Follow Us :              

Akademisi Usul Sayung Jadi Wisata Edukasi, Taj Yasin : Jangan Hanya Mangrove Tapi Juga Budaya

  02 November 2021  |   08:00:00  |   dibaca : 431 
Kategori :
Bagikan :


Akademisi Usul Sayung Jadi Wisata Edukasi, Taj Yasin : Jangan Hanya Mangrove Tapi Juga Budaya

02 November 2021 | 08:00:00 | dibaca : 431
Kategori :
Bagikan :

Foto : Simon (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Simon (Humas Jateng)

SEMARANG - Tim riset kolaborasi Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya dan Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Surakarta mengusulkan pemberdayaan masyarakat berdasar aset untuk mengatasi bencana abrasi di Sayung, Demak. 

Hal ini disampaikan saat mereka beraudiensi dengan Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen. Koordinator tim riset, Dr. H. Abdul Halim, M.ag, mengatakan  bahwa masyarakat di wilayah yang terendam air laut mengalami dampak serius di Sayung. 

"Ada sekitar 23 orang yang terdampak. Tambak mereka terendam. Bangunan rumah juga terkena abrasi," kata Halim di hadapan, Taj Yasin Maimoen, Selasa (02/11/2021). 

Halim menambahkan, meski di kawasan Sayung terkena abrasi dan terendam air laut, ada beberapa potensi yang bisa dijadikan aset untuk peningkatan ekonomi masyarakat. 

Disebutkan, ada kawasan hutan Mangrove yang dapat dijadikan sebagai wisata edukasi. Selain itu juga keberadaaan lautan dangkal di lokasi tersebut juga yang berpotensi menjadi daya tarik wisata, termasuk makam Syekh Mudzakir yang tetap berdiri kokoh di tengah lautan. 

"Kami ingin memberikan solusi melalui riset aksi kolaborasi. (Kemudian) Kami lanjutkan dengan pendampingan kepada masyarakat," tambahnya. 

Menanggapi hal itu Taj Yasin menyambut baik usulan para peneliti. Dia sangat menyepakati metode riset dengan melibatkan warga setempat. Dia bahkan mengusulkan agar dalam riset tersebut juga dapat mempelajari budaya. 

"Menurut saya lebih dari itu. Kalau kita hanya mengangkat mangrove nya, rasanya belum ada gregetnya. Bukan hanya mangrove nya saja, tapi kebudayaannya juga diangkat," kata Taj Yasin. 

Taj Yasin menilai dengan melibatkan masyarakat, maka ada unsur edukasi secara langsung yang diterima oleh masyarakat. Sehingga, lanjutnya, mereka paham dan menyadari betul kondisi yang mereka alami saat ini. 

"Saya ingin masyarakat dilibatkan betul. Bukan hanya literasi, namun menyadarkan masyarakat, bahwa ini musibah yang (bisa) menjadi berkah. Aset itu tidak bermanfaat kalau tidak ada daya tariknya. Mestinya ini kita ubah, syukur-syukur riset ini menyadarkan masyarakat masih ada nilai ekonomisnya. Di-include-kan dengan Makam Mbah Mudzakir. Apa yang bisa kami bantu untuk membuat kajian terkait pariwisata. Kalau nanti sudah muncul bisa kita tawarkan (pada masyarakat)," tutupnya.


Bagikan :

SEMARANG - Tim riset kolaborasi Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya dan Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Surakarta mengusulkan pemberdayaan masyarakat berdasar aset untuk mengatasi bencana abrasi di Sayung, Demak. 

Hal ini disampaikan saat mereka beraudiensi dengan Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen. Koordinator tim riset, Dr. H. Abdul Halim, M.ag, mengatakan  bahwa masyarakat di wilayah yang terendam air laut mengalami dampak serius di Sayung. 

"Ada sekitar 23 orang yang terdampak. Tambak mereka terendam. Bangunan rumah juga terkena abrasi," kata Halim di hadapan, Taj Yasin Maimoen, Selasa (02/11/2021). 

Halim menambahkan, meski di kawasan Sayung terkena abrasi dan terendam air laut, ada beberapa potensi yang bisa dijadikan aset untuk peningkatan ekonomi masyarakat. 

Disebutkan, ada kawasan hutan Mangrove yang dapat dijadikan sebagai wisata edukasi. Selain itu juga keberadaaan lautan dangkal di lokasi tersebut juga yang berpotensi menjadi daya tarik wisata, termasuk makam Syekh Mudzakir yang tetap berdiri kokoh di tengah lautan. 

"Kami ingin memberikan solusi melalui riset aksi kolaborasi. (Kemudian) Kami lanjutkan dengan pendampingan kepada masyarakat," tambahnya. 

Menanggapi hal itu Taj Yasin menyambut baik usulan para peneliti. Dia sangat menyepakati metode riset dengan melibatkan warga setempat. Dia bahkan mengusulkan agar dalam riset tersebut juga dapat mempelajari budaya. 

"Menurut saya lebih dari itu. Kalau kita hanya mengangkat mangrove nya, rasanya belum ada gregetnya. Bukan hanya mangrove nya saja, tapi kebudayaannya juga diangkat," kata Taj Yasin. 

Taj Yasin menilai dengan melibatkan masyarakat, maka ada unsur edukasi secara langsung yang diterima oleh masyarakat. Sehingga, lanjutnya, mereka paham dan menyadari betul kondisi yang mereka alami saat ini. 

"Saya ingin masyarakat dilibatkan betul. Bukan hanya literasi, namun menyadarkan masyarakat, bahwa ini musibah yang (bisa) menjadi berkah. Aset itu tidak bermanfaat kalau tidak ada daya tariknya. Mestinya ini kita ubah, syukur-syukur riset ini menyadarkan masyarakat masih ada nilai ekonomisnya. Di-include-kan dengan Makam Mbah Mudzakir. Apa yang bisa kami bantu untuk membuat kajian terkait pariwisata. Kalau nanti sudah muncul bisa kita tawarkan (pada masyarakat)," tutupnya.


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu