Follow Us :              

Ketua TP PKK Jawa Tengah Gencarkan Gerakan Makan Bersama Keluarga

  05 July 2023  |   08:00:00  |   dibaca : 281 
Kategori :
Bagikan :


Ketua TP PKK Jawa Tengah Gencarkan Gerakan Makan Bersama Keluarga

05 July 2023 | 08:00:00 | dibaca : 281
Kategori :
Bagikan :

Foto : Vivi (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : Vivi (Humas Jateng)

PALEMBANG - Bonding atau ikatan emosional orangtua dan anak sangat penting, agar anak merasa dirinya aman dan merasa mendapat dukungan serta merasa diakui. Kedekatan orangtua dan anak bisa dibentuk dengan berbagai cara. 

Istri Gubernur Jawa Tengah Siti Atikoh mengatakan, makan bersama di satu meja, bisa menjadi salah satu media untuk memperkuat kedekatan antara orangtua dan anak. “Ini filosofinya luar biasa, karena lewat meja makan ini bisa dikuatkan bonding antara orangtua dan anak,” kata Atikoh yang juga merupakan Ketua TP PKK Jawa Tengah, usai menghadiri acara Gerakan Kembali ke Meja Makan Melalui Sarapan Pagi Bergizi, di Stadion Jakabaring, Palembang, Rabu (5/7/2023). 

Kegiatan tersebut merupakan rangkaian peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke-30. Kegiatan diawali dengan senam pagi bersama, yang dihadiri juga oleh Ketua TP PKK Sumatera Selatan Febrita Lustia, yang juga istri Gubernur Herman Deru, serta istri Kepala BKKBN RI Dwikisworo Setyowireni. 

Dalam momen ini, sejumlah keluarga yang ikut serta dalam acara tersebut, tidak diperkenankan memegang gawai. Atikoh mengatakan, tanpa gawai, saat makan bersama orang tua, bisa membangun komunikasi secara proaktif dengan anak.

“Di situ kita bisa mengidentifikasi apakah anak kita ada masalah di sekolahan, kemudian komunikasi dengan anak juga bisa dibentuk di situ,” ujarnya.

Lewat komunikasi dua arah yang baik, orangtua bisa mengidentifikasi jika anak-anak mereka sedang menghadapi masalah. Entah itu bullying atau masalah terkait pendidikan dan lainnya.

“Itu bisa teridentifikasi dari awal. Jadi orangtua bisa treatment-nya dilakukan sejak dini,” ujar Atikoh.

Atikoh mengatakan, kegiatan makan bersama harus diupayakan minimal sehari sekali, khususnya jika orangtua harus bekerja. Hal itu juga diterapkan Atikoh dalam keluarganya.

“Dari (anak masih) kecil berusaha seperti itu, tapi karena aktivitas masing-masing, minimal malam hari, kita (makan) bareng-bareng,” ujarnya. Tradisi makan bersama ini juga terus dilanjutkan walau putranya, Alam, kini tengah menempuh studi di Yogyakarta. Meskipun tidak bisa setiap hari, namun minimal setiap akhir pekan, mereka makan bersama.

“Kita jadi tahu di situ sosialisasi anak di sekolah seperti apa, lingkungannya seperti apa, istilahnya soft skill anak kita seperti apa. Jadi makan di meja makan tidak hanya terkait dengan gizi, tapi juga pembentukan karakter,” tandasnya.


Bagikan :

PALEMBANG - Bonding atau ikatan emosional orangtua dan anak sangat penting, agar anak merasa dirinya aman dan merasa mendapat dukungan serta merasa diakui. Kedekatan orangtua dan anak bisa dibentuk dengan berbagai cara. 

Istri Gubernur Jawa Tengah Siti Atikoh mengatakan, makan bersama di satu meja, bisa menjadi salah satu media untuk memperkuat kedekatan antara orangtua dan anak. “Ini filosofinya luar biasa, karena lewat meja makan ini bisa dikuatkan bonding antara orangtua dan anak,” kata Atikoh yang juga merupakan Ketua TP PKK Jawa Tengah, usai menghadiri acara Gerakan Kembali ke Meja Makan Melalui Sarapan Pagi Bergizi, di Stadion Jakabaring, Palembang, Rabu (5/7/2023). 

Kegiatan tersebut merupakan rangkaian peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke-30. Kegiatan diawali dengan senam pagi bersama, yang dihadiri juga oleh Ketua TP PKK Sumatera Selatan Febrita Lustia, yang juga istri Gubernur Herman Deru, serta istri Kepala BKKBN RI Dwikisworo Setyowireni. 

Dalam momen ini, sejumlah keluarga yang ikut serta dalam acara tersebut, tidak diperkenankan memegang gawai. Atikoh mengatakan, tanpa gawai, saat makan bersama orang tua, bisa membangun komunikasi secara proaktif dengan anak.

“Di situ kita bisa mengidentifikasi apakah anak kita ada masalah di sekolahan, kemudian komunikasi dengan anak juga bisa dibentuk di situ,” ujarnya.

Lewat komunikasi dua arah yang baik, orangtua bisa mengidentifikasi jika anak-anak mereka sedang menghadapi masalah. Entah itu bullying atau masalah terkait pendidikan dan lainnya.

“Itu bisa teridentifikasi dari awal. Jadi orangtua bisa treatment-nya dilakukan sejak dini,” ujar Atikoh.

Atikoh mengatakan, kegiatan makan bersama harus diupayakan minimal sehari sekali, khususnya jika orangtua harus bekerja. Hal itu juga diterapkan Atikoh dalam keluarganya.

“Dari (anak masih) kecil berusaha seperti itu, tapi karena aktivitas masing-masing, minimal malam hari, kita (makan) bareng-bareng,” ujarnya. Tradisi makan bersama ini juga terus dilanjutkan walau putranya, Alam, kini tengah menempuh studi di Yogyakarta. Meskipun tidak bisa setiap hari, namun minimal setiap akhir pekan, mereka makan bersama.

“Kita jadi tahu di situ sosialisasi anak di sekolah seperti apa, lingkungannya seperti apa, istilahnya soft skill anak kita seperti apa. Jadi makan di meja makan tidak hanya terkait dengan gizi, tapi juga pembentukan karakter,” tandasnya.


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu