Foto : Vivi (Humas Jateng)
Foto : Vivi (Humas Jateng)
SEMARANG - Keberhasilan Jawa Tengah menangani kematian ibu melahirkan bakal dijadikan pilot project atau proyek percontohan oleh United Nations Population Fund (UNFPA). Tercatat, program Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng (5NG) telah berhasil menurunkan angka kematian ibu (AKI) sekitar 14% per tahun sejak diluncurkan pada 2016 silam.
Selama ini, UNFPA telah menjalin kerjasama dengan sejumlah kementerian, salah satunya untuk menekan angka kematian ibu melahirkan. Country Director UNFPA Indonesia Annete Sach mengatakan, meski telah melakoni sejumlah program, namun hasilnya belum menggembirakan.
"Kerja kami salah satunya soal keselamatan perempuan dalam reproduksi. Melihat progres di Jawa Tengah saya sangat yakin apa yang kita lakukan ini akan berhasil, cara yang dipakai Jawa Tengah akan kami jadikan pilot project," katanya saat berkunjung di Rumah Dinas Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, Kamis (14/3/2019).
Anne mengunjungi Ganjar didampingi oleh Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes RI dr. Anung Sugihantono. Anne menjelaskan, programnya bersama kementerian selama ini mempelajari mekanisme kematian atau kesakitan ibu hamil secara sistematis.
"Itu bukan sekadar karena kesehatan, sebagian besar karena hal sepele, seperti informasi kehamilan atau perhatian dari keluarga. Harapannya, supaya kematian ibu karena kehamilan tidak boleh terjadi. Penyebab kematian ibu semakin kita hilangkan," ujarnya.
UNFPA merupakan lembaga di bawah badan otoritas Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) United Nations Development Program (UNDP). Dalam kerangka kerjanya, badan ini meningkatkan kewaspadaan dan mengelola dukungan dan sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai Millennium Development Goals (MDG's).
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo mengatakan, jurus utama Jateng untuk menekan angka kematian ibu melahirkan adalah 5NG, yakni Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng. Sebuah program yang memberi perhatian intensif kepada ibu hamil. Menurutnya, program itulah yang membuat UNPFA kesengsem sehingga menjadikannya pilot project di Indonesia.
"Akhirnya saya jelaskan apa yang saya lakukan dan terjadi di sini. Dan mereka tertarik dengan Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng yang berhasil menurunkan angka kematian ibu melahirkan," ujarnya.
Jika menilik capaian Pemprov Jateng dalam menurunkan AKI/AKB, program Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng telah berhasil menurunkan AKI sekitar 14% per tahun sejak diluncurkan pada 2016. Capaian itu melebihi target dunia (SDG’s) sekitar 3% per tahun atau 90 per 100.000 kelahiran hidup.
Capaian itu juga melebihi ambang Millennium Development Goals (MDGs) karena target yang dicanangkan PBB adalah 102 per 100.000 kelahiran. Padahal AKI di Jateng pada 2017 sudah mencapai 88,58 per 100.000 kelahiran hidup. Sementara pada tahun 2013. AKI masih 118,62 per 100.000 kelahiran hidup.
"Sekarang kita melakukan pendekatan kultural karena itu lebih gampang untuk dipahami. Contohnya, membandingkan perempuan muda yang menikah dini dengan perempuan yang lebih matang. Secara emosional, fisik maupun secara psikis memang beda. Kenapa angka kematian ibu melahirkan tinggi, kami sudah menemukan ternyata karena soal disinformasi," bebernya.
Baca juga : Kejar Target Turunkan Kemiskinan, Pemprov Bidik Perempuan Kepala Keluarga
SEMARANG - Keberhasilan Jawa Tengah menangani kematian ibu melahirkan bakal dijadikan pilot project atau proyek percontohan oleh United Nations Population Fund (UNFPA). Tercatat, program Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng (5NG) telah berhasil menurunkan angka kematian ibu (AKI) sekitar 14% per tahun sejak diluncurkan pada 2016 silam.
Selama ini, UNFPA telah menjalin kerjasama dengan sejumlah kementerian, salah satunya untuk menekan angka kematian ibu melahirkan. Country Director UNFPA Indonesia Annete Sach mengatakan, meski telah melakoni sejumlah program, namun hasilnya belum menggembirakan.
"Kerja kami salah satunya soal keselamatan perempuan dalam reproduksi. Melihat progres di Jawa Tengah saya sangat yakin apa yang kita lakukan ini akan berhasil, cara yang dipakai Jawa Tengah akan kami jadikan pilot project," katanya saat berkunjung di Rumah Dinas Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, Kamis (14/3/2019).
Anne mengunjungi Ganjar didampingi oleh Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes RI dr. Anung Sugihantono. Anne menjelaskan, programnya bersama kementerian selama ini mempelajari mekanisme kematian atau kesakitan ibu hamil secara sistematis.
"Itu bukan sekadar karena kesehatan, sebagian besar karena hal sepele, seperti informasi kehamilan atau perhatian dari keluarga. Harapannya, supaya kematian ibu karena kehamilan tidak boleh terjadi. Penyebab kematian ibu semakin kita hilangkan," ujarnya.
UNFPA merupakan lembaga di bawah badan otoritas Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) United Nations Development Program (UNDP). Dalam kerangka kerjanya, badan ini meningkatkan kewaspadaan dan mengelola dukungan dan sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai Millennium Development Goals (MDG's).
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo mengatakan, jurus utama Jateng untuk menekan angka kematian ibu melahirkan adalah 5NG, yakni Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng. Sebuah program yang memberi perhatian intensif kepada ibu hamil. Menurutnya, program itulah yang membuat UNPFA kesengsem sehingga menjadikannya pilot project di Indonesia.
"Akhirnya saya jelaskan apa yang saya lakukan dan terjadi di sini. Dan mereka tertarik dengan Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng yang berhasil menurunkan angka kematian ibu melahirkan," ujarnya.
Jika menilik capaian Pemprov Jateng dalam menurunkan AKI/AKB, program Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng telah berhasil menurunkan AKI sekitar 14% per tahun sejak diluncurkan pada 2016. Capaian itu melebihi target dunia (SDG’s) sekitar 3% per tahun atau 90 per 100.000 kelahiran hidup.
Capaian itu juga melebihi ambang Millennium Development Goals (MDGs) karena target yang dicanangkan PBB adalah 102 per 100.000 kelahiran. Padahal AKI di Jateng pada 2017 sudah mencapai 88,58 per 100.000 kelahiran hidup. Sementara pada tahun 2013. AKI masih 118,62 per 100.000 kelahiran hidup.
"Sekarang kita melakukan pendekatan kultural karena itu lebih gampang untuk dipahami. Contohnya, membandingkan perempuan muda yang menikah dini dengan perempuan yang lebih matang. Secara emosional, fisik maupun secara psikis memang beda. Kenapa angka kematian ibu melahirkan tinggi, kami sudah menemukan ternyata karena soal disinformasi," bebernya.
Baca juga : Kejar Target Turunkan Kemiskinan, Pemprov Bidik Perempuan Kepala Keluarga
Berita Terbaru