Follow Us :              

Peran Penting Santri di Tengah Pandemi

  22 July 2020  |   13:00:00  |   dibaca : 41514 
Kategori :
Bagikan :


Peran Penting Santri di Tengah Pandemi

22 July 2020 | 13:00:00 | dibaca : 41514
Kategori :
Bagikan :

Foto : Irfani (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Irfani (Humas Jateng)

SEMARANG - Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen berharap para santri menjadi garda terdepan, sebagai contoh dan teladan dalam penanganan COVID-19. Para santri juga dituntut berperan dalam memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai protokol kesehatan, melindungi para kiai, menerapkan budaya-budaya baru di lingkungan ponpes, serta membentuk Satuan Tugas Jogo Santri.

"Pondok pesantren sudah ada sejak sebelum negara Indonesia lahir. Selama itu pula ponpes sudah mewarnai dan memberikan kontribusi besar terhadap negara. Maka pada masa pandemi seperti sekarang, para santri harus menjadi garda terdepan, menjadi contoh dan teladan dalam penanganan COVID-19, jangan sampai ada cluster pesantren lagi," kata Taj Yasin, Rabu (22/7/2020).

Webinar dengan tema "Peran Pesantren di Masa New Normal" yang diselenggarakan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Purworejo di ruang kerjanya itu, Taj Yasin mengatakan, di tengah Pandemi COVID-19 para santri mempunyai peran penting dalam memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang COVID-19. Antara lain upaya-upaya menjaga kebersihan diri dan lingkungan ponpes, serta menjaga kesehatan penghuni ponpes dan warga sekitar. 

Termasuk sosialisasi supaya tidak menjauhi atau mengucilkan keluarga pasien yang positif terpapar COVID-19 dan tidak menolak jenazah warga yang meninggal akibat mengidap COVID-19. Hal itu terkait masih banyak masyarakat yang memberikan stigma negatif dan menjauhi warga positif COVID-19. 

"Santri harus dapat mengedukasi masyarakat bagaimana upaya mencegah penularan COVID-19. Selain itu juga sosialisasi kepada masyarakat supaya tidak mengucilkan keluarga pengidap COVID-19, apalagi menolak jenazah penderita COVID-19. Karena dalam Islam, orang yang meninggal karena wabah penyakit itu mati syahid, sehingga kita jangan ada yang menolak," terangnya. 

Tidak kalah penting adalah membudayakan salaman bil qolbi atau salaman dengan hati. Yaitu salaman dengan telapak tangan tidak saling bersentuhan, melainkan meletakkan tangan di dada saat berhadapan dengan kiai atau pengasuh ponpes. Sehingga protokol kesehatan tidak saling bersalaman atau menjaga jarak dapat diterapkan tanpa mengurangi rasa saling menghormati, serta budaya atau tradisi sowan dengan kiai tetap terlaksana dengan salaman bil qolbi.

Dalam kesempatan itu, Gus Yasin, sapaan akrabnya mengingatkan para santri untuk melek teknologi. Terlebih pada era serba digitalisasi sekarang, semua lini kehidupan menerapkan teknologi. Para santri pun diharapkan tidak gagap teknologi, sehingga aktivitas kegiatan belajar dan mengaji dapat terus dilakukan dalam kondisi apapun dan di manapun.

"Kita bersyukur saat pandemi diberikan kenikmatan dan kemudahan dalam proses kegiatan pembelajaran. Sekarang sudah tersedia berbagai aplikasi yang memudahkan santri dapat berdiskusi dan berkomunikasi tanpa harus bertatap muka langsung," katanya.


Bagikan :

SEMARANG - Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen berharap para santri menjadi garda terdepan, sebagai contoh dan teladan dalam penanganan COVID-19. Para santri juga dituntut berperan dalam memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai protokol kesehatan, melindungi para kiai, menerapkan budaya-budaya baru di lingkungan ponpes, serta membentuk Satuan Tugas Jogo Santri.

"Pondok pesantren sudah ada sejak sebelum negara Indonesia lahir. Selama itu pula ponpes sudah mewarnai dan memberikan kontribusi besar terhadap negara. Maka pada masa pandemi seperti sekarang, para santri harus menjadi garda terdepan, menjadi contoh dan teladan dalam penanganan COVID-19, jangan sampai ada cluster pesantren lagi," kata Taj Yasin, Rabu (22/7/2020).

Webinar dengan tema "Peran Pesantren di Masa New Normal" yang diselenggarakan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Purworejo di ruang kerjanya itu, Taj Yasin mengatakan, di tengah Pandemi COVID-19 para santri mempunyai peran penting dalam memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang COVID-19. Antara lain upaya-upaya menjaga kebersihan diri dan lingkungan ponpes, serta menjaga kesehatan penghuni ponpes dan warga sekitar. 

Termasuk sosialisasi supaya tidak menjauhi atau mengucilkan keluarga pasien yang positif terpapar COVID-19 dan tidak menolak jenazah warga yang meninggal akibat mengidap COVID-19. Hal itu terkait masih banyak masyarakat yang memberikan stigma negatif dan menjauhi warga positif COVID-19. 

"Santri harus dapat mengedukasi masyarakat bagaimana upaya mencegah penularan COVID-19. Selain itu juga sosialisasi kepada masyarakat supaya tidak mengucilkan keluarga pengidap COVID-19, apalagi menolak jenazah penderita COVID-19. Karena dalam Islam, orang yang meninggal karena wabah penyakit itu mati syahid, sehingga kita jangan ada yang menolak," terangnya. 

Tidak kalah penting adalah membudayakan salaman bil qolbi atau salaman dengan hati. Yaitu salaman dengan telapak tangan tidak saling bersentuhan, melainkan meletakkan tangan di dada saat berhadapan dengan kiai atau pengasuh ponpes. Sehingga protokol kesehatan tidak saling bersalaman atau menjaga jarak dapat diterapkan tanpa mengurangi rasa saling menghormati, serta budaya atau tradisi sowan dengan kiai tetap terlaksana dengan salaman bil qolbi.

Dalam kesempatan itu, Gus Yasin, sapaan akrabnya mengingatkan para santri untuk melek teknologi. Terlebih pada era serba digitalisasi sekarang, semua lini kehidupan menerapkan teknologi. Para santri pun diharapkan tidak gagap teknologi, sehingga aktivitas kegiatan belajar dan mengaji dapat terus dilakukan dalam kondisi apapun dan di manapun.

"Kita bersyukur saat pandemi diberikan kenikmatan dan kemudahan dalam proses kegiatan pembelajaran. Sekarang sudah tersedia berbagai aplikasi yang memudahkan santri dapat berdiskusi dan berkomunikasi tanpa harus bertatap muka langsung," katanya.


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu