Foto : Handy (Humas Jateng)
Foto : Handy (Humas Jateng)
REMBANG - Literasi dalam teknologi menjadi salah satu hal penting yang harus disiapkan dalam menghadapi revolusi industri 4.0. Bahkan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) berharap pada tahun 2020 seluruh perguruan tinggi (PT) di Indonesia sudah mulai menerapkan mata kuliah dasar terkait literasi teknologi tersebut.
Menteri Riset Teknologi dan Perguruan Tinggi, Mohammad Natsir, mengatakan saat ini dunia telah memasuki revolusi industri 4.0. Perkembangan teknologi dan industri tersebut sangat cepat. Indonesia harus segera mempersiapkan diri untuk menghadapi perubahan tersebut.
"Ada empat perkara yang harus dipersiapkan ilmuan dan mahasiswa dalam menghadapi dan memasuki revolusi industri 4.0. Pertama adalah harus mampu mengetahui soal database, kedua adalah teknologi informasi. Ketiga dan yang paling sulit itu human technology yang berkaitan dengan human literacy. Keempat adalah belajar terus tanpa henti," katanya saat mengisi Stadium Generale bertema "Tantangan Dunia Pendidikan di Era Industri 4.0" di Kampus STAI Al-Anwar, Sarang, Kabupaten Rembang, Sabtu (28/9/2019).
Human technology dan human literacy menjadi penting karena kehebatan teknologi tersebut ditentukan oleh perilaku manusianya. Maka dari itu dibutuhkan langkah untuk memperbaiki perilaku manusia. Untuk mendukung literasi dalam teknologi itu maka setiap mahasiswa di semua perguruan tinggi harus memahami tentang teknologi agar tidak tertinggal.
"Walaupun studinya di pendidikan agama, mahasiswa harus paham teknologi. Contohnya santri atau mahasiswa harus paham membuat program, bagaimana cara coding, bagaimana bigdata, data science," ungkapnya.
Penerapan literasi dalam teknologi tersebut diharapkan sudah bisa dimulai tahun 2020. Natsir menyebutkan bentuknya nanti akan menjadi mata kuliah dasar. Jadi nanti seluruh Indonesia mata kuliah dasarnya terdapat mata kuliah data.
"Kurikulum akan dimasukkan dalam basic mata kuliah dasar. Ada MKDU, akan dikompres dalam satu rumpun dan ada satu di dalamnya mata kuliah teknologi. Mulai 2020 karena kita harus sampaikan dari awal dulu," paparnya.
Sementara itu Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen yang juga hadir dalam Stadium Generale tersebut mengatakan tema acara tersebut sudah tepat. Revolusi industri 4.0 saat ini digadang menjadi tujuan utama dalam segala lini. Bukan hanya di dunia pendidikan tetapi juga di dunia kerja, pemerintahan, dan masyarakat. Industri 4.0 sekarang menjadi idola.
"Dunia pendidikan, dalam hal ini pendidik dan para mahasiswa atau mahasantri, harus segera mengejar ketinggalan karena laju industri 4.0 begitu cepat. Dengan dipimpinnya pemerintahan saat ini kita diminta berlari mengejar ketertinggalan," katanya.
Taj Yasin menambahkan dunia pendidikan dan masyarakat harus berani menerima tantangan perubahan yang cepat itu. Ia juga berharap mahasiswa yang belajar di STAI Al-Anwar Sarang bisa segera beradaptasi.
"Kalau tidak berani menerima tantangan dunia, kita ya akan ngikut terus. Jadi mahasiswa DNA mahasantri di sini harus bisa segera menyesuaikan sehingga bisa terbantu dan paham bagaimana menghadapi industri 4.0," pungkasnya.
REMBANG - Literasi dalam teknologi menjadi salah satu hal penting yang harus disiapkan dalam menghadapi revolusi industri 4.0. Bahkan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) berharap pada tahun 2020 seluruh perguruan tinggi (PT) di Indonesia sudah mulai menerapkan mata kuliah dasar terkait literasi teknologi tersebut.
Menteri Riset Teknologi dan Perguruan Tinggi, Mohammad Natsir, mengatakan saat ini dunia telah memasuki revolusi industri 4.0. Perkembangan teknologi dan industri tersebut sangat cepat. Indonesia harus segera mempersiapkan diri untuk menghadapi perubahan tersebut.
"Ada empat perkara yang harus dipersiapkan ilmuan dan mahasiswa dalam menghadapi dan memasuki revolusi industri 4.0. Pertama adalah harus mampu mengetahui soal database, kedua adalah teknologi informasi. Ketiga dan yang paling sulit itu human technology yang berkaitan dengan human literacy. Keempat adalah belajar terus tanpa henti," katanya saat mengisi Stadium Generale bertema "Tantangan Dunia Pendidikan di Era Industri 4.0" di Kampus STAI Al-Anwar, Sarang, Kabupaten Rembang, Sabtu (28/9/2019).
Human technology dan human literacy menjadi penting karena kehebatan teknologi tersebut ditentukan oleh perilaku manusianya. Maka dari itu dibutuhkan langkah untuk memperbaiki perilaku manusia. Untuk mendukung literasi dalam teknologi itu maka setiap mahasiswa di semua perguruan tinggi harus memahami tentang teknologi agar tidak tertinggal.
"Walaupun studinya di pendidikan agama, mahasiswa harus paham teknologi. Contohnya santri atau mahasiswa harus paham membuat program, bagaimana cara coding, bagaimana bigdata, data science," ungkapnya.
Penerapan literasi dalam teknologi tersebut diharapkan sudah bisa dimulai tahun 2020. Natsir menyebutkan bentuknya nanti akan menjadi mata kuliah dasar. Jadi nanti seluruh Indonesia mata kuliah dasarnya terdapat mata kuliah data.
"Kurikulum akan dimasukkan dalam basic mata kuliah dasar. Ada MKDU, akan dikompres dalam satu rumpun dan ada satu di dalamnya mata kuliah teknologi. Mulai 2020 karena kita harus sampaikan dari awal dulu," paparnya.
Sementara itu Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen yang juga hadir dalam Stadium Generale tersebut mengatakan tema acara tersebut sudah tepat. Revolusi industri 4.0 saat ini digadang menjadi tujuan utama dalam segala lini. Bukan hanya di dunia pendidikan tetapi juga di dunia kerja, pemerintahan, dan masyarakat. Industri 4.0 sekarang menjadi idola.
"Dunia pendidikan, dalam hal ini pendidik dan para mahasiswa atau mahasantri, harus segera mengejar ketinggalan karena laju industri 4.0 begitu cepat. Dengan dipimpinnya pemerintahan saat ini kita diminta berlari mengejar ketertinggalan," katanya.
Taj Yasin menambahkan dunia pendidikan dan masyarakat harus berani menerima tantangan perubahan yang cepat itu. Ia juga berharap mahasiswa yang belajar di STAI Al-Anwar Sarang bisa segera beradaptasi.
"Kalau tidak berani menerima tantangan dunia, kita ya akan ngikut terus. Jadi mahasiswa DNA mahasantri di sini harus bisa segera menyesuaikan sehingga bisa terbantu dan paham bagaimana menghadapi industri 4.0," pungkasnya.
Berita Terbaru