Follow Us :              

Cegah Antraks, Disnakkeswan Siapkan Vaksinasi dan Perketat Lalu Lintas Ternak

  06 July 2023  |   13:00:00  |   dibaca : 445 
Kategori :
Bagikan :


Cegah Antraks, Disnakkeswan Siapkan Vaksinasi dan Perketat Lalu Lintas Ternak

06 July 2023 | 13:00:00 | dibaca : 445
Kategori :
Bagikan :

Foto : istimewa (Humas Jateng)

Daftarkan diri anda terlebih dahulu

Foto : istimewa (Humas Jateng)

SEMARANG - Temuan kasus antraks di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) disikapi langkah antisipasi oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakkeswan) Jawa Tengah Agus Wariyanto mengatakan, saat ini pihaknya telah menyiapkan vaksinasi antraks untuk ternak yang berada di wilayah perbatasan dengan provinsi tersebut.  

"Untuk vaksin, kami sudah siapkan 25 ribu (dosis). Tentunya untuk hewan yang ada di daerah rentan, prioritasnya untuk daerah yang berbatasan dan punya (potensi) berdampak langsung," terangnya.

Tindakan vaksinasi perlu dilakukan untuk membentengi hewan yang belum tertular agar lebih imun. Sehingga risiko penularan dapat ditekan, terlebih virus ini dapat menular dari hewan ke manusia atau zoonosis. 
 
"Memang penyakit ini zoonosis, bisa menular ke manusia. Tetapi upaya pencegahan penting, misal kalau terjadi antraks (bangkai hewan) dikubur, kalau perlu dicor dan ditandai. Karena sporanya bisa bertahan 75 tahun. Sehingga generasi berikutnya tahu di situ ada hewan yang tertular," ujarnya, Kamis (6/7/2023).

Turut disampaikan, Jawa Tengah memiliki sejumlah pos lalu lintas ternak yang berbatasan dengan DIY. Pos tersebut berada di Bagelen Purworejo, di Salam Magelang dan Klaten. Saat ini semua petugas di pos-pos tersebut sudah bersiaga. 

Selain penerapan prosedur kesehatan, mereka diperintahkan untuk melakukan pengetatan pemeriksaan Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH), atau asal hewan tersebut. Hal itu penting untuk menyekat sebaran hewan, terutama dari daerah yang diduga menjadi episentrum penyebaran antraks. 
 
Agus mengatakan, hingga Jawa Tengah masih dinyatakan bebas antraks. Namun demikian, ia tidak menampik kasus tersebut pernah terjadi di Jawa Tengah beberapa waktu silam, diantaranya di Kabupaten Klaten pada tahun 1990, Kabupaten Semarang dan Kota Surakarta di tahun 1991 dan 1992, serta Boyolali pada tahun 1990 hingga 1992 dan terakhir 2012. 

"Kami imbau masyarakat tidak perlu panik tapi tetap waspada. Masyarakat cepat laporkan bila mana ada hewan yang sakit. Kalau ada manusia yang sakit (diduga tertular antraks) segera berobat. Tetap jaga kesehatan ternak, jika terjadi terapkan prosedur, semuanya harus bergerak dari pemerintah hingga masyarakat," jelasnya.
 
Medik Veteriner Disnakkeswan Jawa Tengah Slamet mengatakan, masyarakat perlu waspada jika menjumpai hewan yang memiliki ciri-ciri terjangkit antraks. "Cirinya itu pada hewan yang sakit atau mati, ada darah yang keluar dari mulut, kuping, kemudian hidung, dubur dan alat kelamin," jelasnya. 
 
Jika tertular ke manusia, ada ciri spesifik yang dilihat. Misalnya, munculnya keropeng atau borok di kulit. Jika tidak diobati, bisa menular ke bagian tubuh lain. 
 
"Keropeng atau borok di kulit itu seperti huruf U (cekung). Segera berobat. Nanti di puskesmas atau di rumah sakit akan diambil sampel darah untuk memastikan darahnya tertular antraks atau tidak. Yang penting gaya hidup bersih pada ternak dan manusia. Dan Jangan sampai ternak yang sakit dan mati itu dimakan," pungkas Slamet.


Bagikan :

SEMARANG - Temuan kasus antraks di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) disikapi langkah antisipasi oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakkeswan) Jawa Tengah Agus Wariyanto mengatakan, saat ini pihaknya telah menyiapkan vaksinasi antraks untuk ternak yang berada di wilayah perbatasan dengan provinsi tersebut.  

"Untuk vaksin, kami sudah siapkan 25 ribu (dosis). Tentunya untuk hewan yang ada di daerah rentan, prioritasnya untuk daerah yang berbatasan dan punya (potensi) berdampak langsung," terangnya.

Tindakan vaksinasi perlu dilakukan untuk membentengi hewan yang belum tertular agar lebih imun. Sehingga risiko penularan dapat ditekan, terlebih virus ini dapat menular dari hewan ke manusia atau zoonosis. 
 
"Memang penyakit ini zoonosis, bisa menular ke manusia. Tetapi upaya pencegahan penting, misal kalau terjadi antraks (bangkai hewan) dikubur, kalau perlu dicor dan ditandai. Karena sporanya bisa bertahan 75 tahun. Sehingga generasi berikutnya tahu di situ ada hewan yang tertular," ujarnya, Kamis (6/7/2023).

Turut disampaikan, Jawa Tengah memiliki sejumlah pos lalu lintas ternak yang berbatasan dengan DIY. Pos tersebut berada di Bagelen Purworejo, di Salam Magelang dan Klaten. Saat ini semua petugas di pos-pos tersebut sudah bersiaga. 

Selain penerapan prosedur kesehatan, mereka diperintahkan untuk melakukan pengetatan pemeriksaan Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH), atau asal hewan tersebut. Hal itu penting untuk menyekat sebaran hewan, terutama dari daerah yang diduga menjadi episentrum penyebaran antraks. 
 
Agus mengatakan, hingga Jawa Tengah masih dinyatakan bebas antraks. Namun demikian, ia tidak menampik kasus tersebut pernah terjadi di Jawa Tengah beberapa waktu silam, diantaranya di Kabupaten Klaten pada tahun 1990, Kabupaten Semarang dan Kota Surakarta di tahun 1991 dan 1992, serta Boyolali pada tahun 1990 hingga 1992 dan terakhir 2012. 

"Kami imbau masyarakat tidak perlu panik tapi tetap waspada. Masyarakat cepat laporkan bila mana ada hewan yang sakit. Kalau ada manusia yang sakit (diduga tertular antraks) segera berobat. Tetap jaga kesehatan ternak, jika terjadi terapkan prosedur, semuanya harus bergerak dari pemerintah hingga masyarakat," jelasnya.
 
Medik Veteriner Disnakkeswan Jawa Tengah Slamet mengatakan, masyarakat perlu waspada jika menjumpai hewan yang memiliki ciri-ciri terjangkit antraks. "Cirinya itu pada hewan yang sakit atau mati, ada darah yang keluar dari mulut, kuping, kemudian hidung, dubur dan alat kelamin," jelasnya. 
 
Jika tertular ke manusia, ada ciri spesifik yang dilihat. Misalnya, munculnya keropeng atau borok di kulit. Jika tidak diobati, bisa menular ke bagian tubuh lain. 
 
"Keropeng atau borok di kulit itu seperti huruf U (cekung). Segera berobat. Nanti di puskesmas atau di rumah sakit akan diambil sampel darah untuk memastikan darahnya tertular antraks atau tidak. Yang penting gaya hidup bersih pada ternak dan manusia. Dan Jangan sampai ternak yang sakit dan mati itu dimakan," pungkas Slamet.


Bagikan :
Daftarkan diri anda terlebih dahulu