Follow Us :              

Belajar dari HIPPRADA, Wujud Konkret Jateng Ramah Lansia

  13 May 2019  |   09:30:00  |   dibaca : 2949 
Kategori :
Bagikan :


Belajar dari HIPPRADA, Wujud Konkret Jateng Ramah Lansia

13 May 2019 | 09:30:00 | dibaca : 2949
Kategori :
Bagikan :

Foto : Ebron (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Ebron (Humas Jateng)

SEMARANG - Mereka memang tak lagi muda, namun semangatnya dalam berkontribusi di organisasi kepanduan sungguh luar biasa. Apresiasi itu tidak berlebihan ketika menyaksikan antusiasme Pengurus Daerah Himpunan dan Pramuka Wreda (HIPPRADA) Jawa Tengah.

"HIPPRADA Jateng ini terpilih sebagai HIPPRADA Tergiat se-Indonesia sejak tahun 2012 hingga sekarang," terang  Ketua HiPPRADA Jateng Wartedjo Tedjo Wibowo saat beraudiensi dengan Wakil Gubernur Jateng Taj Yasin Maimoen di ruang kerja Wagub, Senin (13/5/2019).

Wartedjo kemudian mengungkapkan sejarah organisasi kepanduan di Tanah Air. Dia menjelaskan, pada kurun waktu 1960an, organisasi kepanduan di Indonesia tumbuh pesat. Namun, oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX yang juga menjabat sebagai Ketua Kwartir Nasional (Kwarnas) pertama,  organisasi-organisasi kepanduan itu kemudian dilebur menjadi sebuah gerakan Pramuka.

"Sebelum tahun 1960an, banyak tokoh kita yang mendirikan gerakan kepanduan termasuk Kyai Haji Agus Salim. Kalau dalam pewayangan pandu itu artinya orang yang tabiatnya kesatria. Oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX, organisasi pandu-pandu ini kemudian dijadikan satu dengan adanya Kepres Nomor 238 Tahun 1961 Tanggal 20 Mei sehingga dinamakan gerakan Pramuka," jelasnya.

Wartedjo menambahkan, Sri Sultan Hamengku Buwono IX kemudian mempertimbangkan pihak-pihak yang belum tercakup dalam gerakan Pramuka dan merangkulnya dalam Himpunan Pandu Wreda. "Sri Sultan Hamengku Buwono IX kemudian memikirkan siapa saja yang belum ter-cover dalam gerakan Pramuka ini. Beliau mengumpulkan tokoh-tokoh yang tidak ter-cover itu kemudian dijadikan satu dan diberi nama Himpunan Pandu Wreda. Wreda itu tua tapi mumpuni," lanjutnya.

Sementara itu, Wagub Taj Yasin Maimoen mengapresiasi kontribusi yang diberikan oleh HIPPRADA Jateng selama ini. Gus Yasin, sapaan akrab wagub, berpendapat, eksistensi HIPPRADA Jateng merupakan salah satu wujud bahwa provinsi ini ramah lansia.

"Kita berterima kasih ternyata di Pramuka dengan munculnya HIPPRADA ini memunculkan bahwa itu adalah bagian dari ramah lansia. HIPPRADA ini, saya berharap bisa benar-benar memberikan contoh benar-benar menjadi pandu seperti yang diarahkan oleh KH Agus Salim waktu itu bahwa mendidik bukan hanya dalam hal pendidikan seperti di sekolah, tetapi lebih dari itu. Yaitu memberikan pendidikan karakter sehingga apa yang kita lakukan bisa menjadi suri teladan bagi adik-adik kita," ujarnya.

 

Baca juga : Diminta Maju, Inilah Tugas dari Ganjar Untuk Para Pramuka


Bagikan :

SEMARANG - Mereka memang tak lagi muda, namun semangatnya dalam berkontribusi di organisasi kepanduan sungguh luar biasa. Apresiasi itu tidak berlebihan ketika menyaksikan antusiasme Pengurus Daerah Himpunan dan Pramuka Wreda (HIPPRADA) Jawa Tengah.

"HIPPRADA Jateng ini terpilih sebagai HIPPRADA Tergiat se-Indonesia sejak tahun 2012 hingga sekarang," terang  Ketua HiPPRADA Jateng Wartedjo Tedjo Wibowo saat beraudiensi dengan Wakil Gubernur Jateng Taj Yasin Maimoen di ruang kerja Wagub, Senin (13/5/2019).

Wartedjo kemudian mengungkapkan sejarah organisasi kepanduan di Tanah Air. Dia menjelaskan, pada kurun waktu 1960an, organisasi kepanduan di Indonesia tumbuh pesat. Namun, oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX yang juga menjabat sebagai Ketua Kwartir Nasional (Kwarnas) pertama,  organisasi-organisasi kepanduan itu kemudian dilebur menjadi sebuah gerakan Pramuka.

"Sebelum tahun 1960an, banyak tokoh kita yang mendirikan gerakan kepanduan termasuk Kyai Haji Agus Salim. Kalau dalam pewayangan pandu itu artinya orang yang tabiatnya kesatria. Oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX, organisasi pandu-pandu ini kemudian dijadikan satu dengan adanya Kepres Nomor 238 Tahun 1961 Tanggal 20 Mei sehingga dinamakan gerakan Pramuka," jelasnya.

Wartedjo menambahkan, Sri Sultan Hamengku Buwono IX kemudian mempertimbangkan pihak-pihak yang belum tercakup dalam gerakan Pramuka dan merangkulnya dalam Himpunan Pandu Wreda. "Sri Sultan Hamengku Buwono IX kemudian memikirkan siapa saja yang belum ter-cover dalam gerakan Pramuka ini. Beliau mengumpulkan tokoh-tokoh yang tidak ter-cover itu kemudian dijadikan satu dan diberi nama Himpunan Pandu Wreda. Wreda itu tua tapi mumpuni," lanjutnya.

Sementara itu, Wagub Taj Yasin Maimoen mengapresiasi kontribusi yang diberikan oleh HIPPRADA Jateng selama ini. Gus Yasin, sapaan akrab wagub, berpendapat, eksistensi HIPPRADA Jateng merupakan salah satu wujud bahwa provinsi ini ramah lansia.

"Kita berterima kasih ternyata di Pramuka dengan munculnya HIPPRADA ini memunculkan bahwa itu adalah bagian dari ramah lansia. HIPPRADA ini, saya berharap bisa benar-benar memberikan contoh benar-benar menjadi pandu seperti yang diarahkan oleh KH Agus Salim waktu itu bahwa mendidik bukan hanya dalam hal pendidikan seperti di sekolah, tetapi lebih dari itu. Yaitu memberikan pendidikan karakter sehingga apa yang kita lakukan bisa menjadi suri teladan bagi adik-adik kita," ujarnya.

 

Baca juga : Diminta Maju, Inilah Tugas dari Ganjar Untuk Para Pramuka


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu