Follow Us :              

Gus Yasin: Jangan Pernah Katakan Kamu Bodoh, Kurang Ajar ke Siswa

  14 February 2020  |   19:00:00  |   dibaca : 2822 
Kategori :
Bagikan :


Gus Yasin: Jangan Pernah Katakan Kamu Bodoh, Kurang Ajar ke Siswa

14 February 2020 | 19:00:00 | dibaca : 2822
Kategori :
Bagikan :

Foto : Irfani (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Irfani (Humas Jateng)

SEMARANG - Tulisan beragam pengalaman seorang guru perempuan yang tersaji dalam sebuah buku "Memoar Alit Perempuan Guru" karya Sri Purnama Dewi, menurut Wakil Gubernur Jateng Taj Yasin Maimoen, menjadi motivator yang mengajak masyarakat menjadi guru-guru yang benar-benar bisa menjadi contoh atau teladan bagi semua. 

Menurutnya, apapun kondisi NKRI,  Indonesia selalu butuh guru, dan guru adalah pendorong manusia menuju sukses.

Ia menyebutkan, tidak sedikit terjadi kasus pertikaian antara guru dengan murid maupun murid dengan sesama murid. Dari berbagai kasus kekerasan yang dilakukan pendidik terhadap murid ataupun peristiwa kurang terpuji lainnya, memberikan pelajaran kepada semua bahwa jika memiliki murid yang bandel atau murid yang kemampuan akademiknya kurang, tidak boleh mengatakan murid itu bodoh atau kurang ajar.

Diingatkan pula, para siswa jangan pernah saling bertikai, melakukan perundungan, serta kejadian- kejadian negatif lainnya di dunia pendidikan. Bagi para guru dan semua orang tua, karena bagaimana seseorang menjadi guru itu butuh keikhlasan. Selain itu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah akan membentuk pribadi yang mandiri di berbagai bidang. 

"Saya berharap sekolah-sekolah SMA sederajat turut serta mengampanyekan integritas. Jika tidak berintegritas ini menjadi PR meskipun PR kita di bidang pendidikan masih banyak. Ada banyak hal yang harus diselesaikan dengan pendidikan, salah satunya memperbaiki sistem yang ada di sekolah tingkat awal hingga menengah," kata Taj Yasin saat bedah buku Memoar Alit Perempuan Guru di Hotel Grasia Semarang, Jumat (14/2/2020).

Sementara itu, di beberapa bagian dari buku setebal 240 halaman itu, ibu tiga anak yang sehari-hari mengajar di SMAN 1 Semarang tersebut menuliskan kisah hidupnya dengan aneka rona yang mewarnai perjalanan yang memperkaya pengalamannya. Terkadang manis bagai kembang gula, namun tak jarang justru seperti butiran-butiran pil kina. 

"Buku ini terwujud karena meluapnya dorongan untuk memberikan sumbangsih pemikiran yang inovatif dan kreatif bagi dunia pendidikan  di Indonesia," kata Sri Purnama Dewi.

Menurutnya, semua guru pasti punya kenangan dan kisah hidup yang inspiratif, karena itu agar tidak ragu untuk menuliskan kenangan-kenangan dan hikmahnya sehingga bisa dinikmati oleh orang banyak. Dia juga berharap guru hendaknya semakin berani menyuarakan gagasannya.

Ia berharap, pengalaman-pengalaman pribadi dalam bentuk tulisan ini, dapat menginspirasi jiwa-jiwa yang memiliki passion tinggi di dunia pendidikan. Sehingga gelombang untuk berkarya, berinovasi, dan berkreasi secara total menyiapkan generasi menjadi calon-calon pemimpin bangsa.


Bagikan :

SEMARANG - Tulisan beragam pengalaman seorang guru perempuan yang tersaji dalam sebuah buku "Memoar Alit Perempuan Guru" karya Sri Purnama Dewi, menurut Wakil Gubernur Jateng Taj Yasin Maimoen, menjadi motivator yang mengajak masyarakat menjadi guru-guru yang benar-benar bisa menjadi contoh atau teladan bagi semua. 

Menurutnya, apapun kondisi NKRI,  Indonesia selalu butuh guru, dan guru adalah pendorong manusia menuju sukses.

Ia menyebutkan, tidak sedikit terjadi kasus pertikaian antara guru dengan murid maupun murid dengan sesama murid. Dari berbagai kasus kekerasan yang dilakukan pendidik terhadap murid ataupun peristiwa kurang terpuji lainnya, memberikan pelajaran kepada semua bahwa jika memiliki murid yang bandel atau murid yang kemampuan akademiknya kurang, tidak boleh mengatakan murid itu bodoh atau kurang ajar.

Diingatkan pula, para siswa jangan pernah saling bertikai, melakukan perundungan, serta kejadian- kejadian negatif lainnya di dunia pendidikan. Bagi para guru dan semua orang tua, karena bagaimana seseorang menjadi guru itu butuh keikhlasan. Selain itu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah akan membentuk pribadi yang mandiri di berbagai bidang. 

"Saya berharap sekolah-sekolah SMA sederajat turut serta mengampanyekan integritas. Jika tidak berintegritas ini menjadi PR meskipun PR kita di bidang pendidikan masih banyak. Ada banyak hal yang harus diselesaikan dengan pendidikan, salah satunya memperbaiki sistem yang ada di sekolah tingkat awal hingga menengah," kata Taj Yasin saat bedah buku Memoar Alit Perempuan Guru di Hotel Grasia Semarang, Jumat (14/2/2020).

Sementara itu, di beberapa bagian dari buku setebal 240 halaman itu, ibu tiga anak yang sehari-hari mengajar di SMAN 1 Semarang tersebut menuliskan kisah hidupnya dengan aneka rona yang mewarnai perjalanan yang memperkaya pengalamannya. Terkadang manis bagai kembang gula, namun tak jarang justru seperti butiran-butiran pil kina. 

"Buku ini terwujud karena meluapnya dorongan untuk memberikan sumbangsih pemikiran yang inovatif dan kreatif bagi dunia pendidikan  di Indonesia," kata Sri Purnama Dewi.

Menurutnya, semua guru pasti punya kenangan dan kisah hidup yang inspiratif, karena itu agar tidak ragu untuk menuliskan kenangan-kenangan dan hikmahnya sehingga bisa dinikmati oleh orang banyak. Dia juga berharap guru hendaknya semakin berani menyuarakan gagasannya.

Ia berharap, pengalaman-pengalaman pribadi dalam bentuk tulisan ini, dapat menginspirasi jiwa-jiwa yang memiliki passion tinggi di dunia pendidikan. Sehingga gelombang untuk berkarya, berinovasi, dan berkreasi secara total menyiapkan generasi menjadi calon-calon pemimpin bangsa.


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu