Follow Us :              

Kondisi PMK di Jateng Membaik, Pemprov Jateng Tetap Persiapkan SDM Hadapi Wabah

  06 September 2022  |   09:00:00  |   dibaca : 548 
Kategori :
Bagikan :


Kondisi PMK di Jateng Membaik, Pemprov Jateng Tetap Persiapkan SDM Hadapi Wabah

06 September 2022 | 09:00:00 | dibaca : 548
Kategori :
Bagikan :

Foto : Bintoro (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Bintoro (Humas Jateng)

SEMARANG - Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah (Sekda Jateng), Sumarno, menyebut kondisi wabah penyakit mulut dan kuku di Jawa Tengah, sudah membaik. Tetapi meski begitu, kasus yang perlu ditangani masih ada.

“Kondisi alhamdulillah sudah lebih baik, meskipun masih ada juga. Kita kan sebetulnya sudah berkolaborasi dengan semua stakeholder, baik dari TNI/Polri, dari kabupaten/kota (untuk mengatasi PMK),” kata Sekda usai membuka Bimbingan Teknis Fasilitator Penanganan PMK, Selasa (6/09/2022) yang diselenggarakan BNPB di Hotel Novotel. 

Berdasarkan data Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Jateng, per 4 September 2022, jumlah ternak yang positif PMK dan kondisinya membaik sebanyak 44.529 ekor. Sementara ternak yang sudah mendapatkan vaksin sebanyak 232.883 ekor. 

Meski begitu, upaya untuk menyelesaikan wabah PMK, menurut Sekda, masih perlu terus dilakukan. Pihaknya menyambut baik kegiatan bimtek (Bimbingan Teknis) yang diselenggarakan BNPB karena merupakan bentuk capacity building bagi SDM yang bergelut di bidang peternakan. 

“Kami berterima kasih dari BNPB menyelenggarakan kegiatan ini, karena ini adalah bentuk capacity building, karena menghadapi PMK ini berbeda pada waktu kita menghadapi Covid. Yang kita hadapi adalah hewan ternak, yang tidak semua yang kita terjunkan di lapangan itu punya kompetensi untuk penanganan ternak,” ungkapnya. 

Sekda berharap, kegiatan capacity building akan berdampak pada penyelesaian persoalan PMK di lapangan secara efektif, dan efisien. Termasuk, bisa menjawab kendala-kendala dalam pemberian vaksinasi pada hewan ternak. 

Deputi Bidang Pencegahan BNPB Prasinta Dewi menyampaikan, kerugian yang ditimbulkan akibat wabah PMK tidak sedikit. Utamanya kerugian di bidang ekonomi dan ini tidak hanya dialami peternak, kerugian juga dirasakan secara nasional. 

“Potensi kerugian ekonomi yang ditimbulkan oleh PMK tidak hanya pada peternak yang mengalami penurunan produktivitas, hingga kehilangan hasil. Akan tetapi kerugian secara nasional dan kerugian ekonomi bagi kegiatan usaha peternak,” ungkapnya. 

Lebih lanjut Prasinta menjelaskan, kerugian muncul karena hilangnya produktivitas ternak, penurunan produksi susu, penurunan tingkat pertumbuhan, khususnya sapi potong, dan kehilangan tenaga kerja. Di samping itu terjadi penurunan fertilitas, perlambatan kebuntingan, kematian anak dan pemusnahan ternak yang terinfeksi secara kronis. 

“Mengingat besarnya potensi kerugian ekonomi yang dapat ditimbulkan oleh merebaknya PMK ini, maka sangat perlu upaya edukasi kepada masyarakat tentang upaya pencegahan dan penanganannya,” katanya.


Bagikan :

SEMARANG - Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah (Sekda Jateng), Sumarno, menyebut kondisi wabah penyakit mulut dan kuku di Jawa Tengah, sudah membaik. Tetapi meski begitu, kasus yang perlu ditangani masih ada.

“Kondisi alhamdulillah sudah lebih baik, meskipun masih ada juga. Kita kan sebetulnya sudah berkolaborasi dengan semua stakeholder, baik dari TNI/Polri, dari kabupaten/kota (untuk mengatasi PMK),” kata Sekda usai membuka Bimbingan Teknis Fasilitator Penanganan PMK, Selasa (6/09/2022) yang diselenggarakan BNPB di Hotel Novotel. 

Berdasarkan data Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Jateng, per 4 September 2022, jumlah ternak yang positif PMK dan kondisinya membaik sebanyak 44.529 ekor. Sementara ternak yang sudah mendapatkan vaksin sebanyak 232.883 ekor. 

Meski begitu, upaya untuk menyelesaikan wabah PMK, menurut Sekda, masih perlu terus dilakukan. Pihaknya menyambut baik kegiatan bimtek (Bimbingan Teknis) yang diselenggarakan BNPB karena merupakan bentuk capacity building bagi SDM yang bergelut di bidang peternakan. 

“Kami berterima kasih dari BNPB menyelenggarakan kegiatan ini, karena ini adalah bentuk capacity building, karena menghadapi PMK ini berbeda pada waktu kita menghadapi Covid. Yang kita hadapi adalah hewan ternak, yang tidak semua yang kita terjunkan di lapangan itu punya kompetensi untuk penanganan ternak,” ungkapnya. 

Sekda berharap, kegiatan capacity building akan berdampak pada penyelesaian persoalan PMK di lapangan secara efektif, dan efisien. Termasuk, bisa menjawab kendala-kendala dalam pemberian vaksinasi pada hewan ternak. 

Deputi Bidang Pencegahan BNPB Prasinta Dewi menyampaikan, kerugian yang ditimbulkan akibat wabah PMK tidak sedikit. Utamanya kerugian di bidang ekonomi dan ini tidak hanya dialami peternak, kerugian juga dirasakan secara nasional. 

“Potensi kerugian ekonomi yang ditimbulkan oleh PMK tidak hanya pada peternak yang mengalami penurunan produktivitas, hingga kehilangan hasil. Akan tetapi kerugian secara nasional dan kerugian ekonomi bagi kegiatan usaha peternak,” ungkapnya. 

Lebih lanjut Prasinta menjelaskan, kerugian muncul karena hilangnya produktivitas ternak, penurunan produksi susu, penurunan tingkat pertumbuhan, khususnya sapi potong, dan kehilangan tenaga kerja. Di samping itu terjadi penurunan fertilitas, perlambatan kebuntingan, kematian anak dan pemusnahan ternak yang terinfeksi secara kronis. 

“Mengingat besarnya potensi kerugian ekonomi yang dapat ditimbulkan oleh merebaknya PMK ini, maka sangat perlu upaya edukasi kepada masyarakat tentang upaya pencegahan dan penanganannya,” katanya.


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu