Follow Us :              

Bersama Gubernur Jateng, Warga Banjarnegara Tanam 1.000 Pohon di Lahan Kritis

  25 July 2022  |   09:00:00  |   dibaca : 1144 
Kategori :
Bagikan :


Bersama Gubernur Jateng, Warga Banjarnegara Tanam 1.000 Pohon di Lahan Kritis

25 July 2022 | 09:00:00 | dibaca : 1144
Kategori :
Bagikan :

Foto : Slam (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Slam (Humas Jateng)

BANJARNEGARA - Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo terus menggalakkan penanaman pohon di lahan kritis. Kali ini ia bersama masyarakat melakukan penanaman 1.000 pohon di lahan kritis Desa Majalengka, Kecamatan Bawang, Kabupaten Banjarnegara, Senin (25/7/2022) sore.  

"Kita galakkan karena ini  kemarau basah, kita manfaatkan kebasahan selama musim kemarau itu untuk menanam. Sehingga kalau kita rutin, kelompok taninya juga aktif, itu akan bermanfaat," katanya usai penanaman pohon dan dialog dengan kelompok tani hutan. 

Penanaman pohon itu diikuti sekitar 300an orang terdiri atas warga sekitar, pelajar, kelompok tani hutan, dan pegiat lingkungan. Lokasi penanaman merupakan lahan kritis yang berpotensi banjir di bagian bawah bukit. Pohon yang ditanam merupakan pohon buah dan pohon langka penyerap air seperti pohon gayam, kluwek, dan tunjung. 

Dia menjelaskan program penanaman pohon tersebut merupakan bagian dari program desa dampingan Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Provinsi Jateng. Selain penanaman pohon, program desa dampingan itu juga melakukan pemberdayaan masyarakat melalui kelompok-kelompok tani hutan. 

"Kalau inisiatif warga bisa seperti ini bagus, akan sangat bermanfaat. Program pemberdayaannya jalan, menanam pohonnya juga jalan untuk melakukan penghijauan di area-area yang memang kritis. Jadi kalau itu dilakukan, kelompok taninya oke, masyarakatnya mendukung, sudah bergeraklah, semuanya bagus," jelas Gubernur. 

Di antara kelompok tani hutan yang menjadi dampingan Dinas LHK Provinsi Jateng adalah Kelompok Tani Kiara. Kelompok tani yang beranggotakan 11 perempuan itu telah banyak menanam pohon-pohon yang dapat dipanen daunnya sebagai bahan ecoprint. Pohon yang ditanam antara lain pohon Afrika atau dikenal juga dengan pohon saman, kemudian pohon Kalpataru, Jarak Wulung dan Jarak Kepyar. Produk ecoprint yang sudah dihasilkan antara lain ada kain atau baju, tas dan sepatu. 

"Ada yang buat ecoprint, tetapi tadi mereka masih punya problem terkait produksi dan pemasaran. Terus tidak bisa menjahit. Jahit tas dan sepatu tidak bisa. Kita bisa lakukan pelatihan untuk itu." 

Tidak hanya itu, kelompok tani hutan di tempat itu juga mampu mengolah talas menjadi tepung. Semua itu dilakukan dengan teknologi yang sederhana. 

"Tadi saya senang, ternyata di sini sudah banyak yang mengolah tepung. Jadi tepungnya macam-macam. Tepung pati ada, talas juga sudah bisa jadi tepung. Bayangkan dengan teknologi yang sederhana di area remote (terpencil) seperti ini mereka bisa membuat produk itu," ungkapnya. Keberadaan beragam tepung ini, menurut Gubernur, bisa menjadi alternatif yang mendukung diversifikasi dan ketahanan pangan. 

"Kalau kita bicara diversifikasi dan ketahanan pangan, jangan-jangan gandum yang banyak digunakan orang, juga sudah bisa digantikan. Substitusi dari gandum. Ini pola-pola yang menurut saya musti dikembangkan sehingga pendampingan musti dilakukan," pungkasnya.


Bagikan :

BANJARNEGARA - Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo terus menggalakkan penanaman pohon di lahan kritis. Kali ini ia bersama masyarakat melakukan penanaman 1.000 pohon di lahan kritis Desa Majalengka, Kecamatan Bawang, Kabupaten Banjarnegara, Senin (25/7/2022) sore.  

"Kita galakkan karena ini  kemarau basah, kita manfaatkan kebasahan selama musim kemarau itu untuk menanam. Sehingga kalau kita rutin, kelompok taninya juga aktif, itu akan bermanfaat," katanya usai penanaman pohon dan dialog dengan kelompok tani hutan. 

Penanaman pohon itu diikuti sekitar 300an orang terdiri atas warga sekitar, pelajar, kelompok tani hutan, dan pegiat lingkungan. Lokasi penanaman merupakan lahan kritis yang berpotensi banjir di bagian bawah bukit. Pohon yang ditanam merupakan pohon buah dan pohon langka penyerap air seperti pohon gayam, kluwek, dan tunjung. 

Dia menjelaskan program penanaman pohon tersebut merupakan bagian dari program desa dampingan Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Provinsi Jateng. Selain penanaman pohon, program desa dampingan itu juga melakukan pemberdayaan masyarakat melalui kelompok-kelompok tani hutan. 

"Kalau inisiatif warga bisa seperti ini bagus, akan sangat bermanfaat. Program pemberdayaannya jalan, menanam pohonnya juga jalan untuk melakukan penghijauan di area-area yang memang kritis. Jadi kalau itu dilakukan, kelompok taninya oke, masyarakatnya mendukung, sudah bergeraklah, semuanya bagus," jelas Gubernur. 

Di antara kelompok tani hutan yang menjadi dampingan Dinas LHK Provinsi Jateng adalah Kelompok Tani Kiara. Kelompok tani yang beranggotakan 11 perempuan itu telah banyak menanam pohon-pohon yang dapat dipanen daunnya sebagai bahan ecoprint. Pohon yang ditanam antara lain pohon Afrika atau dikenal juga dengan pohon saman, kemudian pohon Kalpataru, Jarak Wulung dan Jarak Kepyar. Produk ecoprint yang sudah dihasilkan antara lain ada kain atau baju, tas dan sepatu. 

"Ada yang buat ecoprint, tetapi tadi mereka masih punya problem terkait produksi dan pemasaran. Terus tidak bisa menjahit. Jahit tas dan sepatu tidak bisa. Kita bisa lakukan pelatihan untuk itu." 

Tidak hanya itu, kelompok tani hutan di tempat itu juga mampu mengolah talas menjadi tepung. Semua itu dilakukan dengan teknologi yang sederhana. 

"Tadi saya senang, ternyata di sini sudah banyak yang mengolah tepung. Jadi tepungnya macam-macam. Tepung pati ada, talas juga sudah bisa jadi tepung. Bayangkan dengan teknologi yang sederhana di area remote (terpencil) seperti ini mereka bisa membuat produk itu," ungkapnya. Keberadaan beragam tepung ini, menurut Gubernur, bisa menjadi alternatif yang mendukung diversifikasi dan ketahanan pangan. 

"Kalau kita bicara diversifikasi dan ketahanan pangan, jangan-jangan gandum yang banyak digunakan orang, juga sudah bisa digantikan. Substitusi dari gandum. Ini pola-pola yang menurut saya musti dikembangkan sehingga pendampingan musti dilakukan," pungkasnya.


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu