Follow Us :              

Senandung Negeri Di Atas Awan Kumandangkan Pesan Persatuan

  03 August 2019  |   23:00:00  |   dibaca : 613 
Kategori :
Bagikan :


Senandung Negeri Di Atas Awan Kumandangkan Pesan Persatuan

03 August 2019 | 23:00:00 | dibaca : 613
Kategori :
Bagikan :

Foto : Handy (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Handy (Humas Jateng)

KAB. BANJARNEGARA -  Sabtu (3/8/2019) malam, suhu udara di Dieng lebih dingin dari malam sebelumnya. Namun, penikmat Senandung Negeri Di Atas Awan saat itu justru makin membludak. Hawa dingin yang menyergap pun seolah menjadi tak terasa.


Menunggu dengan sabar siapakah yang bakal menjadi guest, mereka menyimak dengan baik chit chat yang disampaikan presenter. Malam itu, Senandung Negeri Di Atas Awan menampilkan musisi yang fokus pada musik-musik tradisi. Bagi penikmat musik jazz dan keroncong, sudah pasti bisa menebak. Ya, Djaduk Ferianto yang merupakan putra bungsu dari seniman kondang Bagong Kussudiardja.


Tampil dihadapan ribuan generasi milenial, Djadug tidak mati gaya. Inovasi dia lakukan karena sudah pasti banyak dari audience nya yang tidak mengenal karyanya. Lagu Didi Kempot berjudul Sewu Kutho dipilih musisi berusia 55 tahun itu, untuk diaransemen ulang, dikawinkan dengan musik jazz. Dan, benar saja, lagu Sewu Kutho mendapat sambutan hangat. Ribuan penonton turut menyanyikannya dan menyiratkan pesan kegembiraan.


Di tengah pertunjukkan, Djadug meminta supaya masyarakat Indonesia menjaga persatuan dan kesatuan, meneguhkan kembali ke-Indonesiaan. Persatuan wajib dijaga untuk menghargai para pendiri bangsa yang sudah bersusah payah merebut kemerdekaan.


"Tidak ada lagi cebong kampret. Tidak ada lagi bayar-bayaran. Mohon kita bersatu," serunya yang disambut positif penonton.


Setelah penampilan Djadug, Isyana Saravati tampil mengejutkan audience. Lagu-lagunya yang ditulisnya sendiri dan sebagian besar menjadi hits, memang akrab di telinga generasi milenial. "Kau Adalah" menjadi lagu pembuka yang menyapa penggemarnya. Suasana semakin romantis tatkala mantan penyanyi opera itu melantunkan "A Whole New World". Penampilan apik Isyana ditutup dengan lagu "Heaven".


Malam puncak Senandung Negeri Di Atas Awan ditandai dengan pelepasan 5.000 lampion. Gemerlap cahaya lampion membuat malam di dataran tinggi Dieng semakin indah. Sedikit berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, kali ini terbangnya lampion diiringi pula dengan lagu nasional "Indonesia Pusaka" yang menumbuhkan haru biru rasa cinta kepada negeri.


Bagikan :

KAB. BANJARNEGARA -  Sabtu (3/8/2019) malam, suhu udara di Dieng lebih dingin dari malam sebelumnya. Namun, penikmat Senandung Negeri Di Atas Awan saat itu justru makin membludak. Hawa dingin yang menyergap pun seolah menjadi tak terasa.


Menunggu dengan sabar siapakah yang bakal menjadi guest, mereka menyimak dengan baik chit chat yang disampaikan presenter. Malam itu, Senandung Negeri Di Atas Awan menampilkan musisi yang fokus pada musik-musik tradisi. Bagi penikmat musik jazz dan keroncong, sudah pasti bisa menebak. Ya, Djaduk Ferianto yang merupakan putra bungsu dari seniman kondang Bagong Kussudiardja.


Tampil dihadapan ribuan generasi milenial, Djadug tidak mati gaya. Inovasi dia lakukan karena sudah pasti banyak dari audience nya yang tidak mengenal karyanya. Lagu Didi Kempot berjudul Sewu Kutho dipilih musisi berusia 55 tahun itu, untuk diaransemen ulang, dikawinkan dengan musik jazz. Dan, benar saja, lagu Sewu Kutho mendapat sambutan hangat. Ribuan penonton turut menyanyikannya dan menyiratkan pesan kegembiraan.


Di tengah pertunjukkan, Djadug meminta supaya masyarakat Indonesia menjaga persatuan dan kesatuan, meneguhkan kembali ke-Indonesiaan. Persatuan wajib dijaga untuk menghargai para pendiri bangsa yang sudah bersusah payah merebut kemerdekaan.


"Tidak ada lagi cebong kampret. Tidak ada lagi bayar-bayaran. Mohon kita bersatu," serunya yang disambut positif penonton.


Setelah penampilan Djadug, Isyana Saravati tampil mengejutkan audience. Lagu-lagunya yang ditulisnya sendiri dan sebagian besar menjadi hits, memang akrab di telinga generasi milenial. "Kau Adalah" menjadi lagu pembuka yang menyapa penggemarnya. Suasana semakin romantis tatkala mantan penyanyi opera itu melantunkan "A Whole New World". Penampilan apik Isyana ditutup dengan lagu "Heaven".


Malam puncak Senandung Negeri Di Atas Awan ditandai dengan pelepasan 5.000 lampion. Gemerlap cahaya lampion membuat malam di dataran tinggi Dieng semakin indah. Sedikit berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, kali ini terbangnya lampion diiringi pula dengan lagu nasional "Indonesia Pusaka" yang menumbuhkan haru biru rasa cinta kepada negeri.


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu