Follow Us :              

Gubernur Apresiasi Anak Muda Wonosobo Lestarikan Musik Tradisional Bundengan

  27 October 2022  |   20:00:00  |   dibaca : 673 
Kategori :
Bagikan :


Gubernur Apresiasi Anak Muda Wonosobo Lestarikan Musik Tradisional Bundengan

27 October 2022 | 20:00:00 | dibaca : 673
Kategori :
Bagikan :

Foto : Slam (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Slam (Humas Jateng)

WONOSOBO - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menghadiri Gala Dinner Hari Sumpah Pemuda di Pendopo Kabupaten Wonosobo, Kamis (27/10/2022) malam. Bersama peserta gala dinner yang datang dari 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah, Gubernur menikmati alunan Bundengan, musik khas Wonosobo. 

Pada akhir pertunjukan, usai menyantap hidangan mie ongklok khas Wonosobo, Gubernur diminta untuk mencoba memainkan Bundengan yang oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah digolongkan sebagai warisan budaya tak benda tersebut. 

Sambil duduk bersila di balik Bundengan, ia mencoba memetik senar yang dipasang pada kowangan. Kowangan adalah peneduh dari anyaman bambu yang biasa digunakan oleh penggembala bebek. 

Gubernur mengatakan, Bundengan merupakan alat musik tradisional yang sangat unik dan bagus. Ia mengaku senang sekarang mulai banyak anak-anak muda yang memainkan alat musik tersebut. 

"Alat musik yang bagus banget ya. Bundengan itu ada yang memainkan, tradisional, dan menurut saya ini bisa dijadikan satu musik khas yang sangat etnik. Etnomusiknya itu bisa betul-betul memunculkan," katanya. 

Gubernur berharap kesenian tersebut bisa terus dikembangkan. Apalagi sudah masuk dalam warisan budaya tidak benda. Mereka yang mendengar dan melihat Bundengan dimainkan dipastikan tidak akan menyangka jika alat itu dulunya digunakan untuk berteduh para penggembala bebek. 

"Kalau kemudian di Wonosobo bisa dimainkan oleh banyak orang dan nanti dikawinkan dengan musik-musik modern, rasa-rasanya ini akan menjadi satu tontonan yang menarik dan orang pasti tidak mengira kalau itu bisa dipakai untuk alat musik. Dulunya itu hanya dipakai untuk berteduh. Ini pernah ditampilkan juga di beberapa negara dan banyak orang yang menekuni itu. Menurut saya itu oke banget," ujarnya. 

Said Abdullah mengatakan awal mula Bundengan terbuat dari kowangan yang biasa dipakai petani dan penggembala bebek untuk berteduh. Selanjutnya peneduh itu dimodifikasi menjadi alat musik. Biasanya para petani dan penggembala itu berteduh sambil memainkan musik pada waktu senggang di sawah. 

Menurut Said, musik Bundengan saat ini mulai diterima dan populer lagi di kalangan anak-anak muda di Wonosobo, terutama sejak tahun 2017 silam. Bahkan Bundengan sudah menjadi salah satu ekstrakurikuler di salah satu sekolah menengah pertama di Wonosobo sejak tahun 2018. Bahkan ada festival khusus alat musik Bundengan yang diberi nama "World Is Bundengan" yang digelar rutin sebelum pandemi. Di Wonosobo juga ada satu desa yang terkenal dengan musik Bundengan yaitu Desa Ngabean. 

"Anak-anak muda sudah banyak sekali yang berkecimpung dengan Bundengan, bisa memainkan dan melestarikan. Bahkan ada yang bisa membuat Bundengan juga. Jadi untuk generasi penerus Bundengan itu sebenarnya anak-anak sudah banyak yang mengetahui dan menguasai juga," ujar lulusan Etnomusikologi Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta itu. 

Said tidak menyangka penampilan di Pendopo Kabupaten Wonosobo itu dapat mempertemukannya dengan Ganjar Pranowo. Itu merupakan pertama kali ia bertemu dan langsung bermain bersama Gubernur. 

"Dulu bersama kawan-kawan komunitas pernah mengundang Pak Ganjar tapi waktu beliau belum tepat. Ini kesempatan tidak terduga bisa bertemu dengan Pak Ganjar dan menunjukkan kepada beliau bahwa ini lho ada alat musik tradisional khas Wonosobo," ujar pemuda yang pernah mementaskan musik Bundengan dalam sebuah simposium di Melbourne, Australia, pada tahun 2018 lalu itu. 

Said merasa gembira, karena Gubernur ternyata sangat mengapresiasi kesenian musik tradisional. 

"Respons Pak Ganjar luar biasa karena beliau juga sangat apresiasi dengan seni, khususnya seni tradisional daerah. Pak Ganjar juga mendukung sekali dengan kesenian-kesenian yang ada di Wonosobo dan Jawa Tengah," pungkasnya.


Bagikan :

WONOSOBO - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menghadiri Gala Dinner Hari Sumpah Pemuda di Pendopo Kabupaten Wonosobo, Kamis (27/10/2022) malam. Bersama peserta gala dinner yang datang dari 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah, Gubernur menikmati alunan Bundengan, musik khas Wonosobo. 

Pada akhir pertunjukan, usai menyantap hidangan mie ongklok khas Wonosobo, Gubernur diminta untuk mencoba memainkan Bundengan yang oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah digolongkan sebagai warisan budaya tak benda tersebut. 

Sambil duduk bersila di balik Bundengan, ia mencoba memetik senar yang dipasang pada kowangan. Kowangan adalah peneduh dari anyaman bambu yang biasa digunakan oleh penggembala bebek. 

Gubernur mengatakan, Bundengan merupakan alat musik tradisional yang sangat unik dan bagus. Ia mengaku senang sekarang mulai banyak anak-anak muda yang memainkan alat musik tersebut. 

"Alat musik yang bagus banget ya. Bundengan itu ada yang memainkan, tradisional, dan menurut saya ini bisa dijadikan satu musik khas yang sangat etnik. Etnomusiknya itu bisa betul-betul memunculkan," katanya. 

Gubernur berharap kesenian tersebut bisa terus dikembangkan. Apalagi sudah masuk dalam warisan budaya tidak benda. Mereka yang mendengar dan melihat Bundengan dimainkan dipastikan tidak akan menyangka jika alat itu dulunya digunakan untuk berteduh para penggembala bebek. 

"Kalau kemudian di Wonosobo bisa dimainkan oleh banyak orang dan nanti dikawinkan dengan musik-musik modern, rasa-rasanya ini akan menjadi satu tontonan yang menarik dan orang pasti tidak mengira kalau itu bisa dipakai untuk alat musik. Dulunya itu hanya dipakai untuk berteduh. Ini pernah ditampilkan juga di beberapa negara dan banyak orang yang menekuni itu. Menurut saya itu oke banget," ujarnya. 

Said Abdullah mengatakan awal mula Bundengan terbuat dari kowangan yang biasa dipakai petani dan penggembala bebek untuk berteduh. Selanjutnya peneduh itu dimodifikasi menjadi alat musik. Biasanya para petani dan penggembala itu berteduh sambil memainkan musik pada waktu senggang di sawah. 

Menurut Said, musik Bundengan saat ini mulai diterima dan populer lagi di kalangan anak-anak muda di Wonosobo, terutama sejak tahun 2017 silam. Bahkan Bundengan sudah menjadi salah satu ekstrakurikuler di salah satu sekolah menengah pertama di Wonosobo sejak tahun 2018. Bahkan ada festival khusus alat musik Bundengan yang diberi nama "World Is Bundengan" yang digelar rutin sebelum pandemi. Di Wonosobo juga ada satu desa yang terkenal dengan musik Bundengan yaitu Desa Ngabean. 

"Anak-anak muda sudah banyak sekali yang berkecimpung dengan Bundengan, bisa memainkan dan melestarikan. Bahkan ada yang bisa membuat Bundengan juga. Jadi untuk generasi penerus Bundengan itu sebenarnya anak-anak sudah banyak yang mengetahui dan menguasai juga," ujar lulusan Etnomusikologi Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta itu. 

Said tidak menyangka penampilan di Pendopo Kabupaten Wonosobo itu dapat mempertemukannya dengan Ganjar Pranowo. Itu merupakan pertama kali ia bertemu dan langsung bermain bersama Gubernur. 

"Dulu bersama kawan-kawan komunitas pernah mengundang Pak Ganjar tapi waktu beliau belum tepat. Ini kesempatan tidak terduga bisa bertemu dengan Pak Ganjar dan menunjukkan kepada beliau bahwa ini lho ada alat musik tradisional khas Wonosobo," ujar pemuda yang pernah mementaskan musik Bundengan dalam sebuah simposium di Melbourne, Australia, pada tahun 2018 lalu itu. 

Said merasa gembira, karena Gubernur ternyata sangat mengapresiasi kesenian musik tradisional. 

"Respons Pak Ganjar luar biasa karena beliau juga sangat apresiasi dengan seni, khususnya seni tradisional daerah. Pak Ganjar juga mendukung sekali dengan kesenian-kesenian yang ada di Wonosobo dan Jawa Tengah," pungkasnya.


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu