakai manual. Kita butuh banyak alat-alat modern lagi untuk menunjang produksi kerajinan logam," ungkapnya.

Sementara itu, pemilik Galeri Nusantara, Adi Wijaya, mengakui kualitas perhiasan perak yang dihasilkan di Desa Mijen Barat terbilang sangat memuaskan. Dia berpendapat perhiasan buatan warga Desa Mijen Barat bisa booming di Eropa mengingat perilalu orang-orang bule yang menggandrungi perhiasan perak dengan ciri khas nuansa budaya yang sangat kental.

"Orang Barat suka pernak pernik khas Jawa. Di sana lagi booming. Makanya, saya selalu pesan kemari untuk diekspor ke Perancis, Belanda dan Suriname," katanya.

Sedangkan, Daniel Teguh Basuki, selaku manajer pemasaran Galeri Nusantara mengklaim, perhiasan buatan warga Desa Mijen Barat sempat dipakai seorang kontestan Indonesia yang berlaga dalam ajang Miss Universe. "Kualitasnya bisa menandingi barang ekspor lainnya. Untuk itulah, kita percaya pada kualitas perajinnya," tuturnya.

 

Baca juga : Sulap Eceng Gondok Jadi Kerajinan, Berdayakan Ibu Rumah Tangga, Pemuda dan Kaum Difabel


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu