Follow Us :              

Korban Perundungan Pindah ke Sekolah Negeri, Ganjar : Sekolah di Jateng Harus Inklusif

  24 February 2020  |   17:00:00  |   dibaca : 709 
Kategori :
Bagikan :


Korban Perundungan Pindah ke Sekolah Negeri, Ganjar : Sekolah di Jateng Harus Inklusif

24 February 2020 | 17:00:00 | dibaca : 709
Kategori :
Bagikan :

Foto : Irfani (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Irfani (Humas Jateng)

SEMARANG - Senin (24/2/2020), siswi SMP korban perundungan di Purworejo kembali bersekolah. Diantar ibunda, ia melanjutkan sekolah di SMP Negeri 13 Purworejo. 

Gubernur Jateng Ganjar Pranowo mengatakan, atas masukan pakar dan tim assessment, serta Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana
(DP3AKB), siswi korban perundungan dibebaskan memilih sekolah yang diinginkannya dan bukan disekolahkan ke sekolah luar biasa (SLB)

"Pakar meminta korban (disekolahkan) di sekolah negeri, sehingga mendorong korban jadi senang, bahagia. Sekolah pun ditantang jadi sekolah inklusi. Ini menjadi momentum, laboratorium untuk menyiapkan inklusi semuanya, guru, pendamping, siswa, kawan, murid, menuju inklusivitas. Kita ajak anak-anak tidak lagi membully," kata Ganjar seusai menerima Kepala Kantor Perwakilan UNICEF Wilayah Jawa, Arie Rukmantara, Spesialis Perlindungan Anak, Naning Puji Julianingsih, serta Hening Budiyawati dari Yayasan Setara di Puri Gedeh, Senin (24/2/2020).

Sebelumnya, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo membentuk tim khusus untuk mengatasi dan mencegah perundungan di sekolah. Tim khusus yang juga melibatkan aktivis difabel itu dibentuk untuk menyelesaikan permasalahan perundungan siswi SMP di Purworejo dan mereformulasi sistem pendidikan.

Ganjar mengatakan, peristiwa perundungan siswi di Purworejo beberapa waktu lalu merupakan momentum untuk memperbaiki suatu sistem. Penting untuk melibatkan semua elemen agar bisa merancang sistem pendidikan yang jauh lebih baik.

"Melihat dari kasus ini, saya orang yang meyakini bahwa kalau ini pasti ada di tempat lain tetapi kita tidak tahu. Saya tidak ingin ini terulang maka semua sistem sekarang kami review dan kami perbaiki agar tidak terulang," kata Ganjar usai menemui tim penanganan kasus perundungan siswi SMP Purworejo di Kantor Gubernur Jawa Tengah, Senin (17/2/2020).

Setelah kejadian di Purworejo itu, lanjut Ganjar, ia mendapat kritik dan saran dari para pakar dan aktivis. Ada yang menyarankan agar siswi korban perundungan di Purworejo tidak dimasukkan ke Sekolah Luar Biasa (SLB) dan lebih baik membuat sekolah inklusi. Ada juga yang mengkritisi soal SLB yang ada saat ini.

"SLB mendapat kritikan maka saya minta SLB diperbaiki. Undang para pakar itu, kurangnya apa, perbaikannya apa. Saran membuat sekolah inklusi, oke hari ini saya rapatkan. Siapkan semua sekolah wajib inklusi, bagaimana syaratnya dan apa persiapannya," jelas Ganjar.


Bagikan :

SEMARANG - Senin (24/2/2020), siswi SMP korban perundungan di Purworejo kembali bersekolah. Diantar ibunda, ia melanjutkan sekolah di SMP Negeri 13 Purworejo. 

Gubernur Jateng Ganjar Pranowo mengatakan, atas masukan pakar dan tim assessment, serta Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana
(DP3AKB), siswi korban perundungan dibebaskan memilih sekolah yang diinginkannya dan bukan disekolahkan ke sekolah luar biasa (SLB)

"Pakar meminta korban (disekolahkan) di sekolah negeri, sehingga mendorong korban jadi senang, bahagia. Sekolah pun ditantang jadi sekolah inklusi. Ini menjadi momentum, laboratorium untuk menyiapkan inklusi semuanya, guru, pendamping, siswa, kawan, murid, menuju inklusivitas. Kita ajak anak-anak tidak lagi membully," kata Ganjar seusai menerima Kepala Kantor Perwakilan UNICEF Wilayah Jawa, Arie Rukmantara, Spesialis Perlindungan Anak, Naning Puji Julianingsih, serta Hening Budiyawati dari Yayasan Setara di Puri Gedeh, Senin (24/2/2020).

Sebelumnya, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo membentuk tim khusus untuk mengatasi dan mencegah perundungan di sekolah. Tim khusus yang juga melibatkan aktivis difabel itu dibentuk untuk menyelesaikan permasalahan perundungan siswi SMP di Purworejo dan mereformulasi sistem pendidikan.

Ganjar mengatakan, peristiwa perundungan siswi di Purworejo beberapa waktu lalu merupakan momentum untuk memperbaiki suatu sistem. Penting untuk melibatkan semua elemen agar bisa merancang sistem pendidikan yang jauh lebih baik.

"Melihat dari kasus ini, saya orang yang meyakini bahwa kalau ini pasti ada di tempat lain tetapi kita tidak tahu. Saya tidak ingin ini terulang maka semua sistem sekarang kami review dan kami perbaiki agar tidak terulang," kata Ganjar usai menemui tim penanganan kasus perundungan siswi SMP Purworejo di Kantor Gubernur Jawa Tengah, Senin (17/2/2020).

Setelah kejadian di Purworejo itu, lanjut Ganjar, ia mendapat kritik dan saran dari para pakar dan aktivis. Ada yang menyarankan agar siswi korban perundungan di Purworejo tidak dimasukkan ke Sekolah Luar Biasa (SLB) dan lebih baik membuat sekolah inklusi. Ada juga yang mengkritisi soal SLB yang ada saat ini.

"SLB mendapat kritikan maka saya minta SLB diperbaiki. Undang para pakar itu, kurangnya apa, perbaikannya apa. Saran membuat sekolah inklusi, oke hari ini saya rapatkan. Siapkan semua sekolah wajib inklusi, bagaimana syaratnya dan apa persiapannya," jelas Ganjar.


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu