Follow Us :              

Gus Yasin : Cegah Fitnah dengan Penguatan Literasi dan Sanad Keilmuan

  20 December 2019  |   08:00:00  |   dibaca : 766 
Kategori :
Bagikan :


Gus Yasin : Cegah Fitnah dengan Penguatan Literasi dan Sanad Keilmuan

20 December 2019 | 08:00:00 | dibaca : 766
Kategori :
Bagikan :

Foto : Ebron (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Ebron (Humas Jateng)

KENDAL - Wakil Gubernur Jateng Taj Yasin Maimoen mengatakan, fitnah dan perpecahan yang muncul di era digital salah satunya disebabkan oleh kurangnya literasi dan sanad (dasar/sandaran) keilmuan yang belum membudaya di kalangan masyarakat umum. Karena, budaya itu hanya terjadi di pesantren.

"Fitnah yang paling marak adalah fitnah agama, dan itu bukan kepada orang tidak suka dengan agama, akan tetapi sering menggunakan agama untuk kepentingan dan menggunakan agama untuk perpecahan," katanya saat membuka Seminar Penguatan Tradisi Literasi dan Sanad Keilmuan Ustadz Pendidikan Diniyah Formal se-Indonesia di    Pondok Pesantren Salaf APIK Kaliwungu Kendal, Jumat (20/12/2019).

Gus Yasin, sapaan akrab Taj Yasin berharap, tradisi literasi dan sanad keilmuan dikenalkan dan dibudayakan di tengah masyarakat, tidak hanya di pondok pesantren. 

Ketua Asosiasi Pendidikan Didiyah Formal (Aspendif) Fadlullah Turmudzi menjelaskan, kegiatan yang akan berlangsing lima hari itu diikuti 28 pondok pesantren penyelenggara pendidikan diniyah formal dari Jambi, Riau. Sulawesi, Surabaya, Jakarta, Jombang, serta utusan - utusan dari beberapa daerah di Jateng. 

"Kami ingin memotivasi tradisi literasi yang sudah menjadi tradisi salafus soleh terdahulu, sehingga tradisi tulis menulis di pondok-pondok pesantren khususnya penyelenggara pendidikan diniyah formal kembali menjadi tradisi yang memuat tradisi yang memberikan dampak positif keberkahan untuk kemajuan peradaban negara," katanya.


Bagikan :

KENDAL - Wakil Gubernur Jateng Taj Yasin Maimoen mengatakan, fitnah dan perpecahan yang muncul di era digital salah satunya disebabkan oleh kurangnya literasi dan sanad (dasar/sandaran) keilmuan yang belum membudaya di kalangan masyarakat umum. Karena, budaya itu hanya terjadi di pesantren.

"Fitnah yang paling marak adalah fitnah agama, dan itu bukan kepada orang tidak suka dengan agama, akan tetapi sering menggunakan agama untuk kepentingan dan menggunakan agama untuk perpecahan," katanya saat membuka Seminar Penguatan Tradisi Literasi dan Sanad Keilmuan Ustadz Pendidikan Diniyah Formal se-Indonesia di    Pondok Pesantren Salaf APIK Kaliwungu Kendal, Jumat (20/12/2019).

Gus Yasin, sapaan akrab Taj Yasin berharap, tradisi literasi dan sanad keilmuan dikenalkan dan dibudayakan di tengah masyarakat, tidak hanya di pondok pesantren. 

Ketua Asosiasi Pendidikan Didiyah Formal (Aspendif) Fadlullah Turmudzi menjelaskan, kegiatan yang akan berlangsing lima hari itu diikuti 28 pondok pesantren penyelenggara pendidikan diniyah formal dari Jambi, Riau. Sulawesi, Surabaya, Jakarta, Jombang, serta utusan - utusan dari beberapa daerah di Jateng. 

"Kami ingin memotivasi tradisi literasi yang sudah menjadi tradisi salafus soleh terdahulu, sehingga tradisi tulis menulis di pondok-pondok pesantren khususnya penyelenggara pendidikan diniyah formal kembali menjadi tradisi yang memuat tradisi yang memberikan dampak positif keberkahan untuk kemajuan peradaban negara," katanya.


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu