Follow Us :              

Konferensi PGRI Jateng, Ganjar Minta Jangan Voting dan Ceritakan Intimidasi Siswa

  19 October 2019  |   09:00:00  |   dibaca : 892 
Kategori :
Bagikan :


Konferensi PGRI Jateng, Ganjar Minta Jangan Voting dan Ceritakan Intimidasi Siswa

19 October 2019 | 09:00:00 | dibaca : 892
Kategori :
Bagikan :

Foto : Vivi (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Vivi (Humas Jateng)

SEMARANG - Saat membuka Konferensi PGRI Jateng ke-22 di Balairung Universitas PGRI Semarang (UPGRIS) Gubernur Jateng Ganjar Pranowo meminta agar pemilihan ketua tidak melalui voting, tetapi dengan musyawarah.  Karena, dengan musyawarah, justru hasilnya akan indah dirasakan. 

"Para calon silahkan bermusyawarah, rembugan. Usai rembugan keluar ke forum sambil tersenyum. Saat pemilihan Ketua Umum Kagama, kami tidak voting, tapi musyawarah, dan saya yang terpilih," kata Ganjar Sabtu (19/10/2019).

Usulan itu Ganjar sampaikan diakhir sambutannya dan disambut tepuk tangan 1.900-an peserta konferensi yang datang dari pengurus PGRI kota dan kabupaten di Jateng. 

Sebelumnya, Ganjar menceritakan, jika beberapa waktu lalu sempat "diintimidasi" oleh siswa dari Sragen dan Banyumas. Bentuk "intervensi" itu memaksa dirinya datang dan disampaikan melalui sosial media. 

"Saat di Sragen, para siswa saya janjikan jika bisa mendapat LIKE seribu, saya akan datang. Ternyata dalam waktu tiga menit sudah mendapat 20 ribu LIKE. Kalau di Banyumas, para siswa membuat vlog, akan apel bersama gubernur. Kalau saya tidak datang lak repot. Tapi bagus, saya merasa mak nyes, mereka mendeklarasikan akan setia kepada bangsa dan negara, setia menjaga NKRI dan Pancasila. Inilah siswa-siswa masa kini kreatif menggunakan sosmed," papar Ganjar. 

Ganjar menambahkan, di era perubahan dunia yang ganas ini, PGRI sebagai organisasi profesi para guru, harus kerja keras untuk membimbing para siswa agar tidak menjadi korban kediktatoran gadget. Meski dalam pendidikan, guru harus adaptif di tengah perubahan yang cepat ini, termasuk dalam penerapan kurikulum. 

Ganjar melihat, siapa saja orangnya, sedang ditindas dan tertawan oleh gadget. Sehingga merubah perilaku. Para siswa sudah berani dengan guru. Komunikasi dengan orangtua pun tidak secara langsung, tetapi melalui gadget. Sehingga, fill dan taste-nya hilang. 

"Pamit dengan Ibunya via WA, salaman dengan Ibunya, via WA dengan mengirim emoticon atau gambar jabat tangan. Bagaimana kemudian para guru harus mengawasi anak-anak ini. Guru harus update dan upgrade teknologi informasi," ujar Ganjar.

Ketua Umum PGRI Unifah Rosidi mengakui, PGRI harus melakukan refleksi dan pembaruan. Karena, pembangunan SDM bangsa, kuncinya ada di guru. Sehingga, PGRI harus menjadi elemen penting dengan kekuatan strategisnya.

"Bapak Ibu guru, tolong, jangan bolos mengajar, seringlah berdiskusi, dan laporkan kemajuan setiap hari anak didiknya," kata Unifah.


Bagikan :

SEMARANG - Saat membuka Konferensi PGRI Jateng ke-22 di Balairung Universitas PGRI Semarang (UPGRIS) Gubernur Jateng Ganjar Pranowo meminta agar pemilihan ketua tidak melalui voting, tetapi dengan musyawarah.  Karena, dengan musyawarah, justru hasilnya akan indah dirasakan. 

"Para calon silahkan bermusyawarah, rembugan. Usai rembugan keluar ke forum sambil tersenyum. Saat pemilihan Ketua Umum Kagama, kami tidak voting, tapi musyawarah, dan saya yang terpilih," kata Ganjar Sabtu (19/10/2019).

Usulan itu Ganjar sampaikan diakhir sambutannya dan disambut tepuk tangan 1.900-an peserta konferensi yang datang dari pengurus PGRI kota dan kabupaten di Jateng. 

Sebelumnya, Ganjar menceritakan, jika beberapa waktu lalu sempat "diintimidasi" oleh siswa dari Sragen dan Banyumas. Bentuk "intervensi" itu memaksa dirinya datang dan disampaikan melalui sosial media. 

"Saat di Sragen, para siswa saya janjikan jika bisa mendapat LIKE seribu, saya akan datang. Ternyata dalam waktu tiga menit sudah mendapat 20 ribu LIKE. Kalau di Banyumas, para siswa membuat vlog, akan apel bersama gubernur. Kalau saya tidak datang lak repot. Tapi bagus, saya merasa mak nyes, mereka mendeklarasikan akan setia kepada bangsa dan negara, setia menjaga NKRI dan Pancasila. Inilah siswa-siswa masa kini kreatif menggunakan sosmed," papar Ganjar. 

Ganjar menambahkan, di era perubahan dunia yang ganas ini, PGRI sebagai organisasi profesi para guru, harus kerja keras untuk membimbing para siswa agar tidak menjadi korban kediktatoran gadget. Meski dalam pendidikan, guru harus adaptif di tengah perubahan yang cepat ini, termasuk dalam penerapan kurikulum. 

Ganjar melihat, siapa saja orangnya, sedang ditindas dan tertawan oleh gadget. Sehingga merubah perilaku. Para siswa sudah berani dengan guru. Komunikasi dengan orangtua pun tidak secara langsung, tetapi melalui gadget. Sehingga, fill dan taste-nya hilang. 

"Pamit dengan Ibunya via WA, salaman dengan Ibunya, via WA dengan mengirim emoticon atau gambar jabat tangan. Bagaimana kemudian para guru harus mengawasi anak-anak ini. Guru harus update dan upgrade teknologi informasi," ujar Ganjar.

Ketua Umum PGRI Unifah Rosidi mengakui, PGRI harus melakukan refleksi dan pembaruan. Karena, pembangunan SDM bangsa, kuncinya ada di guru. Sehingga, PGRI harus menjadi elemen penting dengan kekuatan strategisnya.

"Bapak Ibu guru, tolong, jangan bolos mengajar, seringlah berdiskusi, dan laporkan kemajuan setiap hari anak didiknya," kata Unifah.


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu