Follow Us :              

Jika Tak Bisa Ditunda, Ganjar Minta Ritus Keagamaan Diikuti Protokol Kesehatan yang Ketat

  20 March 2020  |   13:00:00  |   dibaca : 1067 
Kategori :
Bagikan :


Jika Tak Bisa Ditunda, Ganjar Minta Ritus Keagamaan Diikuti Protokol Kesehatan yang Ketat

20 March 2020 | 13:00:00 | dibaca : 1067
Kategori :
Bagikan :

Foto : Vivi (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Vivi (Humas Jateng)

SEMARANG – Keputusan pemerintah untuk meminta masyarakat menghindari kerumunan, termasuk ritus keagamaan, dinilai berpotensi memunculkan polemik di tengah masyarakat. Untuk meminimalisirnya, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo beserta Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen mengundang seluruh tokoh agama yang tergabung dalam Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Jateng untuk mengikuti Rapat Koordinasi Penanggulangan Virus Corona, di komplek kantor Gubernur Jawa Tengah, Jalan Pahlawan, Semarang, Jumat (20/3/2020). 

Ganjar mengatakan, isu agama merupakan perkara sensitif dan berpotensi memicu salah persepsi. Untuk itu, peran pimpinan agama sangat penting untuk mengkomunikasikan kepada jamaah masing-masing agar dapat dipahami dengan baik.

“Kami ingin mengurangi betul potensi salah persepsi yang timbul dengan adanya kebijakan ini. Peran tokoh agama sangat penting untuk membantu kami menyosialisasikan kepada masyarakat agar mudah dipahami dan diikuti,” pungkasnya.

Seluruh pimpinan lintas agama hadir dalam pertemuan itu. Satu persatu memberikan informasi dan masukan kepada pemerintah tentang bagaimana sikap untuk mengatasi penyebaran virus penyebab pandemi global ini. 

Terkait ibadah keagamaan yang melibatkan banyak orang, seluruh pimpinan umat beragama sepakat akan mematuhi apa yang menjadi regulasi dan keputusan dari pemerintah dalam upaya pencegahan virus corona. Beberapa pemuka agama bahkan menyatakan siap menunda bahkan membatalkan beberapa kegiatan keagamaan. Uskup Agung Keuskupan Agung Semarang Mgr Robertus Rubiyatmoko mengatakan, "Kami sudah memutuskan untuk meniadakan kegiatan kegerejaan sampai 3 April nanti. Surat edaran sudah kami sebarkan ke anggota kami. Kalau kondisi tetap tidak terkendali, maka itu akan kami perpanjang."

Hal senada disampaikan Ketua Majelis Agama Budha Jateng, Warto, yang mana pihaknya sudah membatalkan sejumlah kegiatan keagamaan yang rencananya digelar dalam waktu dekat.

“Beberapa kegiatan yang dalam waktu dekat ini, kami batalkan semuanya. Ini demi melindungi umat agar tidak terpapar virus corona,” tandas Warto.

Adapun Ketua Pengurus Harian Pusat Parisada Hindu Indonesia (PHDI) Jateng, Anak Agung Ketut Darmaja, mengatakan ada beberapa ritus ibadah yang tidak bisa ditunda dan harus tetap berjalan, yakni upacara Tawur Agung menjelang hari suci Nyepi di Candi Prambanan.

“Tapi kami mengurangi pesertanya menjadi lebih sedikit dan mengedepankan protokol kesehatan yang ketat,” ucap Agung.

Terkait ritus keagamaan yang tidak bisa ditunda, Ganjar meminta agar sebelum prosesi peribadatan dimulai dilakukan protokol pengecekan kesehatan sesuai yang ditetapkan pemerintah. 

“Untuk yang tetap berjalan, kami minta aturannya harus ketat. Protokol kesehatannya harus sesuai prosedur yang berlaku,” tandas Ganjar.


Bagikan :

SEMARANG – Keputusan pemerintah untuk meminta masyarakat menghindari kerumunan, termasuk ritus keagamaan, dinilai berpotensi memunculkan polemik di tengah masyarakat. Untuk meminimalisirnya, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo beserta Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen mengundang seluruh tokoh agama yang tergabung dalam Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Jateng untuk mengikuti Rapat Koordinasi Penanggulangan Virus Corona, di komplek kantor Gubernur Jawa Tengah, Jalan Pahlawan, Semarang, Jumat (20/3/2020). 

Ganjar mengatakan, isu agama merupakan perkara sensitif dan berpotensi memicu salah persepsi. Untuk itu, peran pimpinan agama sangat penting untuk mengkomunikasikan kepada jamaah masing-masing agar dapat dipahami dengan baik.

“Kami ingin mengurangi betul potensi salah persepsi yang timbul dengan adanya kebijakan ini. Peran tokoh agama sangat penting untuk membantu kami menyosialisasikan kepada masyarakat agar mudah dipahami dan diikuti,” pungkasnya.

Seluruh pimpinan lintas agama hadir dalam pertemuan itu. Satu persatu memberikan informasi dan masukan kepada pemerintah tentang bagaimana sikap untuk mengatasi penyebaran virus penyebab pandemi global ini. 

Terkait ibadah keagamaan yang melibatkan banyak orang, seluruh pimpinan umat beragama sepakat akan mematuhi apa yang menjadi regulasi dan keputusan dari pemerintah dalam upaya pencegahan virus corona. Beberapa pemuka agama bahkan menyatakan siap menunda bahkan membatalkan beberapa kegiatan keagamaan. Uskup Agung Keuskupan Agung Semarang Mgr Robertus Rubiyatmoko mengatakan, "Kami sudah memutuskan untuk meniadakan kegiatan kegerejaan sampai 3 April nanti. Surat edaran sudah kami sebarkan ke anggota kami. Kalau kondisi tetap tidak terkendali, maka itu akan kami perpanjang."

Hal senada disampaikan Ketua Majelis Agama Budha Jateng, Warto, yang mana pihaknya sudah membatalkan sejumlah kegiatan keagamaan yang rencananya digelar dalam waktu dekat.

“Beberapa kegiatan yang dalam waktu dekat ini, kami batalkan semuanya. Ini demi melindungi umat agar tidak terpapar virus corona,” tandas Warto.

Adapun Ketua Pengurus Harian Pusat Parisada Hindu Indonesia (PHDI) Jateng, Anak Agung Ketut Darmaja, mengatakan ada beberapa ritus ibadah yang tidak bisa ditunda dan harus tetap berjalan, yakni upacara Tawur Agung menjelang hari suci Nyepi di Candi Prambanan.

“Tapi kami mengurangi pesertanya menjadi lebih sedikit dan mengedepankan protokol kesehatan yang ketat,” ucap Agung.

Terkait ritus keagamaan yang tidak bisa ditunda, Ganjar meminta agar sebelum prosesi peribadatan dimulai dilakukan protokol pengecekan kesehatan sesuai yang ditetapkan pemerintah. 

“Untuk yang tetap berjalan, kami minta aturannya harus ketat. Protokol kesehatannya harus sesuai prosedur yang berlaku,” tandas Ganjar.


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu