Follow Us :              

Ini Pesan Gus Yasin kepada Peserta PKN

  02 March 2020  |   09:00:00  |   dibaca : 1109 
Kategori :
Bagikan :


Ini Pesan Gus Yasin kepada Peserta PKN

02 March 2020 | 09:00:00 | dibaca : 1109
Kategori :
Bagikan :

Foto : Handy (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Handy (Humas Jateng)

SEMARANG - Wakil Gubernur Jateng Taj Yasin saat membuka Pelatihan Kepemimpinan Nasional (PKN) Tingkat II angkatan ke-3 tahun 2020 di Auditorium Sasana Widya Praja, BPSDMD Provinsi Jawa Tengah, Senin(2/3/2020) yang diikuti 60 peserta, memberikan pesan khusus.

Menurut Gus Yasin, sapaan akrab Taj Yasin, seorang pemimpin perubahan harus memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi diri sendiri dan permasalahan-permasalahan yang ada dalam organisasi. Tidak hanya itu pemimpin perubahan juga harus bisa melayani masyarakat,  mengimplementasikan sebuah solusi dengan baik, dan memiliki integritas.

"Untuk bisa melakukan sesuatu, kita harus mampu mengetahui kemampuan atau mengidentifikasi diri sendiri. Ketika kita mengetahui kemampuan dan diri kita, maka kita bisa mengatur dan menjadi leader di tingkat yang kita pimpin," katanya.


Gus Yasin menjelaskan, bagaimana seorang pemimpin itu tidak terbentuk secara tiba-tiba tetapi melalui proses pembelajaran. Memahami diri sendiri dan bisa mengidentifikasi permasalahan akan membantu seorang pemimpin untuk tahu posisi-posisinya. Hal itu diperlukan karena seorang pemimpin sekarang ini tidak bekerja sendiri tetapi juga harus melibatkan semua orang yang dipimpinnya untuk memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat.

"Bagaimana posisi mereka di kantor, bagaimana posisi mereka dalam menyelesaikan permasalahan di lembaga atau organisasi yang diemban saat ini, dan tentunya ketika mereka ada di masyarakat. Jadi tidak hanya memberikan solusi saja, memerintah saja, tetapi bagaimana mengimplementasikan permasalahan dan solusinya itu sampai kepada masyarakat," jelasnya.

Selain itu, pemimpin yang melayani masyarakat harus juga memiliki integritas. Integritas tersebut harus dikedepankan agar dalam bekerja sesuai dengan tugasnya. Apalagi saat ini kita sudah masuk dalam industri 4.0, jadi pemimpin saat ini juga harus bisa membawa perubahan ke arah yang lebih baik.

"Harus diingat, kita kerja bukan untuk pemerintah tetapi untuk masyarakat. Kalau kita tidak tahu itu, ya salah kaprah," ujarnya.

Sementara itu Kepala Lembaga Administrasi Negara (LAN) RI, Adi Suryanto mengatakan, seorang pemimpin harus tahu masalah yang ada di organisasinya sebelum ada anak buah yang tahu atau memberikan laporan. Itulah guna mengidentifikasi diri dan permasalahan organisasi.

"Pemimpin perubahan itu harus tahu persis masalah organisasinya. Istilahnya, jarum jatuh di kantornya saja pemimpin itu harus tahu. Maka dari itu pemimpin harus bisa menguasai mata air atau sumber permasalahan, menguasai air mata atau permasalahan bawahan di luar organisasi, dan menguasai mata-mata atau orang-orang yang bisa jadi hendak menjatuhkan organisasi," jelasnya.

Adi berharap, melalui PKN tingkat II Angkatan ke-3 ini ke depan Indonesia memiliki kader-kader yang siap untuk memimpin. Tidak hanya sekedar memimpin tetapi pemimpin yang juga bisa merasakan menjadi bawahan.

Adapun PKN Tingkat II Angkatan ke-3 tahun 2020 tersebut diikuti oleh 60 peserta yang berasal dari berbagai daerah, baik kabupaten/kota di Jawa Tengah maupun provinsi lainnya. Setidaknya ada 40 orang yang berasal dari kabupaten/kota di Jawa Tengah dan Pemprov Jawa Tengah. Sisanya tersebar mulai Kota Yogyakarta, Pemprov DIY, Kabupaten Simalungun, Kabupaten Sorong, Bangka Tengah, serta instansi lain seperti BPS Jateng dan Kejaksaan Agung.


Bagikan :

SEMARANG - Wakil Gubernur Jateng Taj Yasin saat membuka Pelatihan Kepemimpinan Nasional (PKN) Tingkat II angkatan ke-3 tahun 2020 di Auditorium Sasana Widya Praja, BPSDMD Provinsi Jawa Tengah, Senin(2/3/2020) yang diikuti 60 peserta, memberikan pesan khusus.

Menurut Gus Yasin, sapaan akrab Taj Yasin, seorang pemimpin perubahan harus memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi diri sendiri dan permasalahan-permasalahan yang ada dalam organisasi. Tidak hanya itu pemimpin perubahan juga harus bisa melayani masyarakat,  mengimplementasikan sebuah solusi dengan baik, dan memiliki integritas.

"Untuk bisa melakukan sesuatu, kita harus mampu mengetahui kemampuan atau mengidentifikasi diri sendiri. Ketika kita mengetahui kemampuan dan diri kita, maka kita bisa mengatur dan menjadi leader di tingkat yang kita pimpin," katanya.


Gus Yasin menjelaskan, bagaimana seorang pemimpin itu tidak terbentuk secara tiba-tiba tetapi melalui proses pembelajaran. Memahami diri sendiri dan bisa mengidentifikasi permasalahan akan membantu seorang pemimpin untuk tahu posisi-posisinya. Hal itu diperlukan karena seorang pemimpin sekarang ini tidak bekerja sendiri tetapi juga harus melibatkan semua orang yang dipimpinnya untuk memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat.

"Bagaimana posisi mereka di kantor, bagaimana posisi mereka dalam menyelesaikan permasalahan di lembaga atau organisasi yang diemban saat ini, dan tentunya ketika mereka ada di masyarakat. Jadi tidak hanya memberikan solusi saja, memerintah saja, tetapi bagaimana mengimplementasikan permasalahan dan solusinya itu sampai kepada masyarakat," jelasnya.

Selain itu, pemimpin yang melayani masyarakat harus juga memiliki integritas. Integritas tersebut harus dikedepankan agar dalam bekerja sesuai dengan tugasnya. Apalagi saat ini kita sudah masuk dalam industri 4.0, jadi pemimpin saat ini juga harus bisa membawa perubahan ke arah yang lebih baik.

"Harus diingat, kita kerja bukan untuk pemerintah tetapi untuk masyarakat. Kalau kita tidak tahu itu, ya salah kaprah," ujarnya.

Sementara itu Kepala Lembaga Administrasi Negara (LAN) RI, Adi Suryanto mengatakan, seorang pemimpin harus tahu masalah yang ada di organisasinya sebelum ada anak buah yang tahu atau memberikan laporan. Itulah guna mengidentifikasi diri dan permasalahan organisasi.

"Pemimpin perubahan itu harus tahu persis masalah organisasinya. Istilahnya, jarum jatuh di kantornya saja pemimpin itu harus tahu. Maka dari itu pemimpin harus bisa menguasai mata air atau sumber permasalahan, menguasai air mata atau permasalahan bawahan di luar organisasi, dan menguasai mata-mata atau orang-orang yang bisa jadi hendak menjatuhkan organisasi," jelasnya.

Adi berharap, melalui PKN tingkat II Angkatan ke-3 ini ke depan Indonesia memiliki kader-kader yang siap untuk memimpin. Tidak hanya sekedar memimpin tetapi pemimpin yang juga bisa merasakan menjadi bawahan.

Adapun PKN Tingkat II Angkatan ke-3 tahun 2020 tersebut diikuti oleh 60 peserta yang berasal dari berbagai daerah, baik kabupaten/kota di Jawa Tengah maupun provinsi lainnya. Setidaknya ada 40 orang yang berasal dari kabupaten/kota di Jawa Tengah dan Pemprov Jawa Tengah. Sisanya tersebar mulai Kota Yogyakarta, Pemprov DIY, Kabupaten Simalungun, Kabupaten Sorong, Bangka Tengah, serta instansi lain seperti BPS Jateng dan Kejaksaan Agung.


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu