Follow Us :              

Tekan Angka Kematian, Ganjar Minta Penderita Gula Darah dan Hipertensi Tetap di Rumah

  18 September 2020  |   09:00:00  |   dibaca : 1321 
Kategori :
Bagikan :


Tekan Angka Kematian, Ganjar Minta Penderita Gula Darah dan Hipertensi Tetap di Rumah

18 September 2020 | 09:00:00 | dibaca : 1321
Kategori :
Bagikan :

Foto : Slam (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Slam (Humas Jateng)

SEMARANG - Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo meminta masyarakat yang memiliki penyakit gula darah dan hipertensi untuk tetap di rumah. Sebab, dua penyakit itu disebut sebagai penyakit penyerta (komorbid) penyebab tertinggi kasus kematian akibat COVID-19 di Jawa Tengah.

Hal itu disampaikan Ganjar saat memimpin upacara pembagian masker kepada Anggota TNI/Poliri dan komunitas masyarakat di halaman Mapolda Jateng, Jl Pahlawan Kota Semarang, Jumat (18/9/2020). Acara itu juga dihadiri Komisi III DPR RI, jajaran Polda Jateng, Kejati Jateng dan tamu undangan lainnya.

"Saya ingatkan kepada masyarakat, yang merasa memiliki gula darah tinggi, hipertensi jangan klayaban. Lebih baik di rumah saja. Sebab, dua penyakit ini yang paling tinggi menyebabkan angka kematian selama pandemi Covid-19 di Jawa Tengah," imbau Ganjar.

Dari data yang ada, kasus meninggal pasien COVID-19 dengan penyakit gula darah tinggi di Jawa Tengah sebesar 39,9 persen. Sementara, pasien COVID-19 yang meninggal disertai komorbid hipertensi sebanyak 32,0 persen.

Ganjar mengatakan untuk memutus mata rantai penyebaran COVID-19, ujung tombaknya adalah masyarakat. Masyarakat bisa menjadi pahlawan, dengan berperang melawan COVID-19 menggunakan kebiasaan baru.

"Tentara melawan COVID-19 ini ya kita sendiri. Dokter dan tenaga kesehatan itu benteng terakhir. Bagaimana cara berjuangnya, mudah yakni hanya dengan tertib menerapkan 3 M, memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan pakai sabun," terangnya.

Angka penularan COVID-19 di Jawa Tengah masih cukup tinggi. Dalam dua minggu ke depan, pihaknya akan berupaya sekuat tenaga untuk menekan angka penularan, angka kematian dan meningkatkan angka kesembuhan COVID-19 di Jawa Tengah.

"Tidak bisa hanya pemerintah, makanya saya senang hari ini ada komunitas yang dilibatkan. Bantuan dari komunitas ini sangat penting, untuk menyosialisasikan sampai tingkat terkecil. Komunitas adalah pionir, agen untuk sosialisasi kepada orang-orang terdekat," pungkasnya.

Dalam acara pembagian masker tersebut, sejumlah komunitas dihadirkan. Diantaranya komunitas sepeda, komunitas motor, mobil, ojek online, pedagang pasar dan lain sebagainya. Turut pula dibagikan kepada Babinsa dan Babhinkamtibmas di seluruh Jawa Tengah.

Sementara itu, pimpinan Komisi III DPR RI, Adies Kadir mengapresiasi upaya Jawa Tengah dalam menekan angka penularan COVID-19. Seluruh jajaran birokrasinya, baik Gubernur, TNI, Polri dan komunitas semuanya bersatu dalam upaya ini.

"Ini langkah bagus, semuanya dilibatkan termasuk komunitas. Semua harus turun sosialisasi pada masyarakat agar tidak menganggap remeh virus ini," kata Adies.

Adies juga berharap penegakan hukum bagi pelanggar protokol kesehatan terus digalakkan. Ia meminta agar ada peraturan khusus yang mengatur terkait sanksi itu.

"Kalau bisa sanksinya yang sama, dan bisa memberikan efek jera. Jangan beda-beda, di daerah sana disuruh nyapu, di sini disuruh nyanyi dan lainnya. Kalau bisa disamakan, agar bisa terukur," pungkasnya.


Bagikan :

SEMARANG - Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo meminta masyarakat yang memiliki penyakit gula darah dan hipertensi untuk tetap di rumah. Sebab, dua penyakit itu disebut sebagai penyakit penyerta (komorbid) penyebab tertinggi kasus kematian akibat COVID-19 di Jawa Tengah.

Hal itu disampaikan Ganjar saat memimpin upacara pembagian masker kepada Anggota TNI/Poliri dan komunitas masyarakat di halaman Mapolda Jateng, Jl Pahlawan Kota Semarang, Jumat (18/9/2020). Acara itu juga dihadiri Komisi III DPR RI, jajaran Polda Jateng, Kejati Jateng dan tamu undangan lainnya.

"Saya ingatkan kepada masyarakat, yang merasa memiliki gula darah tinggi, hipertensi jangan klayaban. Lebih baik di rumah saja. Sebab, dua penyakit ini yang paling tinggi menyebabkan angka kematian selama pandemi Covid-19 di Jawa Tengah," imbau Ganjar.

Dari data yang ada, kasus meninggal pasien COVID-19 dengan penyakit gula darah tinggi di Jawa Tengah sebesar 39,9 persen. Sementara, pasien COVID-19 yang meninggal disertai komorbid hipertensi sebanyak 32,0 persen.

Ganjar mengatakan untuk memutus mata rantai penyebaran COVID-19, ujung tombaknya adalah masyarakat. Masyarakat bisa menjadi pahlawan, dengan berperang melawan COVID-19 menggunakan kebiasaan baru.

"Tentara melawan COVID-19 ini ya kita sendiri. Dokter dan tenaga kesehatan itu benteng terakhir. Bagaimana cara berjuangnya, mudah yakni hanya dengan tertib menerapkan 3 M, memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan pakai sabun," terangnya.

Angka penularan COVID-19 di Jawa Tengah masih cukup tinggi. Dalam dua minggu ke depan, pihaknya akan berupaya sekuat tenaga untuk menekan angka penularan, angka kematian dan meningkatkan angka kesembuhan COVID-19 di Jawa Tengah.

"Tidak bisa hanya pemerintah, makanya saya senang hari ini ada komunitas yang dilibatkan. Bantuan dari komunitas ini sangat penting, untuk menyosialisasikan sampai tingkat terkecil. Komunitas adalah pionir, agen untuk sosialisasi kepada orang-orang terdekat," pungkasnya.

Dalam acara pembagian masker tersebut, sejumlah komunitas dihadirkan. Diantaranya komunitas sepeda, komunitas motor, mobil, ojek online, pedagang pasar dan lain sebagainya. Turut pula dibagikan kepada Babinsa dan Babhinkamtibmas di seluruh Jawa Tengah.

Sementara itu, pimpinan Komisi III DPR RI, Adies Kadir mengapresiasi upaya Jawa Tengah dalam menekan angka penularan COVID-19. Seluruh jajaran birokrasinya, baik Gubernur, TNI, Polri dan komunitas semuanya bersatu dalam upaya ini.

"Ini langkah bagus, semuanya dilibatkan termasuk komunitas. Semua harus turun sosialisasi pada masyarakat agar tidak menganggap remeh virus ini," kata Adies.

Adies juga berharap penegakan hukum bagi pelanggar protokol kesehatan terus digalakkan. Ia meminta agar ada peraturan khusus yang mengatur terkait sanksi itu.

"Kalau bisa sanksinya yang sama, dan bisa memberikan efek jera. Jangan beda-beda, di daerah sana disuruh nyapu, di sini disuruh nyanyi dan lainnya. Kalau bisa disamakan, agar bisa terukur," pungkasnya.


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu