Follow Us :              

Difabel Tak Butuh Belas Kasihan

  18 July 2019  |   13:00:00  |   dibaca : 452 
Kategori :
Bagikan :


Difabel Tak Butuh Belas Kasihan

18 July 2019 | 13:00:00 | dibaca : 452
Kategori :
Bagikan :

Foto : Slam (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Slam (Humas Jateng)

SEMARANG - Selamet (45) datang satu jam lebih awal dari jadwal yang ditetapkan di pelataran Manunggal Jati Pedurungan, Rabu (17/7). Bersama 16 kawannya dari Yayasan Pembina Anak Cacat (YPAC) Semarang dia bakal mengiring Torch Relay Obor Api Abadi Asean School Games ke 11. Dia tidak sabar bertemu Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo untuk pertama kalinya.

Mengendarai sepeda motor roda tiga, Selamet tiba di Manunggal Jati pukul 11.00 wib, tidak berjaket dan hanya mengenakan kaus oblong. Kebiasaannya menjajakan roti keliling membuatnya seperti tahan dari sengat matahari. Itu pula yang membuat Selamet selama ini menolak jika kawan-kawannya di YPAC mengajak bertemu atau sekadar membuat acara bareng Ganjar. 

Tapi tidak demikian ketika dia diajak Rini Winarni, Ketua Himpunan Wanita Difabel Indonesia (HWDI) untuk mengiring Obor Api Abadi Asean School Games bersama Ganjar Pranowo. Dia langsung mengiyakan dan menanggalkan kotak jualannya. 

"Juga mumpung bisa bertemu Pak Ganjar. Kan temen-temen sering cerita bagaimana pak Ganjar dengan kita, jadi ya seneng saja," kata Selamet. 

Selama menunggu rombongan torch relay dari Grobogan, Selamet banyak menerima kisah dari kawan-kawannya saat mengikuti acara bareng Ganjar. Dari Apel Kebangsaan, ikut kegiatan Ganjar satu hari full sampai ketika terlibat di Musrenbang. 

"Kalau kita bikin acara di car free day dan kebetulan pak Ganjar lewat, pasti beliau langsung menghampiri," kata Rini.

Dengan pertemuan-pertemuan itu, Rini dan kawan-kawan juga kerap mengutarakan aspirasinya. Dari persoalan aksesibilitas, fasilitas hingga soal ketersediaan lapangan pekerjaan. Kini ketika harus mengunjungi Ganjar di kantornya, Rini pun tidak lagi kerepotan karena fasilitas gedung yang sudah ramah difabel. 

"Temen saya juga sekarang ada yang sudah bekerja di pabrik, meski cuma motong-motong kain ataupun membuat pola baju," katanya. 

Sekitar pukul 12.15 wib Ganjar tiba di kawasan Manunggal Jati dengan mengayuh sepeda. Namun belum sempat ngobrol banyak dengan difabel, rombongan torch relay dari Grobogan tiba. Mereka pun akhirnya meluncur ke Balaikota Semarang.

Bagi Ganjar, yang dibutuhkan kaum difabel adalah aksesibilitas, kemudahan akses termasuk akses ke pemerintahan. Kemudahan juga harus mereka dapatkan untuk mendapatkan pekerjaan, dengan menyediakan kuota 1 % bagi mereka. 

"Mereka harus kita dampingi agar mendapatkan pelayanan yang setara. Mereka tidak butuh belas kasih kita, tapi kesetaraan. Jangan ada diskriminasi lagi dalam penerimaan pegawai, harus diperlakukan setara," kata Ganjar.


Bagikan :

SEMARANG - Selamet (45) datang satu jam lebih awal dari jadwal yang ditetapkan di pelataran Manunggal Jati Pedurungan, Rabu (17/7). Bersama 16 kawannya dari Yayasan Pembina Anak Cacat (YPAC) Semarang dia bakal mengiring Torch Relay Obor Api Abadi Asean School Games ke 11. Dia tidak sabar bertemu Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo untuk pertama kalinya.

Mengendarai sepeda motor roda tiga, Selamet tiba di Manunggal Jati pukul 11.00 wib, tidak berjaket dan hanya mengenakan kaus oblong. Kebiasaannya menjajakan roti keliling membuatnya seperti tahan dari sengat matahari. Itu pula yang membuat Selamet selama ini menolak jika kawan-kawannya di YPAC mengajak bertemu atau sekadar membuat acara bareng Ganjar. 

Tapi tidak demikian ketika dia diajak Rini Winarni, Ketua Himpunan Wanita Difabel Indonesia (HWDI) untuk mengiring Obor Api Abadi Asean School Games bersama Ganjar Pranowo. Dia langsung mengiyakan dan menanggalkan kotak jualannya. 

"Juga mumpung bisa bertemu Pak Ganjar. Kan temen-temen sering cerita bagaimana pak Ganjar dengan kita, jadi ya seneng saja," kata Selamet. 

Selama menunggu rombongan torch relay dari Grobogan, Selamet banyak menerima kisah dari kawan-kawannya saat mengikuti acara bareng Ganjar. Dari Apel Kebangsaan, ikut kegiatan Ganjar satu hari full sampai ketika terlibat di Musrenbang. 

"Kalau kita bikin acara di car free day dan kebetulan pak Ganjar lewat, pasti beliau langsung menghampiri," kata Rini.

Dengan pertemuan-pertemuan itu, Rini dan kawan-kawan juga kerap mengutarakan aspirasinya. Dari persoalan aksesibilitas, fasilitas hingga soal ketersediaan lapangan pekerjaan. Kini ketika harus mengunjungi Ganjar di kantornya, Rini pun tidak lagi kerepotan karena fasilitas gedung yang sudah ramah difabel. 

"Temen saya juga sekarang ada yang sudah bekerja di pabrik, meski cuma motong-motong kain ataupun membuat pola baju," katanya. 

Sekitar pukul 12.15 wib Ganjar tiba di kawasan Manunggal Jati dengan mengayuh sepeda. Namun belum sempat ngobrol banyak dengan difabel, rombongan torch relay dari Grobogan tiba. Mereka pun akhirnya meluncur ke Balaikota Semarang.

Bagi Ganjar, yang dibutuhkan kaum difabel adalah aksesibilitas, kemudahan akses termasuk akses ke pemerintahan. Kemudahan juga harus mereka dapatkan untuk mendapatkan pekerjaan, dengan menyediakan kuota 1 % bagi mereka. 

"Mereka harus kita dampingi agar mendapatkan pelayanan yang setara. Mereka tidak butuh belas kasih kita, tapi kesetaraan. Jangan ada diskriminasi lagi dalam penerimaan pegawai, harus diperlakukan setara," kata Ganjar.


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu