Follow Us :              

Waspada Bencana Sepanjang Waktu

  15 November 2019  |   14:00:00  |   dibaca : 1636 
Kategori :
Bagikan :


Waspada Bencana Sepanjang Waktu

15 November 2019 | 14:00:00 | dibaca : 1636
Kategori :
Bagikan :

Foto : Ebron (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Ebron (Humas Jateng)

SURAKARTA - Potensi bencana alam di wilayah Jawa Tengah tidak dapat dikatakan kecil. Hampir semua wilayah masuk dalam kategori rawan bencana seperti gempa, banjir, tanah longsor, bahkan tsunami. Maka dari itu masyarakat diminta untuk waspada sepanjang waktu.

"Potensi ancaman bencana di Jateng tidak kecil. Pertama kita lihat adalah gempa, di Jateng dilalui patahan yaitu Patahan Kendeng. Tadi kami meninjau kawasan Gunung Kendeng yang sudah habis, gundul. Patahan ini pernah bergerak beberapa puluh tahun silam dan kapan akan bergerak lagi kita tidak akan tahu," kata Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo saat memberikan pengarahan dalam Rapat Koordinasi Kesiapsiagaan Penanggulangan Bencana Jawa Tengah Tahun 2019, di Syariah Hotel, Surakarta, Jumat (15/11/2019).

Selain itu, potensi ancaman besar lainnya adalah pada bagian Selatan Jawa Tengah yakni berpotensi gempa dan tsunami. Menurut Doni potensi tersebut berasal dari pertemuan dua lempeng. Sementara di wilayah pantai Utara Jawa Tengah juga sudah rawan. Sumur sudah nyaris tidak ada air tanah yang bisa diminum karena pengambilan air secara sembrono serta kerusakan ekosistem mangrove.

"Apakah pernah tsunami? Pernah, pada 300 tahun silam. Jateng harus bersiap untuk program mitigasi menghadapi tsunami. Kita tidak boleh egois. Untuk menunjukkan sikap tidak egois berbuatlah sesuatu untuk melindungi generasi akan datang," ujarnya.

Maka dari itu kesiapsiagaan penanggulangan bencana dan kewaspadaan masyarakat harus dihidupkan. Doni menyebut rapat koordinasi Kesiapsiagaan Penanggulangan Bencana di Jawa Tengah merupakan inisiatif yang bagus. Di mana semua stakeholder bertemu untuk kesiapan tanggap bencana.

"Untuk koordinasi semua stakeholder dan penyiapan logistik baru BPBD Jateng yang inisiatif. Kita harapkan seluruh daerah memetakan seluruh cadangan yang ada. Baik itu potensi rumah sakit, genset cadangan, sumber air termasuk alat penyaring air. Kemudian rumah sakit lapangan dan hal-hal yang berhubungan dengan tanggap darurat ini bisa menjadi contoh baik," ungkapnya.

Sementara itu, Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen mengatakan 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah rawan bencana. Pantai Utara rawan banjir dan pantai Selatan rawan tsunami, sedangkan bagian tengah rawan longsor.

"Kita memang harus waspada. Kita rawan semua. Di tengah rawan longsor, seperti di Banjarnegara, Dieng, dan Wonosobo. Rawan banjir di pantai Utara," katanya.

Berdasarkan data kejadian bencana di Provinsi Jateng pada tahun 2019, tercatat sampai tanggal 4 November, telah terjadi 1647 kejadian bencana. Terkait angin ada 350 kejadian, banjir 135 kejadian, kebakaran 519 kejadian, kebakaran hutan dan lahan 242 kejadian, tanah longsor 391 kejadian, gempa & kejadian serta gelombang pasang 4 kejadian dan erupsi 1 kejadian.

"Mengenai hal itu kita perlu terus melakukan langkah strategis, baik penyediaan sumberdaya melalui pengadaan logistik dan peralatan serta koordinasi optimal antara petugas jejaring informasi melalui aktivasi posko siaga darurat bencana," paparnya.

Rakor Kesiapsiagaan Penanggulangan Bencana di Jawa Tengah ini merupakan tahapan yang sudah dilakukan. Saat ini sudah mulai masuk peralihan musim kemarau ke musim hujan. Apalagi bencana ini setiap detik, setiap hari, setiap bulan, dan setiap tahun selalu menghantui di Jawa Tengah.

"Kondisi seperti ini maka kesiapan kita dari segi anggaran, logistik, dan lain sebagainya sudah kita serapkan di pos masing-masing, di BPBD kabupaten/kota masing-masing. Untuk dana bencana atau dana tidak terduga untuk bencana masih ada dan kita siapkan terus. Tapi perlu pelatihan dan warning system' lagi pembelajaran kepada teman-teman dan untuk disampaikan ke masyarakat," ungkapnya.


Bagikan :

SURAKARTA - Potensi bencana alam di wilayah Jawa Tengah tidak dapat dikatakan kecil. Hampir semua wilayah masuk dalam kategori rawan bencana seperti gempa, banjir, tanah longsor, bahkan tsunami. Maka dari itu masyarakat diminta untuk waspada sepanjang waktu.

"Potensi ancaman bencana di Jateng tidak kecil. Pertama kita lihat adalah gempa, di Jateng dilalui patahan yaitu Patahan Kendeng. Tadi kami meninjau kawasan Gunung Kendeng yang sudah habis, gundul. Patahan ini pernah bergerak beberapa puluh tahun silam dan kapan akan bergerak lagi kita tidak akan tahu," kata Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo saat memberikan pengarahan dalam Rapat Koordinasi Kesiapsiagaan Penanggulangan Bencana Jawa Tengah Tahun 2019, di Syariah Hotel, Surakarta, Jumat (15/11/2019).

Selain itu, potensi ancaman besar lainnya adalah pada bagian Selatan Jawa Tengah yakni berpotensi gempa dan tsunami. Menurut Doni potensi tersebut berasal dari pertemuan dua lempeng. Sementara di wilayah pantai Utara Jawa Tengah juga sudah rawan. Sumur sudah nyaris tidak ada air tanah yang bisa diminum karena pengambilan air secara sembrono serta kerusakan ekosistem mangrove.

"Apakah pernah tsunami? Pernah, pada 300 tahun silam. Jateng harus bersiap untuk program mitigasi menghadapi tsunami. Kita tidak boleh egois. Untuk menunjukkan sikap tidak egois berbuatlah sesuatu untuk melindungi generasi akan datang," ujarnya.

Maka dari itu kesiapsiagaan penanggulangan bencana dan kewaspadaan masyarakat harus dihidupkan. Doni menyebut rapat koordinasi Kesiapsiagaan Penanggulangan Bencana di Jawa Tengah merupakan inisiatif yang bagus. Di mana semua stakeholder bertemu untuk kesiapan tanggap bencana.

"Untuk koordinasi semua stakeholder dan penyiapan logistik baru BPBD Jateng yang inisiatif. Kita harapkan seluruh daerah memetakan seluruh cadangan yang ada. Baik itu potensi rumah sakit, genset cadangan, sumber air termasuk alat penyaring air. Kemudian rumah sakit lapangan dan hal-hal yang berhubungan dengan tanggap darurat ini bisa menjadi contoh baik," ungkapnya.

Sementara itu, Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen mengatakan 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah rawan bencana. Pantai Utara rawan banjir dan pantai Selatan rawan tsunami, sedangkan bagian tengah rawan longsor.

"Kita memang harus waspada. Kita rawan semua. Di tengah rawan longsor, seperti di Banjarnegara, Dieng, dan Wonosobo. Rawan banjir di pantai Utara," katanya.

Berdasarkan data kejadian bencana di Provinsi Jateng pada tahun 2019, tercatat sampai tanggal 4 November, telah terjadi 1647 kejadian bencana. Terkait angin ada 350 kejadian, banjir 135 kejadian, kebakaran 519 kejadian, kebakaran hutan dan lahan 242 kejadian, tanah longsor 391 kejadian, gempa & kejadian serta gelombang pasang 4 kejadian dan erupsi 1 kejadian.

"Mengenai hal itu kita perlu terus melakukan langkah strategis, baik penyediaan sumberdaya melalui pengadaan logistik dan peralatan serta koordinasi optimal antara petugas jejaring informasi melalui aktivasi posko siaga darurat bencana," paparnya.

Rakor Kesiapsiagaan Penanggulangan Bencana di Jawa Tengah ini merupakan tahapan yang sudah dilakukan. Saat ini sudah mulai masuk peralihan musim kemarau ke musim hujan. Apalagi bencana ini setiap detik, setiap hari, setiap bulan, dan setiap tahun selalu menghantui di Jawa Tengah.

"Kondisi seperti ini maka kesiapan kita dari segi anggaran, logistik, dan lain sebagainya sudah kita serapkan di pos masing-masing, di BPBD kabupaten/kota masing-masing. Untuk dana bencana atau dana tidak terduga untuk bencana masih ada dan kita siapkan terus. Tapi perlu pelatihan dan warning system' lagi pembelajaran kepada teman-teman dan untuk disampaikan ke masyarakat," ungkapnya.


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu