Follow Us :              

Plh Sekda Minta Kominfo Pacu Indeks Kami

  12 February 2020  |   13:00:00  |   dibaca : 636 
Kategori :
Bagikan :


Plh Sekda Minta Kominfo Pacu Indeks Kami

12 February 2020 | 13:00:00 | dibaca : 636
Kategori :
Bagikan :

Foto : Bintoro (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Bintoro (Humas Jateng)

KAB.SEMARANG - Seiring dengan semakin tingginya pengguna internet, faktor keamanan siber menjadi aspek penting. Mengapa? karena semua aspek bisa diserang hacker. Seperti transaksi, layanan berbasis IT dan informasi sensitif lainnya. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah menyadari ancaman besar tersebut. 

Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Riena Retnaningrum mengatakan, merespon kejahatan siber, pada 2019, Jateng sudah membentuk gugus tugas Computer Security Insident Responden Team (CSIRT).

"Pada tahun 2019, Jateng juga ditunjuk pemerintah pusat menjadi salah satu dari 10 provinsi pilot project pembentukan CSIRT yang sudah ditindaklanjuti dengan SK Sekda Provinsi Jateng tentang Pembentukan Tim Koordinasi Tanggap Insident Keamanan Siber Provinsi Jawa Tengah," tuturnya dalam Rakor Teknis Tahun 2020 Persandian dan Keamanan Informasi, Selasa (12/02/2020) di Tlogo Resort, Tuntang, Kabupaten Semarang.

Untuk optimalisasi operasi keamanan informasi, Kominfo Jateng melibatkan seluruh OPD sebagai agen insiden siber. Setiap OPD menunjuk satu staf yang berkompeten di bidang IT, untuk menjadi admin.

"Selain pembentukan Jateng CSIRT, sebagai tindaklanjut hasil audit indeks kami (keamanan informasi) 2018 oleh BSSN, telah dilaksanakan penilaian secara mandiri. Indeks Jateng yang semula kategori 1, sekarang sudah di angka indek 2.65," bebernya.

Rina menjelaskan, kategori yang mendekati angka tiga tersebut bermakna, pengamanan siber di Jawa Tengah sudah bagus, diterapkan secara konsisten dan terdokumentasi secara resmi. Efektivitas pengamanan sudah dievaluasi secara berkala, walaupun belum melalui proses yang terstruktur.

Sementara itu, Plh Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah Herru Setiadhie mengapresiasi capaian tersebut. Namun, dia menyandingkan dengan capaian indeks di Jawa Timur, DKI Jakarta, dan Jawa Barat.

"Maturity indeks di Jawa Timur sudah 3.3. Kompetitornya DKI, indeksnya 2.94. Dan yang ketiga Jawa Barat indeksnya 2.92. Jawa Tengah 2.65. Tidak ada satu digit. Kira-kira tahun depan bisa menjadi nomor dua tidak?," harapnya.

Perhatian kepada indeks itu bagi Herru penting, karena memberikan gambaran kondisi kesiapan kerangka kerja keamanan informasi kepada pimpinan instansi. Herru pun meminta agar pemerintah kabupaten/ kota juga memberikan perhatian yang sama.

Herru juga memberikan gambaran pentingnya keamanan informasi, dengan kejadian yang baru saja dialami Setda Provinsi Jawa Tengah pada akhir Januari lalu. Presensi online pegawai sempat diserang hacker sehingga menimbulkan kerepotan.

"Itu hanya presensi. Saya tidak bisa membayangkan kalau itu terjadi pada informasi penting. Seperti dana desa ada dana BOS," katanya.

Untuk mendukung CSIRT, pihaknya berkomitmen akan menyediakan infrastruktur dan peralatan yang dibutuhkan.


Bagikan :

KAB.SEMARANG - Seiring dengan semakin tingginya pengguna internet, faktor keamanan siber menjadi aspek penting. Mengapa? karena semua aspek bisa diserang hacker. Seperti transaksi, layanan berbasis IT dan informasi sensitif lainnya. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah menyadari ancaman besar tersebut. 

Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Riena Retnaningrum mengatakan, merespon kejahatan siber, pada 2019, Jateng sudah membentuk gugus tugas Computer Security Insident Responden Team (CSIRT).

"Pada tahun 2019, Jateng juga ditunjuk pemerintah pusat menjadi salah satu dari 10 provinsi pilot project pembentukan CSIRT yang sudah ditindaklanjuti dengan SK Sekda Provinsi Jateng tentang Pembentukan Tim Koordinasi Tanggap Insident Keamanan Siber Provinsi Jawa Tengah," tuturnya dalam Rakor Teknis Tahun 2020 Persandian dan Keamanan Informasi, Selasa (12/02/2020) di Tlogo Resort, Tuntang, Kabupaten Semarang.

Untuk optimalisasi operasi keamanan informasi, Kominfo Jateng melibatkan seluruh OPD sebagai agen insiden siber. Setiap OPD menunjuk satu staf yang berkompeten di bidang IT, untuk menjadi admin.

"Selain pembentukan Jateng CSIRT, sebagai tindaklanjut hasil audit indeks kami (keamanan informasi) 2018 oleh BSSN, telah dilaksanakan penilaian secara mandiri. Indeks Jateng yang semula kategori 1, sekarang sudah di angka indek 2.65," bebernya.

Rina menjelaskan, kategori yang mendekati angka tiga tersebut bermakna, pengamanan siber di Jawa Tengah sudah bagus, diterapkan secara konsisten dan terdokumentasi secara resmi. Efektivitas pengamanan sudah dievaluasi secara berkala, walaupun belum melalui proses yang terstruktur.

Sementara itu, Plh Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah Herru Setiadhie mengapresiasi capaian tersebut. Namun, dia menyandingkan dengan capaian indeks di Jawa Timur, DKI Jakarta, dan Jawa Barat.

"Maturity indeks di Jawa Timur sudah 3.3. Kompetitornya DKI, indeksnya 2.94. Dan yang ketiga Jawa Barat indeksnya 2.92. Jawa Tengah 2.65. Tidak ada satu digit. Kira-kira tahun depan bisa menjadi nomor dua tidak?," harapnya.

Perhatian kepada indeks itu bagi Herru penting, karena memberikan gambaran kondisi kesiapan kerangka kerja keamanan informasi kepada pimpinan instansi. Herru pun meminta agar pemerintah kabupaten/ kota juga memberikan perhatian yang sama.

Herru juga memberikan gambaran pentingnya keamanan informasi, dengan kejadian yang baru saja dialami Setda Provinsi Jawa Tengah pada akhir Januari lalu. Presensi online pegawai sempat diserang hacker sehingga menimbulkan kerepotan.

"Itu hanya presensi. Saya tidak bisa membayangkan kalau itu terjadi pada informasi penting. Seperti dana desa ada dana BOS," katanya.

Untuk mendukung CSIRT, pihaknya berkomitmen akan menyediakan infrastruktur dan peralatan yang dibutuhkan.


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu