Foto : Rinto (Humas Jateng)
Foto : Rinto (Humas Jateng)
SURAKARTA - Organisasi Islam Muhammadiyah dan Aisyiyah pada 1 hingga 5 Juli tahun depan akan menggelar muktamar ke - 48. Kota Surakarta dipilih menjadi tuan rumah perhelatan yang akan menghadirkan sekitar 500 ribu warga Muhammadiyah.
Wakil Gubernur Jawa Tengah H Taj Yasin Maimoen menggadang-gadang penyelenggaraan muktamar akan menghasilkan gerakan besar dalam mempersatukan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Harapan itu disampaikan sebagai wujud keprihatinannya atas kondisi masyarakat Indonesia yang saat ini mudah terpancing emosi, sehingga memicu terjadinya keretakan.
"Kami berharap, setelah Surakarta menjadi tempat muktamar, ada gerakan besar untuk persatuan NKRI. Sehingga apa yang dicanangkan melalui tema "Memajukan Indonesia Mencerahkan Semesta" betul-betul terwujud," katanya saat Soft Launching Muktamar Muhammadiyah dan Aisyiyah ke-48 di halaman Gedung Induk Siti Walidah UMS, Rabu (31/7) malam.
Organisasi Muhammadiyah, lanjut dia, saat ini didelegasikan sebagai salah satu organisasi besar nobel perdamaian dunia. Karena itu, masyarakat Indonesia patut berbangga memiliki peradaban Islam yang menganut ajaran Rasulullah melalui organisasi Muhammadiyah.
"Kita di Islam sudah biasa diajarkan dengan perbedaan. Sebab, kita mempunyai keyakinan bahwa ciptaan Tuhan itu memang berpasangan. Adakalanya kita sama dan adakalanya berbeda. Tapi beda itu adalah tujuan untuk menyatukan visi misi kita, yang membuat kita menyerahkan diri kita kepada Tuhan Yang Maha Esa," paparnya
Senada disampaikan Ketua Umum PP Muhammadiyah KH Haedar Nashir. Satu persoalan yang menjadi tantangan dan perlu dijawab dalam muktamar nanti adalah bagaimana Muhammadiyah dan kekuatan-kekuatan Islam di Indonesia bisa terus menjadi pemandu kehidupan beragama, khususnya di kalangan umat Islam dunia dan warga bangsa pada umumnya.
"Kehidupan beragama yang terus menanamkan benih-benih yang membawa spirit kemajuan. Tentram dan sekaligus di dalamnya membawa dakwah Islam yang membangun kebersamaan," jelasnya.
Kebersamaan menjadi pesan tegas KH Haedar Nashir. Warga Muhammadiyah tidak boleh mengabaikan kekuatan kebersamaan. Sudah banyak sejarah menunjukkan, tanpa kebersamaan negara besar pun bisa hancur.
"Yugoslavia tinggal kenangan. Padahal dulu negara besar. Uni Sovyet hampir kolaps. Ini menunjukkan kepada kita bahwa kekuatan kebersamaan akan menjadi energi kita untuk maju. Sebaliknya kalau kita pecah, biarpun kita punya potensi untuk maju, akan runtuh," jelasnya.
Di samping kebersamaan, kiai kharismatik itu juga berpesan agar warga Muhammadiyah memegang komitmen memajukan bangsa Indonesia tanpa pamrih. Itu menjadi karakter setiap warga Muhammadiyah.
Baca juga : Ngumpulke Balung Pisah, Gus Yasin Sebut Langkah NU Tepat
SURAKARTA - Organisasi Islam Muhammadiyah dan Aisyiyah pada 1 hingga 5 Juli tahun depan akan menggelar muktamar ke - 48. Kota Surakarta dipilih menjadi tuan rumah perhelatan yang akan menghadirkan sekitar 500 ribu warga Muhammadiyah.
Wakil Gubernur Jawa Tengah H Taj Yasin Maimoen menggadang-gadang penyelenggaraan muktamar akan menghasilkan gerakan besar dalam mempersatukan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Harapan itu disampaikan sebagai wujud keprihatinannya atas kondisi masyarakat Indonesia yang saat ini mudah terpancing emosi, sehingga memicu terjadinya keretakan.
"Kami berharap, setelah Surakarta menjadi tempat muktamar, ada gerakan besar untuk persatuan NKRI. Sehingga apa yang dicanangkan melalui tema "Memajukan Indonesia Mencerahkan Semesta" betul-betul terwujud," katanya saat Soft Launching Muktamar Muhammadiyah dan Aisyiyah ke-48 di halaman Gedung Induk Siti Walidah UMS, Rabu (31/7) malam.
Organisasi Muhammadiyah, lanjut dia, saat ini didelegasikan sebagai salah satu organisasi besar nobel perdamaian dunia. Karena itu, masyarakat Indonesia patut berbangga memiliki peradaban Islam yang menganut ajaran Rasulullah melalui organisasi Muhammadiyah.
"Kita di Islam sudah biasa diajarkan dengan perbedaan. Sebab, kita mempunyai keyakinan bahwa ciptaan Tuhan itu memang berpasangan. Adakalanya kita sama dan adakalanya berbeda. Tapi beda itu adalah tujuan untuk menyatukan visi misi kita, yang membuat kita menyerahkan diri kita kepada Tuhan Yang Maha Esa," paparnya
Senada disampaikan Ketua Umum PP Muhammadiyah KH Haedar Nashir. Satu persoalan yang menjadi tantangan dan perlu dijawab dalam muktamar nanti adalah bagaimana Muhammadiyah dan kekuatan-kekuatan Islam di Indonesia bisa terus menjadi pemandu kehidupan beragama, khususnya di kalangan umat Islam dunia dan warga bangsa pada umumnya.
"Kehidupan beragama yang terus menanamkan benih-benih yang membawa spirit kemajuan. Tentram dan sekaligus di dalamnya membawa dakwah Islam yang membangun kebersamaan," jelasnya.
Kebersamaan menjadi pesan tegas KH Haedar Nashir. Warga Muhammadiyah tidak boleh mengabaikan kekuatan kebersamaan. Sudah banyak sejarah menunjukkan, tanpa kebersamaan negara besar pun bisa hancur.
"Yugoslavia tinggal kenangan. Padahal dulu negara besar. Uni Sovyet hampir kolaps. Ini menunjukkan kepada kita bahwa kekuatan kebersamaan akan menjadi energi kita untuk maju. Sebaliknya kalau kita pecah, biarpun kita punya potensi untuk maju, akan runtuh," jelasnya.
Di samping kebersamaan, kiai kharismatik itu juga berpesan agar warga Muhammadiyah memegang komitmen memajukan bangsa Indonesia tanpa pamrih. Itu menjadi karakter setiap warga Muhammadiyah.
Baca juga : Ngumpulke Balung Pisah, Gus Yasin Sebut Langkah NU Tepat
Berita Terbaru