Follow Us :              

Mengintip Koleksi Pusaka Khas Indonesia di Museum Tosan Aji

  19 April 2019  |   09:00:00  |   dibaca : 13753 
Kategori :
Bagikan :


Mengintip Koleksi Pusaka Khas Indonesia di Museum Tosan Aji

19 April 2019 | 09:00:00 | dibaca : 13753
Kategori :
Bagikan :

Foto : Handy (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Handy (Humas Jateng)

PURWOREJO - Terik panas matahari sedang panas-panasnya siang itu. Keringat membasahi sekujur kemeja putih yang dikenakannya. Nada bicaranya ngos-ngosan. Di hadapannya, terbujur sejumlah bilah keris yang diletakkan di sebuah kursi rotan.

"Ini masih proses pemutihan atau kira-kira 50 persen. Nanti kalau diwarangi (mengawetkan bilah keris), besi akan terlihat berwarna hitam, pamor (motif keris) akan bewarna putih. Karena yang namanya besi dan baja tidak lepas dari karat," ucap Purwanto menghentikan aktivitasnya membersihkan karat pada keris, saat menerima kunjungan Tim Humas Jateng, baru-baru ini.

Itulah aktivitas sehari-hari yang dikerjakan oleh Staf Bagian Konservasi Museum Tosan Aji yang akrab disapa Ipung itu kala tidak ada pengunjung. Dijelaskan, fungsi mewarangi ialah untuk mengawetkan tosan aji agar menampakkan pamor yang terbuat dari batu meteorid atau batu bintang. Sebab, tosan aji dibuat dengan teknik tempa oleh seorang empu dengan perpaduan besi baja dan batu meteorid atau dikenal pamor.

Apalagi, lanjut Ipung, museum yang sudah tiga kali berpindah tempat dan kini terletak di Jalan Dr Setiabudi No 2 atau di dalam Kompleks Pendopo Kabupaten Purworejo itu tercatat mengoleksi ribuan tosan aji. Bahkan koleksi tosan aji tertua berasal dari abad ke-12-13 pada masa Kerajaan Segaluh atau Galuh Pakuan. Tak mengherankan jika perawatannya tidak dilakukan di bulan Suro dalam penanggalan kalender Jawa saja.

"Jumlahnya ada 1.138 tosan aji berupa keris, tombak, pedang, kujang, granggang, cundrik, menur, sampai katana dari Jepang. Semuanya merupakan sumbangan. Karena banyaknya koleksi, maka dalam perawatannya kami tidak mengenal bulan Suro. Bila mana ada panas sinar matahari dan angin akan kami bersihkan dan hasilnya akan maksimal," jelasnya.

Dari ribuan koleksi museum yang diresmikan oleh Gubernur Jawa Tengah Ismail pada 13 April 1987 itu, kata Ipung, ada tiga bilah pusaka sebagai masterpiece di Museum Tosan Aji. Masterpiece tersebut merupakan sumbangan dari Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Soepardjo Rustam, selaku penggagas museum. Mendagri di era Orde Baru itu diketahui pernah menjadi pengawal setia Jenderal Soedirman semasa gerilya.

"Ada keris Singo Barong, Pamor Beras Wutah, Tangguh Mataram dan pedang Suduk Pamor Buntel Mayit Tangguh Kartosuro, sumbangan dari Pak Soepardjo Rustam. Serta tombak Biring Pamor Ron Geduru Tangguh Majapahit," kata petugas yang mengabdi sejak tahun 2007 saat Museum Tosan Aji masih menempati bangunan bekas Pengadilan Negeri pada zaman Belanda di sebelah selatan Alun-alun atau di Jalan Mayjend Sutoyo Nomor 10 Purworejo.

Menurut Ipung, keberadaan Museum Tosan Aji bertujuan untuk untuk mengobservasi, menyimpan dan merawat pusaka-pusaka khas Indonesia yang ada di dalamnya. Apalagi, keris telah mendapatkan pengakuan dari organisasi UNESCO sebagai warisan budaya dunia non-bendawi.

"Di sini kami mengedepankan keris sebagai warisan budaya dunia yang diakui UNESCO. Bersanding dengan warisan adiluhuung Indonesia lainnya, yakni Candi Borobudur, Candi Prambanan dan batik. Karena, tidak segala benda kan masuk hak paten UNESCO," ujarnya.

Nah, bagi yang sedang berpergian ke Purworejo sempatkan untuk mengunjungi Museum Tosan Aji. Biaya tiket masuknya sangat murah, hanya Rp1.000. Sedangkan jam operasionalnya, Senin-Kamis pukul 07.30-16.00WIB dan Jumat jam 08.30- 14.30WIB.

 

Baca juga : Dirikan Museum Baru, Perlu Analisis


Bagikan :

PURWOREJO - Terik panas matahari sedang panas-panasnya siang itu. Keringat membasahi sekujur kemeja putih yang dikenakannya. Nada bicaranya ngos-ngosan. Di hadapannya, terbujur sejumlah bilah keris yang diletakkan di sebuah kursi rotan.

"Ini masih proses pemutihan atau kira-kira 50 persen. Nanti kalau diwarangi (mengawetkan bilah keris), besi akan terlihat berwarna hitam, pamor (motif keris) akan bewarna putih. Karena yang namanya besi dan baja tidak lepas dari karat," ucap Purwanto menghentikan aktivitasnya membersihkan karat pada keris, saat menerima kunjungan Tim Humas Jateng, baru-baru ini.

Itulah aktivitas sehari-hari yang dikerjakan oleh Staf Bagian Konservasi Museum Tosan Aji yang akrab disapa Ipung itu kala tidak ada pengunjung. Dijelaskan, fungsi mewarangi ialah untuk mengawetkan tosan aji agar menampakkan pamor yang terbuat dari batu meteorid atau batu bintang. Sebab, tosan aji dibuat dengan teknik tempa oleh seorang empu dengan perpaduan besi baja dan batu meteorid atau dikenal pamor.

Apalagi, lanjut Ipung, museum yang sudah tiga kali berpindah tempat dan kini terletak di Jalan Dr Setiabudi No 2 atau di dalam Kompleks Pendopo Kabupaten Purworejo itu tercatat mengoleksi ribuan tosan aji. Bahkan koleksi tosan aji tertua berasal dari abad ke-12-13 pada masa Kerajaan Segaluh atau Galuh Pakuan. Tak mengherankan jika perawatannya tidak dilakukan di bulan Suro dalam penanggalan kalender Jawa saja.

"Jumlahnya ada 1.138 tosan aji berupa keris, tombak, pedang, kujang, granggang, cundrik, menur, sampai katana dari Jepang. Semuanya merupakan sumbangan. Karena banyaknya koleksi, maka dalam perawatannya kami tidak mengenal bulan Suro. Bila mana ada panas sinar matahari dan angin akan kami bersihkan dan hasilnya akan maksimal," jelasnya.

Dari ribuan koleksi museum yang diresmikan oleh Gubernur Jawa Tengah Ismail pada 13 April 1987 itu, kata Ipung, ada tiga bilah pusaka sebagai masterpiece di Museum Tosan Aji. Masterpiece tersebut merupakan sumbangan dari Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Soepardjo Rustam, selaku penggagas museum. Mendagri di era Orde Baru itu diketahui pernah menjadi pengawal setia Jenderal Soedirman semasa gerilya.

"Ada keris Singo Barong, Pamor Beras Wutah, Tangguh Mataram dan pedang Suduk Pamor Buntel Mayit Tangguh Kartosuro, sumbangan dari Pak Soepardjo Rustam. Serta tombak Biring Pamor Ron Geduru Tangguh Majapahit," kata petugas yang mengabdi sejak tahun 2007 saat Museum Tosan Aji masih menempati bangunan bekas Pengadilan Negeri pada zaman Belanda di sebelah selatan Alun-alun atau di Jalan Mayjend Sutoyo Nomor 10 Purworejo.

Menurut Ipung, keberadaan Museum Tosan Aji bertujuan untuk untuk mengobservasi, menyimpan dan merawat pusaka-pusaka khas Indonesia yang ada di dalamnya. Apalagi, keris telah mendapatkan pengakuan dari organisasi UNESCO sebagai warisan budaya dunia non-bendawi.

"Di sini kami mengedepankan keris sebagai warisan budaya dunia yang diakui UNESCO. Bersanding dengan warisan adiluhuung Indonesia lainnya, yakni Candi Borobudur, Candi Prambanan dan batik. Karena, tidak segala benda kan masuk hak paten UNESCO," ujarnya.

Nah, bagi yang sedang berpergian ke Purworejo sempatkan untuk mengunjungi Museum Tosan Aji. Biaya tiket masuknya sangat murah, hanya Rp1.000. Sedangkan jam operasionalnya, Senin-Kamis pukul 07.30-16.00WIB dan Jumat jam 08.30- 14.30WIB.

 

Baca juga : Dirikan Museum Baru, Perlu Analisis


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu