Foto : Fajar (Humas Jateng)
Foto : Fajar (Humas Jateng)
SURAKARTA - Senin (22/7/2019) Warung Sate Hj Bejo yang terletak di Jalan Sungai Sebakung No 10 Solo, nampak semua kursi yang tersedia, penuh dengan pembeli yang sedang menikmati masakan kambing, yang diolah menjadi tongseng, sate daging, gulai, tengkleng, nasi goreng kambing dan sate buntel.
Keramaian warung pun bertambah ketika Gubernur Jateng Ganja Pranowo, Wakil Wali Kota Surakarta Achmad Purnomo dan rombongan datang ke warung itu untuk makan siang usai Workshop bagi Panitia Seleksi JPT Membangun Pemahaman dan Upaya Pencegahan Paham Intoleransidan Radikalesme di Instansi Pemerintah, di Hotel Alila.
"Warung ini spesialnya sate buntel. Tapi, saya suka yang biasa. Tongsengnya disini empuk. Pak Jokowi langganan disini dan suka sekali sate buntel. Duduknya di pojok sana," kata Ganjar sambil menunjuk meja kursi yang biasa menjadi tempat makan Jikowi dan keluarga.
Dibandrol dengan harga Rp 50.000 per porsinya, membeli sate di sini dijamin tidak akan mengecewakan.
Sepiring porsi sate disajikan panas lengkap dengan nasi dan kubis yang sudah diiris.
Daging sate dibumbui dengan bumbu kacang dicampur bumbu kecap. Gurih sekaligus manis akan bercampur dan terasa di lidah. Daging kambingnya juga sangat empuk dan sama sekali tidak berbau apek.
Menu sate buntel diakui beberapa pengunjung memang memiliki banyak penggemar. Sate buntel merupakan sate yang terbuat dari daging kambing cincang dan dibalut dengan lemak kambing lalu dibakar.
Seorang pelanggan, Haryono, mengaku selalu menuju Warung Sate Hj Bejo jika ingin memakan sate. "Saya sudah menjadi pelanggan lama," katanya.
Sambil menikmati sate, pengunjung akan dihibur dengan alunan langgam-langgam Jawa. Pengelola warung menyediakan dua pesinden dan satu pemain siter yang terus menyanyikan lagu jawa untuk menghibur pengunjung.
"Nyanyi Caping Gunung iso pora? (menyanyi lagu Caping Gunung bisa tidak?" tanya Ganjar.
"Saget Pak (Bisa Pak)," jawab ketiganya.
Usai menikmati sate dan tongseng sambil dihibur lagu Caping Gunung, Ganjar pun mengeluarkan uang Rp 100 ribu dari saku kanan celananya kemudian menaruhnya ke kotak di dekat mereka yang berisi uang ribuan dan recehan. Sebelum masuk ke mobil dan kembali ke Semarang, karyawan warung maupun pengunjung pun meminta kepada Ganjar untuk berfoto bersama.
"Terimakasih ya..." ujar Ganjar sambil melambaikan tangan untuk berpamitan.
SURAKARTA - Senin (22/7/2019) Warung Sate Hj Bejo yang terletak di Jalan Sungai Sebakung No 10 Solo, nampak semua kursi yang tersedia, penuh dengan pembeli yang sedang menikmati masakan kambing, yang diolah menjadi tongseng, sate daging, gulai, tengkleng, nasi goreng kambing dan sate buntel.
Keramaian warung pun bertambah ketika Gubernur Jateng Ganja Pranowo, Wakil Wali Kota Surakarta Achmad Purnomo dan rombongan datang ke warung itu untuk makan siang usai Workshop bagi Panitia Seleksi JPT Membangun Pemahaman dan Upaya Pencegahan Paham Intoleransidan Radikalesme di Instansi Pemerintah, di Hotel Alila.
"Warung ini spesialnya sate buntel. Tapi, saya suka yang biasa. Tongsengnya disini empuk. Pak Jokowi langganan disini dan suka sekali sate buntel. Duduknya di pojok sana," kata Ganjar sambil menunjuk meja kursi yang biasa menjadi tempat makan Jikowi dan keluarga.
Dibandrol dengan harga Rp 50.000 per porsinya, membeli sate di sini dijamin tidak akan mengecewakan.
Sepiring porsi sate disajikan panas lengkap dengan nasi dan kubis yang sudah diiris.
Daging sate dibumbui dengan bumbu kacang dicampur bumbu kecap. Gurih sekaligus manis akan bercampur dan terasa di lidah. Daging kambingnya juga sangat empuk dan sama sekali tidak berbau apek.
Menu sate buntel diakui beberapa pengunjung memang memiliki banyak penggemar. Sate buntel merupakan sate yang terbuat dari daging kambing cincang dan dibalut dengan lemak kambing lalu dibakar.
Seorang pelanggan, Haryono, mengaku selalu menuju Warung Sate Hj Bejo jika ingin memakan sate. "Saya sudah menjadi pelanggan lama," katanya.
Sambil menikmati sate, pengunjung akan dihibur dengan alunan langgam-langgam Jawa. Pengelola warung menyediakan dua pesinden dan satu pemain siter yang terus menyanyikan lagu jawa untuk menghibur pengunjung.
"Nyanyi Caping Gunung iso pora? (menyanyi lagu Caping Gunung bisa tidak?" tanya Ganjar.
"Saget Pak (Bisa Pak)," jawab ketiganya.
Usai menikmati sate dan tongseng sambil dihibur lagu Caping Gunung, Ganjar pun mengeluarkan uang Rp 100 ribu dari saku kanan celananya kemudian menaruhnya ke kotak di dekat mereka yang berisi uang ribuan dan recehan. Sebelum masuk ke mobil dan kembali ke Semarang, karyawan warung maupun pengunjung pun meminta kepada Ganjar untuk berfoto bersama.
"Terimakasih ya..." ujar Ganjar sambil melambaikan tangan untuk berpamitan.
Berita Terbaru