Follow Us :              

Ganjar Ingin eks Keraton Agung Sejagat Jadi Destinasi Wisata

  21 January 2020  |   17:00:00  |   dibaca : 1135 
Kategori :
Bagikan :


Ganjar Ingin eks Keraton Agung Sejagat Jadi Destinasi Wisata

21 January 2020 | 17:00:00 | dibaca : 1135
Kategori :
Bagikan :

Foto : Slam (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Slam (Humas Jateng)

Purworejo - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengunjungi eks Keraton Agung Sejagat di Pogung Juru Tengah, Bayan, Purworejo, Selasa (21/1). Kedatangan Ganjar disambut ribuan masyarakat yang memadati sekitar keraton.

Kerumunan warga sempat membuat Ganjar kesusahan berjalan menuju lokasi keraton yang sudah dikelilingi garis polisi itu. Warga menyemut di jalan yang lebarnya hanya sekitar 2 meter. Sementara di tiap sisi jalan, para pedagang berjejer memanfaatkan kerumunan untuk menjajakan aneka snack dan makanan. 

Setelah berjalan beberapa meter dari lokasi parkir mobil, Ganjar dihadang seorang pria berusia sekitar 60 tahun. Selama beberapa menit keduanya tampak berbicara serius di tengah kerumunan warga. 

"Oalah sampeyan sing mbangun keraton iki? (Ternyata Anda yang membangun keraton ini?)," tanya Ganjar kepada pria yang mengaku bernama Namono. 

Namono mengiyakan pertanyaan Ganjar dan menceritakan proses pembangunan keraton yang berjalan kurang lebih satu bulan. Selain membangun, Namono juga mendapat mandat menjadi penjaga keraton. Ganjar sempat kaget lantaran Namono mengaku melakukan semua itu tanpa dibayar maupun meminta imbalan upah. Dia hanya mendapat janji, kelak jika keraton telah berdiri, Namono akan didaulat menjadi abdi dalem. 

Seusai mendengar kisah Namono, Ganjar lalu bertanya kepada warga yang mengerumuninya, 'Apakah ada yang berniat hendak menjadi bagian Keraton Agung Sejagat?' Tanpa dikomando, warga kompak menolak. Kehadiran mereka di lokasi keraton bukan untuk mendaftar sebagai abdi dalem melainkan untuk mengobati rasa penasaran akan keraton yang viral di media itu.

Ganjar pun lantas berkeliling ke seluruh sisi keraton, melihat benteng yang terbuat dari batako dan bangunan calon pendopo. Tak ketinggalan, Ganjar juga mengamati batu prasasti yang tampak baru dipahat dan sebuah kolam yang dikiranya sebagai Sendang Kamulyan. Begitu memasuki ruang utama keraton, para pewarta tidak diperbolehkan mengikuti. 

Ganjar berpendapat, eks keraton itu sebaiknya dijadikan lokasi wisata. Terlebih lokasinya sangat indah, dengan pemandangan sawah di sebelah barat dan Sungai Jali selebar 25 meter di sisi timur.

"Nanti dibangun bagus, ada singgasana, kolam, pendopo dan istana. Terus jadi desa wisata. Setiap bulan atau tahun bikin event. Kan banyak kuliner dan keseniannya, sayang kalau ditiadakan. Kan sudah terkenal desa ini. Sudah ramai banget," usul Ganjar. 

Sepekan terakhir, Keraton Agung Sejagat sempat viral di media sosial. Bahkan tagar Kerajaan sempat trending di media sosial selama beberapa hari, dimulai saat warga keraton mengadakan kirab dan ketika sosok raja - ratu ditangkap aparat Polda Jateng. Meski demian, sejak awal  Ganjar hanya menanggapinya sebagai peristiwa lucu-lucuan saja. 

"Tidak seserius itu. Ini keraton harus lucu. Masyarakat maunya lucu-lucuan kok. Tapi kalau mau mendirikan kerajaan dan ingin jadi raja, izin dulu. Boleh kok. Yang tidak boleh itu bohong-bohongan. 
Kalau ada situsnya, ada urut-urutannya malah kami dorong," kata Ganjar.

Masyarakat pun sangat mendukung jika eks Keraton Agung Sejagat itu akan dijadikan destinasi wisata baru di Purworejo. Sebab kini lokasi itu menjadi daya tarik bagi pengunjung.

"Iya ini sama anak-anak dan suami. Pengin lihat saja. Tidak dari sini, dari kecamatan tetangga, desa Sangubayu," kata Septi Kurnia Ningsih setelah selfie dengan anaknya di tepi kolam atau Sendang Kamulyan.

Ramainya pemberitaan tentang keraton itu justru membawa berkah bagi para pedagang kaki lima. Pedagang Geblek Purworejo, Doni Yubhar mengatakan, lima hari terakhir dia berjualan cemilan khas Purworejo itu bersama sang istri. Hampir 24 jam tiap harinya, selalu ada pengunjung yang datang. 

"Paling ramai hari Minggu kemarin. Saya jualan seperti ini saja dapat uang hampir Rp 1 juta. Semoga pemerintah memutuskan yang terbaik saja lah. Bagus untuk wisata," kata Doni.


Bagikan :

Purworejo - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengunjungi eks Keraton Agung Sejagat di Pogung Juru Tengah, Bayan, Purworejo, Selasa (21/1). Kedatangan Ganjar disambut ribuan masyarakat yang memadati sekitar keraton.

Kerumunan warga sempat membuat Ganjar kesusahan berjalan menuju lokasi keraton yang sudah dikelilingi garis polisi itu. Warga menyemut di jalan yang lebarnya hanya sekitar 2 meter. Sementara di tiap sisi jalan, para pedagang berjejer memanfaatkan kerumunan untuk menjajakan aneka snack dan makanan. 

Setelah berjalan beberapa meter dari lokasi parkir mobil, Ganjar dihadang seorang pria berusia sekitar 60 tahun. Selama beberapa menit keduanya tampak berbicara serius di tengah kerumunan warga. 

"Oalah sampeyan sing mbangun keraton iki? (Ternyata Anda yang membangun keraton ini?)," tanya Ganjar kepada pria yang mengaku bernama Namono. 

Namono mengiyakan pertanyaan Ganjar dan menceritakan proses pembangunan keraton yang berjalan kurang lebih satu bulan. Selain membangun, Namono juga mendapat mandat menjadi penjaga keraton. Ganjar sempat kaget lantaran Namono mengaku melakukan semua itu tanpa dibayar maupun meminta imbalan upah. Dia hanya mendapat janji, kelak jika keraton telah berdiri, Namono akan didaulat menjadi abdi dalem. 

Seusai mendengar kisah Namono, Ganjar lalu bertanya kepada warga yang mengerumuninya, 'Apakah ada yang berniat hendak menjadi bagian Keraton Agung Sejagat?' Tanpa dikomando, warga kompak menolak. Kehadiran mereka di lokasi keraton bukan untuk mendaftar sebagai abdi dalem melainkan untuk mengobati rasa penasaran akan keraton yang viral di media itu.

Ganjar pun lantas berkeliling ke seluruh sisi keraton, melihat benteng yang terbuat dari batako dan bangunan calon pendopo. Tak ketinggalan, Ganjar juga mengamati batu prasasti yang tampak baru dipahat dan sebuah kolam yang dikiranya sebagai Sendang Kamulyan. Begitu memasuki ruang utama keraton, para pewarta tidak diperbolehkan mengikuti. 

Ganjar berpendapat, eks keraton itu sebaiknya dijadikan lokasi wisata. Terlebih lokasinya sangat indah, dengan pemandangan sawah di sebelah barat dan Sungai Jali selebar 25 meter di sisi timur.

"Nanti dibangun bagus, ada singgasana, kolam, pendopo dan istana. Terus jadi desa wisata. Setiap bulan atau tahun bikin event. Kan banyak kuliner dan keseniannya, sayang kalau ditiadakan. Kan sudah terkenal desa ini. Sudah ramai banget," usul Ganjar. 

Sepekan terakhir, Keraton Agung Sejagat sempat viral di media sosial. Bahkan tagar Kerajaan sempat trending di media sosial selama beberapa hari, dimulai saat warga keraton mengadakan kirab dan ketika sosok raja - ratu ditangkap aparat Polda Jateng. Meski demian, sejak awal  Ganjar hanya menanggapinya sebagai peristiwa lucu-lucuan saja. 

"Tidak seserius itu. Ini keraton harus lucu. Masyarakat maunya lucu-lucuan kok. Tapi kalau mau mendirikan kerajaan dan ingin jadi raja, izin dulu. Boleh kok. Yang tidak boleh itu bohong-bohongan. 
Kalau ada situsnya, ada urut-urutannya malah kami dorong," kata Ganjar.

Masyarakat pun sangat mendukung jika eks Keraton Agung Sejagat itu akan dijadikan destinasi wisata baru di Purworejo. Sebab kini lokasi itu menjadi daya tarik bagi pengunjung.

"Iya ini sama anak-anak dan suami. Pengin lihat saja. Tidak dari sini, dari kecamatan tetangga, desa Sangubayu," kata Septi Kurnia Ningsih setelah selfie dengan anaknya di tepi kolam atau Sendang Kamulyan.

Ramainya pemberitaan tentang keraton itu justru membawa berkah bagi para pedagang kaki lima. Pedagang Geblek Purworejo, Doni Yubhar mengatakan, lima hari terakhir dia berjualan cemilan khas Purworejo itu bersama sang istri. Hampir 24 jam tiap harinya, selalu ada pengunjung yang datang. 

"Paling ramai hari Minggu kemarin. Saya jualan seperti ini saja dapat uang hampir Rp 1 juta. Semoga pemerintah memutuskan yang terbaik saja lah. Bagus untuk wisata," kata Doni.


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu