Follow Us :              

Tak Cuma Bercorak Cantik, Batik Rifa'iyah Miliki Makna Religi Mendalam

  13 March 2019  |   11:30:00  |   dibaca : 1000 
Kategori :
Bagikan :


Tak Cuma Bercorak Cantik, Batik Rifa'iyah Miliki Makna Religi Mendalam

13 March 2019 | 11:30:00 | dibaca : 1000
Kategori :
Bagikan :

Foto : Vivi (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Vivi (Humas Jateng)

BATANG - Dengan telaten, Mashitoh meniup lelehan malam di canting. Tangan kanannya begitu luwes menari di atas selembar kain putih, melukis Batik Rifa'iyah khas Batang. Wanita separuh baya itu melukis batik secara cekatan, meski tanpa digambar pola menggunakan pensil sebelumnya.

Kepiawaian Mashitoh melukis Batik Rifa'iyah yang ditekuni secara otodidak itu membuat Ketua Dekranasda Jawa Tengah Atikoh Ganjar Pranowo kagum. Terpikat dengan Batik Rifa'iyah yang dipamerkan di showroom Dekranasda Batang itu, Rabu (13/3/2019), Atikoh lantas memutuskan untuk membeli selembar kain warisan budaya Indonesia itu.

"Panjenengan mbatik menika dados pinten dinten, Bu? "Anda membatik ini jadinya berapa hari, Bu?)," tanyanya kepada Mashitoh. "Antawis 4-5 wulan, Bu (Antara 405 bulan, Bu). Menika batikipun digambar bolak-balik (Ini batiknya digambar bolak-balik)," jawab Mashitoh sembari menunjukkan kain putih yang dilukis batik.

Atikoh kemudian diajak Ketua Dekranasda Kabupaten Batang Uni Kuslantasi Wihaji untuk melihat koleksi batik khas Batang. Termasuk Batik Rifa'iyah yang dikenal unik itu. Ditinjau dari coraknya, setiap lembar Batik Rifa'iyah dilukis bolak-balik dengan perpaduan warna cokelat, merah marun, dan biru tua dan terkesan klasik dan cantik. Selain itu, Batik Rifa'iyah memiliki filosofi mendalam dan proses pembatikannya pun dilakukan sembari berselawat. 

"Proses pembuatannya bisa membutuhkan waktu enam bulan karena sangat detail dan halus. Perajinnya langsung melukis tanpa pola. Agar hasilnya lebih bagus, prosesnya pun sambil selawatan. Jadi didoakan dulu dengan harapan mendapat rida Allah, baik batiknya maupun pemakainya," papar Atikoh.

Ketua TP PKK Provinsi Jateng itu menjelaskan, saat ini kaderisasi perajin batik menjadi tantangan tersendiri di sektor kerajinan. Pihaknya mengapresiasi pihak sekolah di Kabupaten Batang yang memberikan ekstrakulikuler membatik karena langkah itu tak hanya membekali siswa keterampilan seni, namun juga dapat memupuk jiwa kewirausahaan pelajar.

"Terima kasih sekali karena di Batang sejak SD sampai SMA diperkenalkan ekstrakulikuler itu. Harapannya dari sekian banyak pelajar, ada yang terjun sebagai pelaku usaha atau menjadi pembatik," ujarnya.

Atikoh berharap, pameran-pameran produk UMKM yang difasilitasi oleh Dekranasda dapat mendukung promosi batik sehingga tidak hanya berujung pada transaksi penjualan, namun juga sukses memperkenalkan batik agar semakin dicintai masyarakat. Pameran produk UMKM juga memberikan pengalaman kepada calon konsumen untuk dapat merasakan tekstur batik yang akan dibeli. 

"Tekstur batik tulis, cap, dan printing itu kan berbeda. Batik tulis mahal karena benar-benar handmade dan orang membuktikannya dengan sentuhan tangan. Setelah pelaku UMKM mengikuti berbagai pameran, mereka juga bisa masuk ke e-commerce karena pemasarannya makin luas dan memotong rantai distribusi," bebernya.

Selain batik, Atikoh juga melihat kerajinan khas Batang lainnya. Seperti ornamen ukir dari kayu hingga kupu-kupu batik yang dibuat dari daun. Dengan teknik pewarnaan yang baik, kupu-kupu hias itu bahkan tampak seperti aslinya.

 

Baca juga : Batik Ganjar Karya Siswa SLB Jadi Perhatian


Bagikan :

BATANG - Dengan telaten, Mashitoh meniup lelehan malam di canting. Tangan kanannya begitu luwes menari di atas selembar kain putih, melukis Batik Rifa'iyah khas Batang. Wanita separuh baya itu melukis batik secara cekatan, meski tanpa digambar pola menggunakan pensil sebelumnya.

Kepiawaian Mashitoh melukis Batik Rifa'iyah yang ditekuni secara otodidak itu membuat Ketua Dekranasda Jawa Tengah Atikoh Ganjar Pranowo kagum. Terpikat dengan Batik Rifa'iyah yang dipamerkan di showroom Dekranasda Batang itu, Rabu (13/3/2019), Atikoh lantas memutuskan untuk membeli selembar kain warisan budaya Indonesia itu.

"Panjenengan mbatik menika dados pinten dinten, Bu? "Anda membatik ini jadinya berapa hari, Bu?)," tanyanya kepada Mashitoh. "Antawis 4-5 wulan, Bu (Antara 405 bulan, Bu). Menika batikipun digambar bolak-balik (Ini batiknya digambar bolak-balik)," jawab Mashitoh sembari menunjukkan kain putih yang dilukis batik.

Atikoh kemudian diajak Ketua Dekranasda Kabupaten Batang Uni Kuslantasi Wihaji untuk melihat koleksi batik khas Batang. Termasuk Batik Rifa'iyah yang dikenal unik itu. Ditinjau dari coraknya, setiap lembar Batik Rifa'iyah dilukis bolak-balik dengan perpaduan warna cokelat, merah marun, dan biru tua dan terkesan klasik dan cantik. Selain itu, Batik Rifa'iyah memiliki filosofi mendalam dan proses pembatikannya pun dilakukan sembari berselawat. 

"Proses pembuatannya bisa membutuhkan waktu enam bulan karena sangat detail dan halus. Perajinnya langsung melukis tanpa pola. Agar hasilnya lebih bagus, prosesnya pun sambil selawatan. Jadi didoakan dulu dengan harapan mendapat rida Allah, baik batiknya maupun pemakainya," papar Atikoh.

Ketua TP PKK Provinsi Jateng itu menjelaskan, saat ini kaderisasi perajin batik menjadi tantangan tersendiri di sektor kerajinan. Pihaknya mengapresiasi pihak sekolah di Kabupaten Batang yang memberikan ekstrakulikuler membatik karena langkah itu tak hanya membekali siswa keterampilan seni, namun juga dapat memupuk jiwa kewirausahaan pelajar.

"Terima kasih sekali karena di Batang sejak SD sampai SMA diperkenalkan ekstrakulikuler itu. Harapannya dari sekian banyak pelajar, ada yang terjun sebagai pelaku usaha atau menjadi pembatik," ujarnya.

Atikoh berharap, pameran-pameran produk UMKM yang difasilitasi oleh Dekranasda dapat mendukung promosi batik sehingga tidak hanya berujung pada transaksi penjualan, namun juga sukses memperkenalkan batik agar semakin dicintai masyarakat. Pameran produk UMKM juga memberikan pengalaman kepada calon konsumen untuk dapat merasakan tekstur batik yang akan dibeli. 

"Tekstur batik tulis, cap, dan printing itu kan berbeda. Batik tulis mahal karena benar-benar handmade dan orang membuktikannya dengan sentuhan tangan. Setelah pelaku UMKM mengikuti berbagai pameran, mereka juga bisa masuk ke e-commerce karena pemasarannya makin luas dan memotong rantai distribusi," bebernya.

Selain batik, Atikoh juga melihat kerajinan khas Batang lainnya. Seperti ornamen ukir dari kayu hingga kupu-kupu batik yang dibuat dari daun. Dengan teknik pewarnaan yang baik, kupu-kupu hias itu bahkan tampak seperti aslinya.

 

Baca juga : Batik Ganjar Karya Siswa SLB Jadi Perhatian


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu