Follow Us :              

32.495 Orang yang Masuk ke Jateng Non Reaktif Covid-19

  29 October 2020  |   19:00:00  |   dibaca : 1175 
Kategori :
Bagikan :


32.495 Orang yang Masuk ke Jateng Non Reaktif Covid-19

29 October 2020 | 19:00:00 | dibaca : 1175
Kategori :
Bagikan :

Foto : Simon (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Simon (Humas Jateng)

SEMARANG – Libur panjang mulai 28 Oktober hingga 1 November 2020 sudah diprediksi akan terjadi kenaikan mobilitas masyarakat, terutama dari DKI Jakarta dan Jawa Barat ke Jawa Tengah. Berdasarkan data yang direkap di pintu tol Kalikangkung, hingga hari ini ada sebanyak 32.495 orang yang masuk ke Jawa Tengah. 

Saat menjadi narasumber dialog Sapa Indonesia Malam di Kompas TV, Kamis (29/10/2020), Wagub Taj Yasin Maimoen mengatakan, untuk mengantisipasi terjadinya penyebaran virus corona akibat mobilitas masyarakat yang tinggi, Pemprov melakukan random Test Rapid dan swab PCR Covid-19. Terdapat tujuh lokasi yang menjadi fokus random Test Rapid dan swab PCR Covid-19. Tujuh lokasi tersebut adalah gerbang tol Kalikangkung, wisata Dusun Semilir, wisata Dieng, wisata Owabong, wisata Tawangmangu, Candi Borobudur dan Terminal Pati. 

“Hingga saat ini belum ada laporan, masyarakat yang dites secara random ditemukan reaktif. Semuanya non reaktif dengan jumlah yang dites sekitar 10 persen,” ujarnya. 

Gus Yasin, sapaan akrabnya, menyatakan Pemprov Jateng betul-betul mengantisipasi terjadinya penularan covid 19.  Selama libur panjang ini, Pemprov Jateng melibatkan TNI/ POLRI, dan Dinas Kesehatan kabupaten/ kota, untuk diturunkan di tempat-tempat wisata. TNI/ POLRI diminta ketat mengawasi masyarakat dalam melaksanakan protokol kesehatan. 

“Di setiap destinasi wisata, kita bekerja sama dengan TNI/ POLRI dan Dinas Kesehatan kabupaten/ kota, kita turunkan semua untuk mengawal protokol kesehatan. Mereka secara bergiliran terus menerus mengingatkan protokol kesehatan,” jelas dia. 

Pakar Epidemiologi Universitas Gadjah Mada, Riris Andono Ahmad mengatakan, tidak ditemukannya masyarakat yang reaktif saat melakukan mobilitas di Jawa Tengah, memang masih mungkin. Sebab, prevalensi covid-19, secara umum di Indonesia masih terhitung rendah. 

“Kalau melihat dari beberapa survey yang ada, misalnya terakhir oleh UI, dipopulasi baru sekitar 4 persen. Jadi sebenarnya memang masih banyak orang yang belum terinfeksi,” ungkap dia.

Namun dengan adanya mobilitas, lanjut dia, akan membuat orang berpotensi terinfeksi. Jika lokasi tujuan kegiatannya tertutup, dengan durasi lama, dan jaraknya saling berdekatan, maka potensi penularannya sangat besar. Tetapi jika sebaliknya, maka potensi penularannya lebih kecil. 

“Yang pasti, kerumunan harus dihindari. Masyarakat harus konsisten menerapkan 3 M (mencuci tangan, menjaga jarak, dan menjauhi kerumunan) dan pemerintah melaksanakan 3 T (testing, tracing, dan treatment), “ pungkasnya.


Bagikan :

SEMARANG – Libur panjang mulai 28 Oktober hingga 1 November 2020 sudah diprediksi akan terjadi kenaikan mobilitas masyarakat, terutama dari DKI Jakarta dan Jawa Barat ke Jawa Tengah. Berdasarkan data yang direkap di pintu tol Kalikangkung, hingga hari ini ada sebanyak 32.495 orang yang masuk ke Jawa Tengah. 

Saat menjadi narasumber dialog Sapa Indonesia Malam di Kompas TV, Kamis (29/10/2020), Wagub Taj Yasin Maimoen mengatakan, untuk mengantisipasi terjadinya penyebaran virus corona akibat mobilitas masyarakat yang tinggi, Pemprov melakukan random Test Rapid dan swab PCR Covid-19. Terdapat tujuh lokasi yang menjadi fokus random Test Rapid dan swab PCR Covid-19. Tujuh lokasi tersebut adalah gerbang tol Kalikangkung, wisata Dusun Semilir, wisata Dieng, wisata Owabong, wisata Tawangmangu, Candi Borobudur dan Terminal Pati. 

“Hingga saat ini belum ada laporan, masyarakat yang dites secara random ditemukan reaktif. Semuanya non reaktif dengan jumlah yang dites sekitar 10 persen,” ujarnya. 

Gus Yasin, sapaan akrabnya, menyatakan Pemprov Jateng betul-betul mengantisipasi terjadinya penularan covid 19.  Selama libur panjang ini, Pemprov Jateng melibatkan TNI/ POLRI, dan Dinas Kesehatan kabupaten/ kota, untuk diturunkan di tempat-tempat wisata. TNI/ POLRI diminta ketat mengawasi masyarakat dalam melaksanakan protokol kesehatan. 

“Di setiap destinasi wisata, kita bekerja sama dengan TNI/ POLRI dan Dinas Kesehatan kabupaten/ kota, kita turunkan semua untuk mengawal protokol kesehatan. Mereka secara bergiliran terus menerus mengingatkan protokol kesehatan,” jelas dia. 

Pakar Epidemiologi Universitas Gadjah Mada, Riris Andono Ahmad mengatakan, tidak ditemukannya masyarakat yang reaktif saat melakukan mobilitas di Jawa Tengah, memang masih mungkin. Sebab, prevalensi covid-19, secara umum di Indonesia masih terhitung rendah. 

“Kalau melihat dari beberapa survey yang ada, misalnya terakhir oleh UI, dipopulasi baru sekitar 4 persen. Jadi sebenarnya memang masih banyak orang yang belum terinfeksi,” ungkap dia.

Namun dengan adanya mobilitas, lanjut dia, akan membuat orang berpotensi terinfeksi. Jika lokasi tujuan kegiatannya tertutup, dengan durasi lama, dan jaraknya saling berdekatan, maka potensi penularannya sangat besar. Tetapi jika sebaliknya, maka potensi penularannya lebih kecil. 

“Yang pasti, kerumunan harus dihindari. Masyarakat harus konsisten menerapkan 3 M (mencuci tangan, menjaga jarak, dan menjauhi kerumunan) dan pemerintah melaksanakan 3 T (testing, tracing, dan treatment), “ pungkasnya.


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu