Follow Us :              

Gus Yasin : Jadikan Tempat Ibadah yang Ramah Difabel

  24 October 2019  |   09:00:00  |   dibaca : 1225 
Kategori :
Bagikan :


Gus Yasin : Jadikan Tempat Ibadah yang Ramah Difabel

24 October 2019 | 09:00:00 | dibaca : 1225
Kategori :
Bagikan :

Foto : Bintoro (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Bintoro (Humas Jateng)

SEMARANG - Menjadi penyandang disabilitas, tentu memiliki banyak keterbatasan dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari. Termasuk dalam menjalankan ibadahnya.

Bagi yang memeluk agama Islam, mereka tetap harus menjalankan kewajiban sholat lima waktu. Namun, tidak mudah bagi mereka untuk bisa melaksanakannya. 

Itu pula yang dirasakan Ika, penyandang tuna netra asal Sukorejo Kendal. Saat ditemui dalam kegiatan Seminar Fiqh Bagi Penyandang Disabilitas, di Asrama Transit Haji Kota Semarang, Kamis (24/10/2019). 

Ika mengatakan, sesekali ingin beribadah di masjid yang berjarak tak jauh dari rumahnya. Namun karena keterbatasan penglihatannya, dia terpaksa mengurungkan niatnya.

"Mau masuk masjid saja sudah sulit karena harus melewati tangga. Belum lagi menuju ke tempat wudhu," ujar perempuan yang bekerja sebagai tukang pijit itu.

Menurutnya, agar penyandang tuna netra bisa mengakses masjid, setidaknya ada lantai pemandu. Sehingga, memberikan rasa aman bagi mereka untuk mengakses masjid. Jika perlu, ada GPS terintegrasi untuk menavigasi beberapa bagian tempat ibadah.

Wakil Gubernur Jawa Tengah H Taj Yasin Maimoen mengakui, selama ini pemerintah kurang memberikan perhatian kepada penyandang disabilitas, khususnya dalam beribadah. Padahal mereka juga memiliki kebutuhan untuk beribadah sesuai agama dan keyakinannya. 

"Teman-teman disabilitas juga punya keyakinan. Artinya, memiliki agama dan ingin ikut beribadah seperti kita. Maka dari itu saya mohon kepada tokoh masyarakat, takmir, atau teman-teman agama yang lain, yuk kita fasilitasi bareng-bareng tempat ibadah bagi mereka," ajaknya.

Jawa Tengah bisa mencontoh kemudahan akses tempat ibadah seperti di Mesir, khususnya di Al-Azhar. Di sana, banyak ulama penyandang tuna netra, sehingga akses ibadah dipikirkan. Gus Yasin juga menyampaikan terima kasih kepada Komunitas Sahabat Mata di bawah kepemimpinan Basuki, yang telah memikirkan segala kebutuhan bagi penyandang tuna netra, termasuk kebutuhan beribadah.

"Pak Basuki saya terima kasih telah membuka mata kita, pikiran kita untuk lebih fokus, lebih peduli kepada sahabat-sahabat kita penyandang disabilitas. Semoga tahun depan kita bisa bekerja sama untuk memberika edukasi kepada teman-teman yang membutuhkan," tutupnya.


Bagikan :

SEMARANG - Menjadi penyandang disabilitas, tentu memiliki banyak keterbatasan dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari. Termasuk dalam menjalankan ibadahnya.

Bagi yang memeluk agama Islam, mereka tetap harus menjalankan kewajiban sholat lima waktu. Namun, tidak mudah bagi mereka untuk bisa melaksanakannya. 

Itu pula yang dirasakan Ika, penyandang tuna netra asal Sukorejo Kendal. Saat ditemui dalam kegiatan Seminar Fiqh Bagi Penyandang Disabilitas, di Asrama Transit Haji Kota Semarang, Kamis (24/10/2019). 

Ika mengatakan, sesekali ingin beribadah di masjid yang berjarak tak jauh dari rumahnya. Namun karena keterbatasan penglihatannya, dia terpaksa mengurungkan niatnya.

"Mau masuk masjid saja sudah sulit karena harus melewati tangga. Belum lagi menuju ke tempat wudhu," ujar perempuan yang bekerja sebagai tukang pijit itu.

Menurutnya, agar penyandang tuna netra bisa mengakses masjid, setidaknya ada lantai pemandu. Sehingga, memberikan rasa aman bagi mereka untuk mengakses masjid. Jika perlu, ada GPS terintegrasi untuk menavigasi beberapa bagian tempat ibadah.

Wakil Gubernur Jawa Tengah H Taj Yasin Maimoen mengakui, selama ini pemerintah kurang memberikan perhatian kepada penyandang disabilitas, khususnya dalam beribadah. Padahal mereka juga memiliki kebutuhan untuk beribadah sesuai agama dan keyakinannya. 

"Teman-teman disabilitas juga punya keyakinan. Artinya, memiliki agama dan ingin ikut beribadah seperti kita. Maka dari itu saya mohon kepada tokoh masyarakat, takmir, atau teman-teman agama yang lain, yuk kita fasilitasi bareng-bareng tempat ibadah bagi mereka," ajaknya.

Jawa Tengah bisa mencontoh kemudahan akses tempat ibadah seperti di Mesir, khususnya di Al-Azhar. Di sana, banyak ulama penyandang tuna netra, sehingga akses ibadah dipikirkan. Gus Yasin juga menyampaikan terima kasih kepada Komunitas Sahabat Mata di bawah kepemimpinan Basuki, yang telah memikirkan segala kebutuhan bagi penyandang tuna netra, termasuk kebutuhan beribadah.

"Pak Basuki saya terima kasih telah membuka mata kita, pikiran kita untuk lebih fokus, lebih peduli kepada sahabat-sahabat kita penyandang disabilitas. Semoga tahun depan kita bisa bekerja sama untuk memberika edukasi kepada teman-teman yang membutuhkan," tutupnya.


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu