Follow Us :              

Bareng Yenny Wahid Luncurkan Desa Damai, Ganjar : Kalau Desanya Rukun, Mbangune Enak

  09 October 2021  |   10:00:00  |   dibaca : 952 
Kategori :
Bagikan :


Bareng Yenny Wahid Luncurkan Desa Damai, Ganjar : Kalau Desanya Rukun, Mbangune Enak

09 October 2021 | 10:00:00 | dibaca : 952
Kategori :
Bagikan :

Foto : Vivi (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Vivi (Humas Jateng)

SURAKARTA - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo berharap program desa damai yang digagas Wahid Foundation dan UN Women bisa digabungkan dengan program desa inklusif yang telah berjalan di Jawa Tengah. Sehingga memudahkan proses pembangunan. 

Hal itu disampaikan Ganjar, usai menghadiri dan meresmikan Pilar Perdamaian “The Water of Peace” dan Deklarasi Kelurahan Damai di Tipes, Serengan, Kota Surakarta, Sabtu (9/10). 

“Bagus sekali, kalau seluruh desa kita bisa bikin kegiatan seperti ini maka insyaallah desa-desa itu akan jauh lebih nyaman, mereka akan rukun dan di desa tipes di Solo ini menjadi contoh,” ujarnya. 

“Kalau kemudian setiap desa ini bisa kita kerjakan, maka desa-desa akan damai. Kalau damai mikir pembangunannya gampang," imbuhnya. 

Di sisi lain, Ganjar juga menilai program desa damai ini bisa digabungkan dengan program desa inklusif yang telah berjalan di Jawa Tengah. Dengan cara itu, lanjut Ganjar, dia melihat masa depan pembangunan Indonesia yang lebih cerah. 

“Kalau itu bisa digabungkan nanti kita tambahi program ini. Maka nanti urusan hubungan antar manusianya beres. Mereka aman, mereka seneng, mereka bahagia, mereka tentrem, mesti mbangune (pasti membangunnya) enak, karena gotong royongnya biasanya akan kuat sekali,” tandasnya. 

Zannuba Ariffah Chafsoh atau Yenny Wahid sebagai Direktur Wahid Foundation menjelaskan, program desa damai ini sudah ada di 30 desa yang 18 diantaranya telah deklarasi. Yenny mengatakan, ada tiga pilar utama yang menjadi bagian dari program desa damai. 

“Pertama penguatan ekonomi masyarakat. Jadi ada pelatihan, ngajari masyarakat untuk mengatur cashflow (keuangan). Kedua adalah penghormatan, (yaitu) pelatihan untuk bagaimana kita bisa menghormati perbedaan keyakinan. Ini perlu ada mekanisme di masyarakat. Misalnya pencegahan konflik, perangkat desa mengumpulkan siapa. Ketiga peran perempuan, karena ketika dia (perempuan) lebih berdaya maka mereka akan memberi untuk keluaraga dan lingkungan sekitar,” tutur Yenny. 

Perwakilan dari UN Women yang hadir dalam acara itu yakni Dwi Yuliawati Fais. UN Women merupakan bagian dari organisasi PBB yang bergerak untuk Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan. 

Peresmian Desa Damai ditandai dengan pembacaan deklarasi Desa Damai oleh tujuh perempuan yang mewakili warga desa. Selain itu, turut diresmikan pula pilar perdamaian “The Water of Peace”.  Ganjar dan Yenny Wahid bahkan sempat berduet menyanyikan lagu berjudul Pancasila. Lagu berisikan lirik dari teks Pancasila yang dilantunkan dengan bahasa Jawa dengan nada lagu religi terkenal berjudul Tombo Ati.


Bagikan :

SURAKARTA - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo berharap program desa damai yang digagas Wahid Foundation dan UN Women bisa digabungkan dengan program desa inklusif yang telah berjalan di Jawa Tengah. Sehingga memudahkan proses pembangunan. 

Hal itu disampaikan Ganjar, usai menghadiri dan meresmikan Pilar Perdamaian “The Water of Peace” dan Deklarasi Kelurahan Damai di Tipes, Serengan, Kota Surakarta, Sabtu (9/10). 

“Bagus sekali, kalau seluruh desa kita bisa bikin kegiatan seperti ini maka insyaallah desa-desa itu akan jauh lebih nyaman, mereka akan rukun dan di desa tipes di Solo ini menjadi contoh,” ujarnya. 

“Kalau kemudian setiap desa ini bisa kita kerjakan, maka desa-desa akan damai. Kalau damai mikir pembangunannya gampang," imbuhnya. 

Di sisi lain, Ganjar juga menilai program desa damai ini bisa digabungkan dengan program desa inklusif yang telah berjalan di Jawa Tengah. Dengan cara itu, lanjut Ganjar, dia melihat masa depan pembangunan Indonesia yang lebih cerah. 

“Kalau itu bisa digabungkan nanti kita tambahi program ini. Maka nanti urusan hubungan antar manusianya beres. Mereka aman, mereka seneng, mereka bahagia, mereka tentrem, mesti mbangune (pasti membangunnya) enak, karena gotong royongnya biasanya akan kuat sekali,” tandasnya. 

Zannuba Ariffah Chafsoh atau Yenny Wahid sebagai Direktur Wahid Foundation menjelaskan, program desa damai ini sudah ada di 30 desa yang 18 diantaranya telah deklarasi. Yenny mengatakan, ada tiga pilar utama yang menjadi bagian dari program desa damai. 

“Pertama penguatan ekonomi masyarakat. Jadi ada pelatihan, ngajari masyarakat untuk mengatur cashflow (keuangan). Kedua adalah penghormatan, (yaitu) pelatihan untuk bagaimana kita bisa menghormati perbedaan keyakinan. Ini perlu ada mekanisme di masyarakat. Misalnya pencegahan konflik, perangkat desa mengumpulkan siapa. Ketiga peran perempuan, karena ketika dia (perempuan) lebih berdaya maka mereka akan memberi untuk keluaraga dan lingkungan sekitar,” tutur Yenny. 

Perwakilan dari UN Women yang hadir dalam acara itu yakni Dwi Yuliawati Fais. UN Women merupakan bagian dari organisasi PBB yang bergerak untuk Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan. 

Peresmian Desa Damai ditandai dengan pembacaan deklarasi Desa Damai oleh tujuh perempuan yang mewakili warga desa. Selain itu, turut diresmikan pula pilar perdamaian “The Water of Peace”.  Ganjar dan Yenny Wahid bahkan sempat berduet menyanyikan lagu berjudul Pancasila. Lagu berisikan lirik dari teks Pancasila yang dilantunkan dengan bahasa Jawa dengan nada lagu religi terkenal berjudul Tombo Ati.


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu