Follow Us :              

Malu Pada Ganjar, Bupati Rembang Turunkan Zona Merah Legam Jadi Kuning Kehijauan Hanya Dalam Tiga Bulan

  16 March 2021  |   09:00:00  |   dibaca : 1580 
Kategori :
Bagikan :


Malu Pada Ganjar, Bupati Rembang Turunkan Zona Merah Legam Jadi Kuning Kehijauan Hanya Dalam Tiga Bulan

16 March 2021 | 09:00:00 | dibaca : 1580
Kategori :
Bagikan :

Foto : Tim Humas (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Tim Humas (Humas Jateng)

REMBANG - Pemerintah Kabupaten Rembang sukses menjalankan program Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dan gerakan Jogo Tonggo yang dicanangkan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo.  Ketegasan Pemkab dalam pelaksanaan program, berhasil membawa Rembang dari zona merah legam menuju zona kuning kehijauan. 

Bupati Rembang, Abdul Hafidz, pada Selasa (16/03/2021) mengungkapkan dua kunci keberhasilan penanggulangan Covid-19 di wilayahnya. Pertama, kebijakan yang tegas untuk menegakkan protokol kesehatan, dan kedua konsolidasi serta koordinasi dengan Satgas Covid-19  dari tingkat kabupaten sampai dengan desa untuk memastikan kebijakan itu dipelaksanakan. 

"Saya perintahkan Satgas harus hadir saat ada  masyarakat (yang berkerumun), seperti  resepsi pengantin, sunatan," jelas Hafidz. Tidak hanya menertibkan kerumunan di masyarakat, Hafidz juga menutup aktivitas pasar setiap hari Jumat untuk dilakukan penyemprotan desifektan. 

Menurutnya, penutupan pasar sangat efektif menekan penyebaran. Langkah ini bahkan masih dilakukan sampai sekarang, meskipun kabupaten ini sudah mulai masuk zona hijau. Penutupan pasar terutama dilakukan di daerah-daerah yang dianggap masih rawan penyebaran. 

"Kami menjalankan Keputusan Mendagri  dan Pak Gubenur  (tentang PPKM). Satgas harus berada di lapangan setiap hari. Camat tiap pukul 19.30 harus sudah mengirimkan video operasi persiapan penutupan pedagang-pedagang kaki lima, toko-toko, karena sesuai aturan PPKM, mereka yang harus tutup pukul 19.00," jelasnya. Kegiatan ini bagian dari operasi Yustisi yang dilakukan Pemkab bersama TNI dan Polisi. 

Seperti dikatakan Dandim 0720/Rembang, Letkol Kav Donan Wahyu Sejati dan Wakapolres Rembang Kompol Tamlikan, kegiatan operasi bersama ini menjadi bagian dari dukungan institusi mereka dalam upaya memastikan kebijakan penanganan Covid-19 benar-benar dilakukan. 

Bukan keputusan mudah bagi Hafidz untuk melakukan penutupan usaha di tengah melemahnya ekonomi masyarakat akibat pandemi. “Saya sebenarnya tidak tega pada PKL. Mereka baru buka jam setengah enam, jam tujuh sudah harus tutup. Tetapi demi untuk kepentingan yang lebih besar, terpaksa saya tega-tegakan," ungkapnya. 

Selain TNI dan Polisi, Kejaksaan negeri juga ikut berperan, khususnya dalam memberikan sosialisasi protokol kesehatan. Seperti disampaikan Kepala Kajari Rembang, Anita Asterida,  jajarannya selama ini juga ikut membantu dalam pencegahan penyebaran Covid-19 di dengan mensosialisasikan protokol kesehatan kepada industri-industri tambang di kabupaten Rembang. 

Berkat kerjasama Forkopimda kesadaran dan partisipasi masyarakat pada penanggulangan Covid-19 meningkat. Hal ini sangat mendukung keberhasilan program Jogo Tonggo yang dicanangkan Ganjar Pranowo. 

Kilas balik, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Rembang Ali Syafi'i,  menceritakan kondisi Rembang pada kurun waktu pertengahan Desember 2020 sampai awal Januari 2021 lalu. Saat itu penambahan kasus dalam 28 hari mencapai 1.022 dan 107 diantaranya meninggal dunia. 

Kebanyakan mereka terpengaruh berita-berita hoaks sehingga tidak bisa menyikapi Covid-19 ini dengan tepat. Ada yang sangat abai, ada pula yang takut berlebihan. Mereka percaya rumor, rumah sakit dan puskesmas akan memvonis Covid-19 pada semua pasien. Akibatnya masyarakat enggan memeriksakan diri lebih awal. Mereka baru datang berobat setelah kondisinya sangat parah dan perlu rawat inap. Akibatnya, rumah sakit jadi kelebihan kapasitas, dan pasien banyak yang tidak mampu terselamatkan. 

"Karena rumah sakit kelebihan kapasitas, pasien yang butuh kamar harus menunggu di UGD sampai 24 jam," kenang Syafi'i. Karena banyaknya pasien yang meninggal, kepala puskesmas Rembang I sampai menangis karena puskesmasnya lebih mirip dinas pemakaman. Lebih sibuk mengurusi kematian dibanding melakukan pengobatan. 

Atas kejadian itu, sebagai bupati, Hafidz sempat merasa malu dan tidak enak hati pada pada Gubernur  Ganjar Pranowo.  "Saya sampai tidak enak dengan Pak Gubernur, malu. Saking tidak enaknya, di group WA (gubenur dan para kepala daerah se Jawa Tengah) saya lebih banyak menyimak dan diam saja. Saya lebih memilih menjawab dengan kerja dan bukti nyata untuk memperbaiki." 

Beruntung, Pemprov Jawa Tengah menempatkan Edy Supriyanta, Kepala Biro Umum di Pemprov, sebagai Pj. Sekretaris Daerah. Kehadirannya tepat disaat krisis, diakui Hafidz sangat membantunya mengatasi keadaaan. 

Berkat kesigapan Edy  melaksanakan arahan bupati di lapangan, proses penanggulangan Covid-19 berjalan efektif. Dalam waktu tiga bulan, dari seluruh jumlah Rukun Tetangga di Rembang, 98,45% sudah zona hijau. “Jadi Rembang bisa seperti sekarang, itu karena Pak Edy. Beliau inilah Panglimanya (penanganan) Covid di Rembang," pujinya.


Bagikan :

REMBANG - Pemerintah Kabupaten Rembang sukses menjalankan program Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dan gerakan Jogo Tonggo yang dicanangkan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo.  Ketegasan Pemkab dalam pelaksanaan program, berhasil membawa Rembang dari zona merah legam menuju zona kuning kehijauan. 

Bupati Rembang, Abdul Hafidz, pada Selasa (16/03/2021) mengungkapkan dua kunci keberhasilan penanggulangan Covid-19 di wilayahnya. Pertama, kebijakan yang tegas untuk menegakkan protokol kesehatan, dan kedua konsolidasi serta koordinasi dengan Satgas Covid-19  dari tingkat kabupaten sampai dengan desa untuk memastikan kebijakan itu dipelaksanakan. 

"Saya perintahkan Satgas harus hadir saat ada  masyarakat (yang berkerumun), seperti  resepsi pengantin, sunatan," jelas Hafidz. Tidak hanya menertibkan kerumunan di masyarakat, Hafidz juga menutup aktivitas pasar setiap hari Jumat untuk dilakukan penyemprotan desifektan. 

Menurutnya, penutupan pasar sangat efektif menekan penyebaran. Langkah ini bahkan masih dilakukan sampai sekarang, meskipun kabupaten ini sudah mulai masuk zona hijau. Penutupan pasar terutama dilakukan di daerah-daerah yang dianggap masih rawan penyebaran. 

"Kami menjalankan Keputusan Mendagri  dan Pak Gubenur  (tentang PPKM). Satgas harus berada di lapangan setiap hari. Camat tiap pukul 19.30 harus sudah mengirimkan video operasi persiapan penutupan pedagang-pedagang kaki lima, toko-toko, karena sesuai aturan PPKM, mereka yang harus tutup pukul 19.00," jelasnya. Kegiatan ini bagian dari operasi Yustisi yang dilakukan Pemkab bersama TNI dan Polisi. 

Seperti dikatakan Dandim 0720/Rembang, Letkol Kav Donan Wahyu Sejati dan Wakapolres Rembang Kompol Tamlikan, kegiatan operasi bersama ini menjadi bagian dari dukungan institusi mereka dalam upaya memastikan kebijakan penanganan Covid-19 benar-benar dilakukan. 

Bukan keputusan mudah bagi Hafidz untuk melakukan penutupan usaha di tengah melemahnya ekonomi masyarakat akibat pandemi. “Saya sebenarnya tidak tega pada PKL. Mereka baru buka jam setengah enam, jam tujuh sudah harus tutup. Tetapi demi untuk kepentingan yang lebih besar, terpaksa saya tega-tegakan," ungkapnya. 

Selain TNI dan Polisi, Kejaksaan negeri juga ikut berperan, khususnya dalam memberikan sosialisasi protokol kesehatan. Seperti disampaikan Kepala Kajari Rembang, Anita Asterida,  jajarannya selama ini juga ikut membantu dalam pencegahan penyebaran Covid-19 di dengan mensosialisasikan protokol kesehatan kepada industri-industri tambang di kabupaten Rembang. 

Berkat kerjasama Forkopimda kesadaran dan partisipasi masyarakat pada penanggulangan Covid-19 meningkat. Hal ini sangat mendukung keberhasilan program Jogo Tonggo yang dicanangkan Ganjar Pranowo. 

Kilas balik, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Rembang Ali Syafi'i,  menceritakan kondisi Rembang pada kurun waktu pertengahan Desember 2020 sampai awal Januari 2021 lalu. Saat itu penambahan kasus dalam 28 hari mencapai 1.022 dan 107 diantaranya meninggal dunia. 

Kebanyakan mereka terpengaruh berita-berita hoaks sehingga tidak bisa menyikapi Covid-19 ini dengan tepat. Ada yang sangat abai, ada pula yang takut berlebihan. Mereka percaya rumor, rumah sakit dan puskesmas akan memvonis Covid-19 pada semua pasien. Akibatnya masyarakat enggan memeriksakan diri lebih awal. Mereka baru datang berobat setelah kondisinya sangat parah dan perlu rawat inap. Akibatnya, rumah sakit jadi kelebihan kapasitas, dan pasien banyak yang tidak mampu terselamatkan. 

"Karena rumah sakit kelebihan kapasitas, pasien yang butuh kamar harus menunggu di UGD sampai 24 jam," kenang Syafi'i. Karena banyaknya pasien yang meninggal, kepala puskesmas Rembang I sampai menangis karena puskesmasnya lebih mirip dinas pemakaman. Lebih sibuk mengurusi kematian dibanding melakukan pengobatan. 

Atas kejadian itu, sebagai bupati, Hafidz sempat merasa malu dan tidak enak hati pada pada Gubernur  Ganjar Pranowo.  "Saya sampai tidak enak dengan Pak Gubernur, malu. Saking tidak enaknya, di group WA (gubenur dan para kepala daerah se Jawa Tengah) saya lebih banyak menyimak dan diam saja. Saya lebih memilih menjawab dengan kerja dan bukti nyata untuk memperbaiki." 

Beruntung, Pemprov Jawa Tengah menempatkan Edy Supriyanta, Kepala Biro Umum di Pemprov, sebagai Pj. Sekretaris Daerah. Kehadirannya tepat disaat krisis, diakui Hafidz sangat membantunya mengatasi keadaaan. 

Berkat kesigapan Edy  melaksanakan arahan bupati di lapangan, proses penanggulangan Covid-19 berjalan efektif. Dalam waktu tiga bulan, dari seluruh jumlah Rukun Tetangga di Rembang, 98,45% sudah zona hijau. “Jadi Rembang bisa seperti sekarang, itu karena Pak Edy. Beliau inilah Panglimanya (penanganan) Covid di Rembang," pujinya.


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu