Follow Us :              

HPN Jateng, Wartawan Gelar Istighotsah

  09 February 2020  |   08:00:00  |   dibaca : 764 
Kategori :
Bagikan :


HPN Jateng, Wartawan Gelar Istighotsah

09 February 2020 | 08:00:00 | dibaca : 764
Kategori :
Bagikan :

Foto : Handy (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Handy (Humas Jateng)

SEMARANG - Peringatan Hari Pers Nasional (HPN) 2020 di Jawa Tengah berbeda dengan perayaan tahun-tahun sebelumnya. Kali ini nuansa spritualitas lebih ditonjolkan dengan menggelar acara Istighotsah Wartawan "Doa untuk Pers Sehat dan Tangguh" di Auditorium RRI Semarang, Minggu (9/2/2020). Istighotsah itu dilakukan untuk memberikan perekat spiritual bagi insan pers di Jawa Tengah dalam mengangkat kekuatan pilar kearifan lokal.

"Kami ini orang-orang yang dituntut selalu bersikap terdepan dan mengetengahkan idealisme untuk menjadi bagian pembangunan bangsa. Tetapi pada segi realitas, bagaimana berpikir tentang idealisme ketika diri kita sendiri dalam kondisi tidak sehat. Maka kami merasa media membutuhkan perekat spiritual yang kuat dari para ulama. Itulah kenapa ada istighotsah wartawan ini," kata Ketua PWI Jateng Amir Machmud dalam sambutannya.

Istighotsah ini merupakan yang pertama kalinya dilakukan. Ini juga kali pertama peringatan HPN di Jawa Tengah diikuti oleh para ulama. Ulama yang turut hadir dalam acara itu di antaranya tokoh-tokoh dari PWNU Jateng, PCNU Kota Semarang, MUI Jateng, MUI Kota Semarang, serta para kiai dan ulama lainnya. Turut hadir juga Umaro seperti Plh Sekda Jateng Herru Setiadhie dan Walikota Semarang Hendrar Prihadi, serta para akademisi dari Undip, UIN, dan lainnya.

"Terima kasih dan penghargaan atas ketulusan para kiai dan ulama yang berkenan hadir. Ini adalah kali pertama PWI menyelenggarakan HPN yang ditunggui oleh para ulama. Terima kasih juga para profesor dan guru besar yang juga hadir," ungkap Amir.

Amir menjelaskan, tema HPN yang digelar di berbagai daerah di Jateng tahun ini adalah bagaimana media memerankan diri sebagai pilar kekuatan kearifan lokal. Menurutnya saat ini butuh mengangkat kearifan lokal sebagai pilar pemberitaan media. Hal itu berkaca pada beberapa tahun terakhir di mana pers sempat dituding memperkeruh suasana selama kontestasi politik sehingga menjadi keprihatinan bagi insan pers.

"Kami ingin menjadi pers yang inspiratif. Kami memaknai independensi dan netralitas bukan hanya menjaga jarak dari semua kekuatan politik tetapi juga kemauan dan kemampuan untuk memilah mana yang patut dan tidak untuk diberitakan," jelasnya.

Plh Sekda Jateng Herru Setiadhie yang membacakan sambutan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan, mendukung dan mengapresiasi acara istighotsah tersebut sebagai upaya mendekatkan diri dengan Allah SWT. Istighotsah tersebut harus selalu dilakukan sebagai bentuk berserah diri kepada sang pencipta.

Mengenai HPN, lanjut Herru, pers sebagai instrumen kontrol sosial hendaknya turut mengawasi jalannya penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan. Maka pembangunan diupayakan dapat selaras dengan prespektif dan tuntutan kebutuhan rakyat, memperhatikan lingkungan, berkelanjutan, serta arif dalam menyikapi budaya lokal yang dikelola secara inklusif sehingga menciptakan rasa aman dan nyaman bagi masyarakat.

"Pers saya harapkan juga harus turut mengawasi agar segala aktivitas pemerintahan termasuk penggunaan anggaran pembangunan dapat sesuai dengan rencana dan kemanfaatannya. Jika teman-teman pers mencium aroma penyimpangan yang mengarah ke tindakan korupsi segera lakukan investigasi, tuangkan dalam berita yang berimbang, dan tuangkan dalam konteks check and balance. Kalau diberitakan saya yakin para pelanggaran hukum itu akan jera dan malu. Ini salah satu cara mencegah tindakan korupsi," katanya saat membacakan sambutan Gubernur Jawa Tengah.

Herru menambahkan media juga harus senantiasa menyampaikan informasi yang netral, berimbang, dan tanpa tendensi.Media haruslah menjadi sarana pemersatu bangsa dan senantiasa turut menjaga keutuhan NKRI. Lebih daripada itu, informasi yang disampaikan kepada publik harus berkontribusi dalam meningkatkan pemahaman dan kesan dalam masyarakat untuk terlibat secara aktif dalam pelaksanaan pembangunan.

Sementara itu, Walikota Semarang Hendrar Prihadi mengatakan bahwa dalam membangun Semarang ada empat elemen yang terlibat. Pertama adalah penduduk dengan segala ketokohannya, kedua adalah pengusaha, ketiga pemerintah, dan keempat adalah pewarta atau pers.

"Dalam aktivitas kita sehari-hari ini ditulis dalam berita dan berita itu direspons tidak hanya oleh masyarakat kota Semarang tetapi juga dari berbagai daerah bahkan luar negeri. Semarang bisa mendapat gelar kota wisata terbersih juga berkat media," katanya.


Bagikan :

SEMARANG - Peringatan Hari Pers Nasional (HPN) 2020 di Jawa Tengah berbeda dengan perayaan tahun-tahun sebelumnya. Kali ini nuansa spritualitas lebih ditonjolkan dengan menggelar acara Istighotsah Wartawan "Doa untuk Pers Sehat dan Tangguh" di Auditorium RRI Semarang, Minggu (9/2/2020). Istighotsah itu dilakukan untuk memberikan perekat spiritual bagi insan pers di Jawa Tengah dalam mengangkat kekuatan pilar kearifan lokal.

"Kami ini orang-orang yang dituntut selalu bersikap terdepan dan mengetengahkan idealisme untuk menjadi bagian pembangunan bangsa. Tetapi pada segi realitas, bagaimana berpikir tentang idealisme ketika diri kita sendiri dalam kondisi tidak sehat. Maka kami merasa media membutuhkan perekat spiritual yang kuat dari para ulama. Itulah kenapa ada istighotsah wartawan ini," kata Ketua PWI Jateng Amir Machmud dalam sambutannya.

Istighotsah ini merupakan yang pertama kalinya dilakukan. Ini juga kali pertama peringatan HPN di Jawa Tengah diikuti oleh para ulama. Ulama yang turut hadir dalam acara itu di antaranya tokoh-tokoh dari PWNU Jateng, PCNU Kota Semarang, MUI Jateng, MUI Kota Semarang, serta para kiai dan ulama lainnya. Turut hadir juga Umaro seperti Plh Sekda Jateng Herru Setiadhie dan Walikota Semarang Hendrar Prihadi, serta para akademisi dari Undip, UIN, dan lainnya.

"Terima kasih dan penghargaan atas ketulusan para kiai dan ulama yang berkenan hadir. Ini adalah kali pertama PWI menyelenggarakan HPN yang ditunggui oleh para ulama. Terima kasih juga para profesor dan guru besar yang juga hadir," ungkap Amir.

Amir menjelaskan, tema HPN yang digelar di berbagai daerah di Jateng tahun ini adalah bagaimana media memerankan diri sebagai pilar kekuatan kearifan lokal. Menurutnya saat ini butuh mengangkat kearifan lokal sebagai pilar pemberitaan media. Hal itu berkaca pada beberapa tahun terakhir di mana pers sempat dituding memperkeruh suasana selama kontestasi politik sehingga menjadi keprihatinan bagi insan pers.

"Kami ingin menjadi pers yang inspiratif. Kami memaknai independensi dan netralitas bukan hanya menjaga jarak dari semua kekuatan politik tetapi juga kemauan dan kemampuan untuk memilah mana yang patut dan tidak untuk diberitakan," jelasnya.

Plh Sekda Jateng Herru Setiadhie yang membacakan sambutan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan, mendukung dan mengapresiasi acara istighotsah tersebut sebagai upaya mendekatkan diri dengan Allah SWT. Istighotsah tersebut harus selalu dilakukan sebagai bentuk berserah diri kepada sang pencipta.

Mengenai HPN, lanjut Herru, pers sebagai instrumen kontrol sosial hendaknya turut mengawasi jalannya penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan. Maka pembangunan diupayakan dapat selaras dengan prespektif dan tuntutan kebutuhan rakyat, memperhatikan lingkungan, berkelanjutan, serta arif dalam menyikapi budaya lokal yang dikelola secara inklusif sehingga menciptakan rasa aman dan nyaman bagi masyarakat.

"Pers saya harapkan juga harus turut mengawasi agar segala aktivitas pemerintahan termasuk penggunaan anggaran pembangunan dapat sesuai dengan rencana dan kemanfaatannya. Jika teman-teman pers mencium aroma penyimpangan yang mengarah ke tindakan korupsi segera lakukan investigasi, tuangkan dalam berita yang berimbang, dan tuangkan dalam konteks check and balance. Kalau diberitakan saya yakin para pelanggaran hukum itu akan jera dan malu. Ini salah satu cara mencegah tindakan korupsi," katanya saat membacakan sambutan Gubernur Jawa Tengah.

Herru menambahkan media juga harus senantiasa menyampaikan informasi yang netral, berimbang, dan tanpa tendensi.Media haruslah menjadi sarana pemersatu bangsa dan senantiasa turut menjaga keutuhan NKRI. Lebih daripada itu, informasi yang disampaikan kepada publik harus berkontribusi dalam meningkatkan pemahaman dan kesan dalam masyarakat untuk terlibat secara aktif dalam pelaksanaan pembangunan.

Sementara itu, Walikota Semarang Hendrar Prihadi mengatakan bahwa dalam membangun Semarang ada empat elemen yang terlibat. Pertama adalah penduduk dengan segala ketokohannya, kedua adalah pengusaha, ketiga pemerintah, dan keempat adalah pewarta atau pers.

"Dalam aktivitas kita sehari-hari ini ditulis dalam berita dan berita itu direspons tidak hanya oleh masyarakat kota Semarang tetapi juga dari berbagai daerah bahkan luar negeri. Semarang bisa mendapat gelar kota wisata terbersih juga berkat media," katanya.


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu