Follow Us :              

Ganjar: Jateng Lan Jogja Sedulur Sak Kruntelan

  28 August 2019  |   10:00:00  |   dibaca : 2269 
Kategori :
Bagikan :


Ganjar: Jateng Lan Jogja Sedulur Sak Kruntelan

28 August 2019 | 10:00:00 | dibaca : 2269
Kategori :
Bagikan :

Foto : Fajar (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Fajar (Humas Jateng)

SLEMAN - Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo mengatakan bahwa Jawa Tengah dan Jogjakarta adalah saudara. Bahkan saking eratnya, Ganjar menggunakan bahasa kiasan sedulur sak kruntelan yang biasa digunakan oleh orang Jawa untuk saudara kandung.

Hal itu disampaikan Ganjar saat menghadiri Seminar Nasional di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Rabu (28/8). Menurutnya, sebagai saudara, Jogja dan Jateng dapat bersatu padu untuk saling bekolaborasi satu sama lain, khususnya dalam pengembangan destinasi pariwisata di kawasan Borobudur dan Prambanan.

Menurut Ganjar, Borobudur dan Prambanan merupakan kawasan yang mendapat perhatian penuh pemerintah pusat untuk digarap sebagai Bali Baru. Untuk mewujudkan itu, dukungan dari masyarakat dua wilayah yakni Jateng dan Jogja sangat diperlukan.

"Kenapa saya katakan ini, sebab ada yang mengatakan bahwa Borobudur itu milik Jogja, Prambanan milik Jogja. Saya katakan tidak benar, Borobudur dan Prambanan itu ya miliknya Indonesia," tegas Ganjar disambut tepuk tangan para peserta seminar.

Nantinya lanjut dia, kesuksesan pengembangan Borobudur dan Prambanan sebagai destinasi wisata tidak hanya untuk masyarakat Jawa Tengah. Sebagai sebuah kawasan, Jogjakarta juga dipastikan akan terdampak dari geliat pariwisata Borobudur dan Prambanan.

"Kesadaran ini yang harus ditumbuhkan, bahwa otonomi daerah di Indonesia itu bukan federal, namun dalam bingkai NKRI. Jadi setiap daerah, tidak perlu berkompetisi dengan daerah tetangganya dengan memasang tembok pembatas tinggi, yang dibutuhkan adalah saling kolaborasi," tegasnya.

Untuk itu, dalam pengembangan kawasan Borobudur menjadi Bali Baru di Indonesia, butuh dukungan dari semua masyarakat baik Jateng maupun Jogja. Kedua wilayah harus bersama-sama mengerahkan semua kemampuan terbaiknya agar kawasan itu cepat berkembang.

"Yen ana apa-apa ya dirembug (kalau ada apa-apa ya dibicarakan), njagong bareng karo ngopi (duduk bersama sambil ngopi)," ucap Ganjar.

Tidak hanya soal pariwisata, kolaborasi antar wilayah lanjut Ganjar juga penting dalam hal politik air dan transportasi. Sudah terjadi di Jateng dan Jogja, bagaimana air yang mengalir untuk wilayah Jateng berasal dari mata air Jogja maupun sebaliknya.

"Keberadaan Bandara New Yogyakarta International Airport (NYIA) juga bukti, bahwa Jateng butuh Jogja. Bagaimana turis bisa mudah ke Borobudur kalau tidak ada bandara itu. Maka dari itu, elaborasi itu lebih penting daripada kompetisi," pungkasnya.

Dalam seminar tersebut, selain Ganjar hadir pula sejumlah pembicara lain. Diantaranya Kapolda Jogjakarta, Irjen Pol Ahmad Dofiri, Irdam IV/Diponegoro, Kolonel Inf Legowo dan Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi, Prof Mahfud MD.

 

Baca juga : Ganjar Tantang Alumni UGM Selesaikan Persoalan Sampah


Bagikan :

SLEMAN - Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo mengatakan bahwa Jawa Tengah dan Jogjakarta adalah saudara. Bahkan saking eratnya, Ganjar menggunakan bahasa kiasan sedulur sak kruntelan yang biasa digunakan oleh orang Jawa untuk saudara kandung.

Hal itu disampaikan Ganjar saat menghadiri Seminar Nasional di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Rabu (28/8). Menurutnya, sebagai saudara, Jogja dan Jateng dapat bersatu padu untuk saling bekolaborasi satu sama lain, khususnya dalam pengembangan destinasi pariwisata di kawasan Borobudur dan Prambanan.

Menurut Ganjar, Borobudur dan Prambanan merupakan kawasan yang mendapat perhatian penuh pemerintah pusat untuk digarap sebagai Bali Baru. Untuk mewujudkan itu, dukungan dari masyarakat dua wilayah yakni Jateng dan Jogja sangat diperlukan.

"Kenapa saya katakan ini, sebab ada yang mengatakan bahwa Borobudur itu milik Jogja, Prambanan milik Jogja. Saya katakan tidak benar, Borobudur dan Prambanan itu ya miliknya Indonesia," tegas Ganjar disambut tepuk tangan para peserta seminar.

Nantinya lanjut dia, kesuksesan pengembangan Borobudur dan Prambanan sebagai destinasi wisata tidak hanya untuk masyarakat Jawa Tengah. Sebagai sebuah kawasan, Jogjakarta juga dipastikan akan terdampak dari geliat pariwisata Borobudur dan Prambanan.

"Kesadaran ini yang harus ditumbuhkan, bahwa otonomi daerah di Indonesia itu bukan federal, namun dalam bingkai NKRI. Jadi setiap daerah, tidak perlu berkompetisi dengan daerah tetangganya dengan memasang tembok pembatas tinggi, yang dibutuhkan adalah saling kolaborasi," tegasnya.

Untuk itu, dalam pengembangan kawasan Borobudur menjadi Bali Baru di Indonesia, butuh dukungan dari semua masyarakat baik Jateng maupun Jogja. Kedua wilayah harus bersama-sama mengerahkan semua kemampuan terbaiknya agar kawasan itu cepat berkembang.

"Yen ana apa-apa ya dirembug (kalau ada apa-apa ya dibicarakan), njagong bareng karo ngopi (duduk bersama sambil ngopi)," ucap Ganjar.

Tidak hanya soal pariwisata, kolaborasi antar wilayah lanjut Ganjar juga penting dalam hal politik air dan transportasi. Sudah terjadi di Jateng dan Jogja, bagaimana air yang mengalir untuk wilayah Jateng berasal dari mata air Jogja maupun sebaliknya.

"Keberadaan Bandara New Yogyakarta International Airport (NYIA) juga bukti, bahwa Jateng butuh Jogja. Bagaimana turis bisa mudah ke Borobudur kalau tidak ada bandara itu. Maka dari itu, elaborasi itu lebih penting daripada kompetisi," pungkasnya.

Dalam seminar tersebut, selain Ganjar hadir pula sejumlah pembicara lain. Diantaranya Kapolda Jogjakarta, Irjen Pol Ahmad Dofiri, Irdam IV/Diponegoro, Kolonel Inf Legowo dan Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi, Prof Mahfud MD.

 

Baca juga : Ganjar Tantang Alumni UGM Selesaikan Persoalan Sampah


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu