Foto : Rinto (Humas Jateng)
Foto : Rinto (Humas Jateng)
SEMARANG - Meskipun lahir di desa kecil di pelosok Sragen, tidak menyurutkan semangat Sri Puryono Karto Soedarmo untuk menuntut ilmu setinggi langit.
Kegagalan masuk Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS), ternyata menjadi langkah awal anak carik atau sekretaris desa itu, menjadi carik Provinsi Jawa Tengah.
"Saya dulu daftar di Fakultas Kedokteran UNS masuk sebagai cadangan. Setelah diumumkan tidak lolos di UNS, kemudian masuk Fakultas Kehutanan UGM. Setelah lulus saya pernah bekerja di Dinas Kehutanan Jambi, lalu Kepala Dinas Kehutanan Jateng, kemudian jadi Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah," ujarnyasaat memberi sambutan pada acara Bedah Buku "Birokrat Gaul Taat Asas" di Hotel Grand Candi Semarang, Rabu (14/8/2019) malam.
Buku yang terdiri dari 250 halaman tersebut mengulas tentang sosok Sri Puryono dari lahir di Desa Gaean Kecamatan Tanon, 29 Februari 1959, kisah masa sekolah, kuliah, hingga menjadi sekda Jateng dengan berbagai kegiatan di luar birokrasi.
Termasuk romantika asmara dengan Rini Budi Hastuti yang merupakan teman perempuan istimewa, teman sejak SMP, SMA, hingga kuliah di UGM dan menjadi pendamping hidupnya sampai sekarang.
Dalam buku 'Jejak Hidup Sri Puryono' tersebut, bapak dari Indriastuti PD dan Nurul Febriani itu juga menjelaskan bagaimana manusia seharusnya menjalani hidup. Antara lain dengan selalu semangat, sungguh-sungguh, sabar, dan prihatin.
Bahkan hanya memiliki dua baju seragam sekolah warna putih yang telah berubah menjadi abu-abu dan berbau asam karena keringat bercampur air hujan, Sri Puryono kecil tetap semangat bersekolah.
"Saya merangkak dari nol. Orang tua saya seorang carik jadi dikatakan miskin sih tidak miskin, tetapi beliau menekankan saya tentang keprihatinan untuk mencapai hidup kepenak," ucapnya.
Keprihatinan dilakoni Sri Puryono dari SD, SMP, SMA, sampai kuliah S3. Demikian juga mengenai prinsip hidup, menurutnya hidup itu penuh perjuangan, jika dijalani dengan "temen dan tekun bakale tata".
Temen dalam bahasa Indonesia artinya sungguh-sungguh, tekun yaitu sabar, dan tata. Sehingga jika seseorang bekerja keras, berdoa, dan prihatin maka akan ada hasilnya.
Sementara itu, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan, ada satu poin yang membuat gubernur memilih Sri Puryono menjadi Sekda Jateng pada masa kepemimpinan Ganjar Pranowo - Heru Sudjatmoko. Hingga akhirnya pada Jumat 24 Oktober 2019, anak ke 9 dari 10 bersaudara pasangan Karto Soedarmo dan Suparni itu mengucapkan sumpah jabatan sebagai Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah.
"Ketika diadakan seleksi untuk sekda definitif, banyak yang yang ikut. Semua calon memiliki kompetensi yang sama, semua layak dipilih. Tetapi ada satu poin yang membuat Pak Sri Puryono berbeda, yaitu pengalaman dan senioritas sehingga lebih jelas, lebih terukur dan teruji," bebernya.
Dalam kapasitas orang yang membantu tugas-tugas pemerintahan, kata dia, mantan kepala Dinas Kehutanan Jateng itu mampu dan cepat menerjemahkan apa yang menjadi target-target terwujudnya good government yang transparan dan akuntabel. Selain itu, sebagai orang tertinggi yang menjabat di birokrasi dinilai berhasil.
"Ternyata birokrat sejati karena memang sejak indil-indil sampai ondol-ondol berada dalam birokrasi terus. Beliau adalah birokrat sejati. Hal itu ditandai dengan kedisiplinan dan profesionalisnya dalam bekerja," paparnya.
Ganjar berharap buku biografi karya tim penulis, yakni Agus Widyanto, Solikun, Ade Oesman, Mohamad Jokomono, dan Wisnu Aji dengan editor Amir Machmud tersebut, dapat menginspirasi masyarakat tetap semangat dan menginpirasi semua untuk berbuat baik bagi Indonesia.
Baca juga : Bedah Buku Tentang Pesisir, Ini Ulasan Sekda Jateng
SEMARANG - Meskipun lahir di desa kecil di pelosok Sragen, tidak menyurutkan semangat Sri Puryono Karto Soedarmo untuk menuntut ilmu setinggi langit.
Kegagalan masuk Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS), ternyata menjadi langkah awal anak carik atau sekretaris desa itu, menjadi carik Provinsi Jawa Tengah.
"Saya dulu daftar di Fakultas Kedokteran UNS masuk sebagai cadangan. Setelah diumumkan tidak lolos di UNS, kemudian masuk Fakultas Kehutanan UGM. Setelah lulus saya pernah bekerja di Dinas Kehutanan Jambi, lalu Kepala Dinas Kehutanan Jateng, kemudian jadi Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah," ujarnyasaat memberi sambutan pada acara Bedah Buku "Birokrat Gaul Taat Asas" di Hotel Grand Candi Semarang, Rabu (14/8/2019) malam.
Buku yang terdiri dari 250 halaman tersebut mengulas tentang sosok Sri Puryono dari lahir di Desa Gaean Kecamatan Tanon, 29 Februari 1959, kisah masa sekolah, kuliah, hingga menjadi sekda Jateng dengan berbagai kegiatan di luar birokrasi.
Termasuk romantika asmara dengan Rini Budi Hastuti yang merupakan teman perempuan istimewa, teman sejak SMP, SMA, hingga kuliah di UGM dan menjadi pendamping hidupnya sampai sekarang.
Dalam buku 'Jejak Hidup Sri Puryono' tersebut, bapak dari Indriastuti PD dan Nurul Febriani itu juga menjelaskan bagaimana manusia seharusnya menjalani hidup. Antara lain dengan selalu semangat, sungguh-sungguh, sabar, dan prihatin.
Bahkan hanya memiliki dua baju seragam sekolah warna putih yang telah berubah menjadi abu-abu dan berbau asam karena keringat bercampur air hujan, Sri Puryono kecil tetap semangat bersekolah.
"Saya merangkak dari nol. Orang tua saya seorang carik jadi dikatakan miskin sih tidak miskin, tetapi beliau menekankan saya tentang keprihatinan untuk mencapai hidup kepenak," ucapnya.
Keprihatinan dilakoni Sri Puryono dari SD, SMP, SMA, sampai kuliah S3. Demikian juga mengenai prinsip hidup, menurutnya hidup itu penuh perjuangan, jika dijalani dengan "temen dan tekun bakale tata".
Temen dalam bahasa Indonesia artinya sungguh-sungguh, tekun yaitu sabar, dan tata. Sehingga jika seseorang bekerja keras, berdoa, dan prihatin maka akan ada hasilnya.
Sementara itu, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan, ada satu poin yang membuat gubernur memilih Sri Puryono menjadi Sekda Jateng pada masa kepemimpinan Ganjar Pranowo - Heru Sudjatmoko. Hingga akhirnya pada Jumat 24 Oktober 2019, anak ke 9 dari 10 bersaudara pasangan Karto Soedarmo dan Suparni itu mengucapkan sumpah jabatan sebagai Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah.
"Ketika diadakan seleksi untuk sekda definitif, banyak yang yang ikut. Semua calon memiliki kompetensi yang sama, semua layak dipilih. Tetapi ada satu poin yang membuat Pak Sri Puryono berbeda, yaitu pengalaman dan senioritas sehingga lebih jelas, lebih terukur dan teruji," bebernya.
Dalam kapasitas orang yang membantu tugas-tugas pemerintahan, kata dia, mantan kepala Dinas Kehutanan Jateng itu mampu dan cepat menerjemahkan apa yang menjadi target-target terwujudnya good government yang transparan dan akuntabel. Selain itu, sebagai orang tertinggi yang menjabat di birokrasi dinilai berhasil.
"Ternyata birokrat sejati karena memang sejak indil-indil sampai ondol-ondol berada dalam birokrasi terus. Beliau adalah birokrat sejati. Hal itu ditandai dengan kedisiplinan dan profesionalisnya dalam bekerja," paparnya.
Ganjar berharap buku biografi karya tim penulis, yakni Agus Widyanto, Solikun, Ade Oesman, Mohamad Jokomono, dan Wisnu Aji dengan editor Amir Machmud tersebut, dapat menginspirasi masyarakat tetap semangat dan menginpirasi semua untuk berbuat baik bagi Indonesia.
Baca juga : Bedah Buku Tentang Pesisir, Ini Ulasan Sekda Jateng
Berita Terbaru