Follow Us :              

Wamenag: Penyuluh Agama Berperan Penting Tangkal Radikalisme di Jateng

  13 March 2020  |   08:00:00  |   dibaca : 1442 
Kategori :
Bagikan :


Wamenag: Penyuluh Agama Berperan Penting Tangkal Radikalisme di Jateng

13 March 2020 | 08:00:00 | dibaca : 1442
Kategori :
Bagikan :

Foto : Simon (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Simon (Humas Jateng)

SEMARANG- Peran penyuluh agama sangat penting dalam menangkal paham radikalisme dan intoleran. Terlebih lagi di era keterbukaan informasi dan digitalisasi seperti sekarang.

Hal itu disampaikan Wakil Menteri Agama RI Zainut Tauhid Saadi saat memberi sambutan pada pembinaan penyuluh agama Islam se-Jawa Tengah di Gedung Gradhika Bhakti Praja Semarang, Jumat (13/3/2020). Pada kesempatan itu ia juga meminta masyarakat dan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah untuk tingkatkan kewaspadaan terhadap paham-paham intoleran dan radikalisme. 

Menurut Wamenag, penyuluh agama harus bisa memberikan informasi yang benar tentang berbagai hal, termasuk penyebaran hoaks dan ujaran kebencian. Sehingga masyarakat tercerahkan dan mendapatkan informasi yang benar, termasuk dalam memberikan informasi keagamaan sebagai upaya menangkal paham-paham intoleran.

"Yaitu paham yang merasa dirinya paling benar, kalau ini kemudian meningkat ini bisa menjadi paham radikal lalu menjadi paham ekstrem," ujarnya. 

Pada acara yang dihadiri Gubernur Jateng Ganjar Pranowo dan Wakil Gubernur Taj Yasin Maimoen serta sekitar 500 penyuluh agama dari 35 kabupaten dan kota, Wamenag menjelaskan paham intoleran mudah masuk dan menyebar di berbagai kalangan, apalagi pada era keterbukaan informasi seperti sekarang. Karenanya peran dan fungsi penyuluh agama sangat penting, yaitu memberikan informasi, edukasi, dan konsultatif. 

"Kehidupan keagamaan di Jawa Tengah secara umum berjalan dengan baik dan masyarakat hidup rukun. Meskipun tidak dapat dipungkiri ada kelompok-kelompok kecil yang ingin memaksakan kehendak, menyebarkan faham-faham intoleran. Maka mari kita kembali kepada jatidiri nilai-nilai agama kita masing-masing," pintanya.

Ia mengatakan, agama apapun mengajarkan perdamaian, kerukunan, persaudaraan dan cinta kasih terhadap sesama. Sehingga yang perlu dimoderatkan adalah perilaku manusianya agar memiliki sikap toleran, keseimbangan dan keadilan. Nilai-nilai persaudaran, perdamaian, dan toleransi disebarkan karena saat ini banyak kelompok yang menyebarkan nilai-nilai intoleran. 

Menurutnya tidak sedikit orang belajar agama hanya dari ayat dan hadist, itupun hanya menbaca teks atau tidak membaca dan memahami secara utuh. 
Indonesia tidak dalam kondisi darurat atau tidak sedang perang. Sehingga pemahaman jihad yang kerap digembor-gemborkan kelompok intoleran hanya berdasarkan teks.

"Indonesia bukan negara perang karena kalau dimaknai perang kita gontok gontokan terus. Jihad tidak melulu perang melawan musuh, melainkan bisa diartikan perang melawan kemiskinan, kebodohan, maupun ketertinggalan," katanya.


Bagikan :

SEMARANG- Peran penyuluh agama sangat penting dalam menangkal paham radikalisme dan intoleran. Terlebih lagi di era keterbukaan informasi dan digitalisasi seperti sekarang.

Hal itu disampaikan Wakil Menteri Agama RI Zainut Tauhid Saadi saat memberi sambutan pada pembinaan penyuluh agama Islam se-Jawa Tengah di Gedung Gradhika Bhakti Praja Semarang, Jumat (13/3/2020). Pada kesempatan itu ia juga meminta masyarakat dan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah untuk tingkatkan kewaspadaan terhadap paham-paham intoleran dan radikalisme. 

Menurut Wamenag, penyuluh agama harus bisa memberikan informasi yang benar tentang berbagai hal, termasuk penyebaran hoaks dan ujaran kebencian. Sehingga masyarakat tercerahkan dan mendapatkan informasi yang benar, termasuk dalam memberikan informasi keagamaan sebagai upaya menangkal paham-paham intoleran.

"Yaitu paham yang merasa dirinya paling benar, kalau ini kemudian meningkat ini bisa menjadi paham radikal lalu menjadi paham ekstrem," ujarnya. 

Pada acara yang dihadiri Gubernur Jateng Ganjar Pranowo dan Wakil Gubernur Taj Yasin Maimoen serta sekitar 500 penyuluh agama dari 35 kabupaten dan kota, Wamenag menjelaskan paham intoleran mudah masuk dan menyebar di berbagai kalangan, apalagi pada era keterbukaan informasi seperti sekarang. Karenanya peran dan fungsi penyuluh agama sangat penting, yaitu memberikan informasi, edukasi, dan konsultatif. 

"Kehidupan keagamaan di Jawa Tengah secara umum berjalan dengan baik dan masyarakat hidup rukun. Meskipun tidak dapat dipungkiri ada kelompok-kelompok kecil yang ingin memaksakan kehendak, menyebarkan faham-faham intoleran. Maka mari kita kembali kepada jatidiri nilai-nilai agama kita masing-masing," pintanya.

Ia mengatakan, agama apapun mengajarkan perdamaian, kerukunan, persaudaraan dan cinta kasih terhadap sesama. Sehingga yang perlu dimoderatkan adalah perilaku manusianya agar memiliki sikap toleran, keseimbangan dan keadilan. Nilai-nilai persaudaran, perdamaian, dan toleransi disebarkan karena saat ini banyak kelompok yang menyebarkan nilai-nilai intoleran. 

Menurutnya tidak sedikit orang belajar agama hanya dari ayat dan hadist, itupun hanya menbaca teks atau tidak membaca dan memahami secara utuh. 
Indonesia tidak dalam kondisi darurat atau tidak sedang perang. Sehingga pemahaman jihad yang kerap digembor-gemborkan kelompok intoleran hanya berdasarkan teks.

"Indonesia bukan negara perang karena kalau dimaknai perang kita gontok gontokan terus. Jihad tidak melulu perang melawan musuh, melainkan bisa diartikan perang melawan kemiskinan, kebodohan, maupun ketertinggalan," katanya.


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu