Follow Us :              

Wujudkan Jateng Bebas Kusta, Gubernur Dorong Hapus Stigmatisasi Penyintas

  31 January 2022  |   09:00:00  |   dibaca : 635 
Kategori :
Bagikan :


Wujudkan Jateng Bebas Kusta, Gubernur Dorong Hapus Stigmatisasi Penyintas

31 January 2022 | 09:00:00 | dibaca : 635
Kategori :
Bagikan :

Foto : Vivi (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Vivi (Humas Jateng)

SEMARANG - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan, berdasarkan data tahun 2019-2021, indikator capaian penanggulangan kusta di Jawa Tengah terus membaik. Namun masih butuh peningkatan agar penyakit kusta benar-benar bersih. Agar tujuan ini tercapai dibutuhkan peran dari seluruh sektor untuk menghapus stigmatisasi dan diskriminasi terhadap penyintas yang menjadi salah satu kendala dalam penanggulangan penyakit ini. 

"Tadi ada dua penyintas kusta, kami minta bercerita bagaimana kondisi sakit (mereka), perawatan, peran pemerintah, serta respons keluarga dan masyarakat. Ternyata stigmatisasi masih ada sehingga diskriminasi sering muncul. Itu butuh literasi dan kita dorong untuk dihapuskan," katanya usai membuka acara Hari Kusta Dunia tingkat Provinsi Jawa Tengah di Gedung Gradhika Bhakti Praja, Senin (31/1/2022). 

Firmansyah, salah satu penyintas kusta yang ditemui Gubernur mengakui dirinya pernah mengalami stigmatisasi maupun deskriminasi. Mulai dari keluarga hingga masyarakat yang tidak mau mendekat karena takut ketularan. Perlakukan itu membuatnya merasa tambah sakit. 

"Saya sendiri pernah merasakan minder, orang tidak mau mendekat karena takut tertular. Padahal penularan penyakit ini sendiri butuh waktu yang lama, inkubasinya bisa lima tahun. Jadi saya berharap stigma diskriminasi terhadap penyintas kusta bisa dihapuskan," ujar Firmansyah pada Gubernur. 

Berdasar data yang diterima, Gubernur mengatakan dari 34 kabupaten/kota di Jawa Tengah, hanya menyisakan Kabupaten Brebes yang masih belum mencapai eliminasi (bebas). Menurutnya Brebes merupakan satu daerah yang menjadi perhatian terkait penanggulangan penyakit kusta. 

"Kita turun terus. Kita cek masih ada satu kabupaten di Jawa Tengah yaitu Brebes untuk didorong. Brebes itu memang gede banget dan complicated (rumit). Maka musti diberikan bantuan dari kelompok masyarakat terutama yang peduli kusta," katanya. 

Bukan hanya penghapusan stigmatisasi dan diskriminasi terhadap penyintas kusta, Gubernur juga ingin ada perbaikan dalam metodologi melakukan tracing dan pencarian. Menurutnya, teknologi dapat dimanfaatkan untuk membantu. Sedangkan dari sisi pelaporan, Gubernur merasa juga perlu untuk disediakan berbagai media yang mudah diakses para penyintas untuk melapor tanpa perlu merasa malu. 

"Kalau dulu kita mencari dan orang yang dicari tidak mau mengaku. Jauhi penyakitnya bukan orangnya karena penularan butuh intensitas tinggi, butuh jangka waktu lama dan intensitas ketemu tinggi," ungkapnya. 

Gubernur mengatakan, saat ini pihaknya telah melakukan sejumlah langkah untuk meningkatkan penanggulangan kusta antara lain adalah pencarian kasus yang lebih intens, komunikasi dengan masyarakat dan puskesmas untuk mendeteksi secara langsung. 

"Pemerintahan sampai level desa serta RT/RW bisa melaporkan kasus. Deteksi dini memang perlu maka kita butuh memberikan indikator atau gejala awal sehingga bisa cepat diketahui," tandasnya.


Bagikan :

SEMARANG - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan, berdasarkan data tahun 2019-2021, indikator capaian penanggulangan kusta di Jawa Tengah terus membaik. Namun masih butuh peningkatan agar penyakit kusta benar-benar bersih. Agar tujuan ini tercapai dibutuhkan peran dari seluruh sektor untuk menghapus stigmatisasi dan diskriminasi terhadap penyintas yang menjadi salah satu kendala dalam penanggulangan penyakit ini. 

"Tadi ada dua penyintas kusta, kami minta bercerita bagaimana kondisi sakit (mereka), perawatan, peran pemerintah, serta respons keluarga dan masyarakat. Ternyata stigmatisasi masih ada sehingga diskriminasi sering muncul. Itu butuh literasi dan kita dorong untuk dihapuskan," katanya usai membuka acara Hari Kusta Dunia tingkat Provinsi Jawa Tengah di Gedung Gradhika Bhakti Praja, Senin (31/1/2022). 

Firmansyah, salah satu penyintas kusta yang ditemui Gubernur mengakui dirinya pernah mengalami stigmatisasi maupun deskriminasi. Mulai dari keluarga hingga masyarakat yang tidak mau mendekat karena takut ketularan. Perlakukan itu membuatnya merasa tambah sakit. 

"Saya sendiri pernah merasakan minder, orang tidak mau mendekat karena takut tertular. Padahal penularan penyakit ini sendiri butuh waktu yang lama, inkubasinya bisa lima tahun. Jadi saya berharap stigma diskriminasi terhadap penyintas kusta bisa dihapuskan," ujar Firmansyah pada Gubernur. 

Berdasar data yang diterima, Gubernur mengatakan dari 34 kabupaten/kota di Jawa Tengah, hanya menyisakan Kabupaten Brebes yang masih belum mencapai eliminasi (bebas). Menurutnya Brebes merupakan satu daerah yang menjadi perhatian terkait penanggulangan penyakit kusta. 

"Kita turun terus. Kita cek masih ada satu kabupaten di Jawa Tengah yaitu Brebes untuk didorong. Brebes itu memang gede banget dan complicated (rumit). Maka musti diberikan bantuan dari kelompok masyarakat terutama yang peduli kusta," katanya. 

Bukan hanya penghapusan stigmatisasi dan diskriminasi terhadap penyintas kusta, Gubernur juga ingin ada perbaikan dalam metodologi melakukan tracing dan pencarian. Menurutnya, teknologi dapat dimanfaatkan untuk membantu. Sedangkan dari sisi pelaporan, Gubernur merasa juga perlu untuk disediakan berbagai media yang mudah diakses para penyintas untuk melapor tanpa perlu merasa malu. 

"Kalau dulu kita mencari dan orang yang dicari tidak mau mengaku. Jauhi penyakitnya bukan orangnya karena penularan butuh intensitas tinggi, butuh jangka waktu lama dan intensitas ketemu tinggi," ungkapnya. 

Gubernur mengatakan, saat ini pihaknya telah melakukan sejumlah langkah untuk meningkatkan penanggulangan kusta antara lain adalah pencarian kasus yang lebih intens, komunikasi dengan masyarakat dan puskesmas untuk mendeteksi secara langsung. 

"Pemerintahan sampai level desa serta RT/RW bisa melaporkan kasus. Deteksi dini memang perlu maka kita butuh memberikan indikator atau gejala awal sehingga bisa cepat diketahui," tandasnya.


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu